FLORIDA (IndoTelko) - PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom) optimistis bisnis penyediaan kapasitas bandwitdh berbasis layanan satelit tetap akan dibutuhkan dan tumbuh di Indonesia.
"Sekarang kontribusi bisnis satelit bagi pendapatan konsolidasi Telkom sekitar 5%, kami yakin bisnis penyediaan bandwitdh via satelit tetap dibutuhkan dengan kondisi geofrafi Indonesia dimana ada wilayah yang tak bisa dijangkau oleh kabel optik atau fixed wireless access," ungkap Direktur Utama Telkom Ririek Adriansyah usai peluncuran satelit merah putih 2 di Orlando, Amerika Serikat, kemarin.
Diungkapkannya, perilaku masyarakat dalam mengakses konten sekarang beragam yang berujung kepada kebutuhan bandwitdh terus tumbuh. "Di Telkomsel kebutuhan bisa 18 Gbps per bulan dan itu terus naik. Jadi kita akan terus kembangkan bisnis satelit untuk antisipasi kebutuhan di masa depan," katanya.
Direktur Wholesale & International Service Telkom, Bogi Witjaksono menambahkan kebutuhan bandwitdh setiap tahunnya tumbuh dua kali lipat. "Kita bisa lihat dengan Badan akses Telekomunikasi Indonesia (BAKTI) yang tadinya menetapkan satu titik untuk satelit SATRIA 2 Mbps, tak lebih dari setahun menjadi 8 Mbps, terus naik menjadi 16 Mbps," katanya.
Dikatakannya, karena ada perubahan kebutuhan ini dalam lelang produksi satelit operator mengubah spesifikasi dengan mempertimbangkan kemampuan biaya per Gbps. "Kalau kita pakai model lama dengan melihat jumlah transponder bisa mahal. Sekarang ukurannya efisien dalam menyediakan bandwitdh," tandasnya.
Untuk diketahui, dengan tiga satelit yang dimiliki (T3S, Merah Putih, dan Merah Putih 2) Telkom bisa menyediakan kapasitas bandwitdh 42,4 Gbps. Angka ini akan naik 30 Gbps jika satelit milik Apstar sudah ready for service di slot orbit 134 Bujur Timur, dimana kapasitasnya akan dimanfaatkan secara penuh oleh Telkom melalui Telkomsat.(id)