Roket SpaceX sukses bawa SATRIA-1 ke angkasa

Proses lepasnya SATRIA 1 dari Falcon 9 (Tangkapan layar SpaceX)

JAKARTA (IndoTelko) - Roket Falcon 9 milik SpaceX sukses membawa Satelit Republik Indonesia (SATRIA)-1 ke angkasa menuju slot orbit 146 Bujur Timur (BT) pada tanggal 18 Juni 2023 pukul 18.04 waktu setempat Cape Canaveral, Florida, Amerika Serikat atau 19 Juni 2023 05.04 WIB.

Terpantau dari siaran langsung situs SpaceX pada (19/9) pagi, sekitar setengah jam lebih usai diluncurkan dari bumi, SATRIA 1 berhasil dilepas dari roket Falcon 9 guna menuju slot orbitnya.

Asal tahu saja, setelah Roket Falcon 9 dari SpaceX menunaikan tugasnya membawa SATRIA 1 ke jalur slot orbitnya, setelah itu masuk kedalam proses yang dinamakan Orbit Raising.

Orbit Rising adalah proses suatu satelit berpindah dari Geo Transfer Orbit (GTO) ke Geo Synchrounous Orbit (GSO) atau orbit tujuan.

Hal ini karena sebuah roket peluncur hanya mengantarkan satelit memasuki orbit transfer atau yang dinamakan Geo Transfer Orbit dan satelit dilepas pada ketinggian 500 Km yang merupakan perigee dari GTO. Dari ketinggian ini satelit akan bergerak sesuai lintasan yang berbentuk elips dengan Apogee berada di ketinggian 36.000 km.

Proses mengubah orbit dari GTO ke GSO inilah yang biasa disebut orbit raising dan dilakukan oleh satelit itu sendiri tanpa bantuan dari kendaraan peluncur.

Sesuai dengan hukum Kepler, saat satelit mencapai titik apogee-nya, Main Satellite Thruster atau dulu sering disebut dengan AKM (Apogee Kick Motor) dinyalakan untuk mendapatkan delta-V agar dapat memasuki orbit GSO. Proses ini dilakukan beberapa kali agar satelit benar-benar memasuki orbit geo stationary. Setelah satelit memasuki orbit GEO, tinggal dilakukan maneuver terakhir agar berada di slot orbitnya.

Proses selama orbit raising akan menjadi tanggungjawab dari pembuat SATRIA 1 yakni Thales Alenia Space (TAS) dari Prancis yang menggunakan platform SpaceBus NEO berdasarkan kontrak yang dibuat konsorsium adalah in orbit delivery.

Satelit berkapasitas 150 Gigabits per second (Gbps) ini memiliki teknologi Very High Throughput Satellite (VHTS) dan jadi yang terbesar se-Asia. Biaya pembuatan satelit mencapai US$540 juta atau setara dengan Rp 8 triliun.(wn)