JAKARTA (IndoTelko) - PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) hanya berhasil meraih keuntungan Rp332 miliar di tiga bulan pertama 2023 atau turun 20% dibandingkan periode sama tahun lalu Rp415,2 miliar.
Emiten menara ini di periode kuartal I 2023 mencata pendapatan dan EBITDA masing-masing sebesar Rp 1,61 triliun dan Rp 1,39 triliun.
Perseroan memiliki 41.010 penyewaan dan 21.991 sites telekomunikasi per 31 Maret 2023. Sites telekomunikasi milik perseroan terdiri dari 21.880 menara telekomunikasi dan 111 jaringan distributed antenna system (DAS). Dengan total penyewaan pada menara telekomunikasi sebanyak 40.899, maka rasio kolokasi (tenancy ratio) perseroan menjadi 1,87 kali.
“Kami melaporkan kuartal yang kuat lagi untuk pertumbuhan organik, dengan penambahan 597 penyewaan kotor, terdiri dari 165 sites telekomunikasi dan 432 kolokasi,” jelas CEO Tower Bersama Infrastructure Hardi Wijaya Liong.
Diungkapkannya, penambahan penyewaan bersih dari group lebih rendah untuk kuartal ini, terutama karena beberapa penyewaan yang habis masa sewa tidak diperpanjang oleh IOH. Sebab, mereka mengkonfigurasi ulang jaringan mereka setelah merger antara Indosat dan Hutchison 3 Indonesia.
Per 31 Maret 2023, total pinjaman kotor (gross debt) perseroan adalah sebesar Rp 26.51 triliun dan total pinjaman senior (gross senior debt) sebesar Rp 3,33 triliun. Jumlah ini, jika bagian pinjaman dalam mata uang Dolar AS telah dilindung nilai diukur menggunakan kurs lindung nilainya.
Dengan saldo kas yang mencapai Rp 586 miliar maka total pinjaman bersih (net debt) perusahaan menjadi Rp 25,92 triliun dan total pinjaman senior bersih (net senior debt) perseroan menjadi Rp 2,74 triliun. Menggunakan EBITDA kuartal I-2023 yang disetahunkan, rasio pinjaman bersih terhadap EBITDA Tower Bersama Infrastructure menjadi 4,6 kali.
Direktur Keuangan Tower Bersama Infrastructure (TBIG) Helmy Yusman Santoso mengumumkan, perusahaan telah menandatangani fasilitas kredit revolving (RCF) baru senilai US$ 325 juta yang akan menggantikan RCF yang ada. RCF baru ini memiliki jatuh tempo hingga Agustus 2026 dan memiliki tingkat bunga secured overnight funding rate (SOFR) ditambah 125 basis points.
“Itu merupakan margin terendah kami hingga saat ini. Harga kompetitif dari fasilitas utang kami, tanpa jaminan, mencerminkan rendahnya risiko kredit dan kenyamanan kreditur akan bisnis kami,” jelas Helmy.(ak)