JAKARTA (IndoTelko) - Bisnis dan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) memainkan peran penting dalam perekonomian Indonesia yang terus berkembang, dengan menyumbang 60,3% dari Produk Domestik Bruto (PDB) nasional pada tahun 2022. Meskipun kontribusinya penting, bisnis di Indonesia masih memiliki keterbatasan akses pada pendanaan. Hal ini selaras dengan studi Price Waterhouse Coopers (PWC) yang memaparkan 74% bisnis dan UKM tidak memiliki akses pada pendanaan.
Masalah baru pun muncul ketika bisnis berusaha untuk mengakses berbagai sumber pendanaan. Para pelaku bisnis kerap menghadapi kebingungan dalam menentukan lembaga keuangan mana yang harus dipilih, karena ada lebih dari 150 lembaga keuangan yang menyediakan pinjaman, mulai dari bank tradisional hingga multifinance di Indonesia.
Pebisnis harus mempertimbangkan berbagai faktor sebelum memilih pemberi pinjaman yang tepat. Selain itu, jika ingin memutuskan untuk mengajukan permohonan ke lebih dari satu lembaga pemberi pinjaman, mereka harus melalui prosedur yang panjang dan mengisi banyak formulir. Sehingga untuk mengakses banyaknya opsi pendanaan dapat menjadi proses yang melelahkan dan memakan waktu.
Sebagai platform pinjaman alternatif di Indonesia, Lendingpot melihat bagaimana situasi ini dapat diubah, dengan tujuan untuk meringankan proses peminjaman bagi bisnis dan UKM di Indonesia.
Menurut Head of Commercial Development, Lendingpot, Jonathan Surya, proses yang berjalan saat ini tidak ideal bagi UKM karena terlalu panjang dan membuat mereka enggan mencari opsi pendanaan alternatif. "Untuk mengatasi situasi ini, kami membangun sebuah platform pinjaman terpusat yang menyederhanakan proses dan memberikan akses terbaik ke berbagai pemberi pinjaman alternatif hanya dengan satu pengajuan," katanya.
Usaha menyederhanakan proses pendanaan yang dimaksud adalah pemohon pinjaman cukup melengkapi satu pengajuan saja, kemudian akan didistribusikan ke jaringan pemberi pinjaman yang telah disetujui oleh OJK di seluruh Indonesia. Selain menyederhanakan proses, sistem ini pun menyediakan berbagai pilihan tawaran bagi pemohon pinjaman dengan menghubungkan mereka pada calon pendana.
Sementara, Business Head dari Lendingpot, Benjamin Lam menambahkan, pihaknya berkomitmen untuk terus mengedukasi dan memudahkan akses pendanaan. "Itulah mengapa Lendingpot memposisikan diri sebagai platform pinjaman satu pintu. Sistem yang kami gunakan akan memberikan transparansi bagi pengguna. Para peminjam dapat melihat perbedaan dari setiap tawaran yang diterima dan hal itu akan membantu proses pengambilan keputusan mereka," jelasnya.
Platform Lendingpot telah disetujui oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia dan mengadopsi standar internasional dalam perlindungan data. Hal ini merupakan penegasan Lendingpot untuk mempertahankan reputasi yang baik, bertanggung jawab, dan sepenuhnya patuh pada industri platform pinjaman. Melalui layanannya, Lendingpot berkomitmen untuk mendemokratisasi dan mempermudah akses opsi pendanaan di Indonesia dengan meningkatkan transparansi dan kecepatan proses pendanaan pinjaman bagi bisnis dan UKM.
Lendingpot telah beroperasi di Singapura sejak tahun 2018 dan sudah membantu lebih dari 1.000 bisnis dan UKM dalam mengakses opsi pendanaan dengan jumlah total SGD 20 juta. Lendingpot juga berafiliasi dengan IFS Capital Limited, sebuah perusahaan publik yang memiliki spesialisasi dalam menyediakan solusi akses modal untuk bisnis di Singapura. (mas)