JAKARTA (IndoTelko) - VIDA mengumumkan peluncuran whitepaper: "WHAT THE FAKE?: Siapkah Bisnis di Indonesia Melawan Penipuan Deepfake yang Dihasilkan AI?" yang mengungkapkan kesenjangan kesadaran terkait ancaman deepfake yang mengkhawatirkan.
Studi ini mengungkapkan hanya 58% profesional di Indonesia yang mengetahui tentang deepfake, dan 90% tidak yakin bagaimana cara melawan penipuan deepfake secara efektif.
Di tengah kondisi nasional dimana Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) melaporkan 361 juta serangan siber pada Januari hingga Oktober 2023 yang mengakibatkan kerugian finansial sebesar Rp14,5 triliun, kebutuhan akan solusi keamanan siber yang tangguh menjadi semakin mendesak.
Ketika bahaya penipuan digital semakin meningkat, penipuan AI generatif seperti deepfake, adalah salah satu ancaman paling berbahaya bagi identitas individu dan perusahaan.
Direktur Jenderal Aplikasi Informatika Kominfo, Semuel Abrijani Pangerapan menyoroti pentingnya dukungan edukasi serta kesadaran untuk memperbaharui teknologi keamanan digital yang digunakan. "Kita perlu memahami dan mengantisipasi ancaman digital ini. Perlu penerapan best practice dan juga kebijakan tata kelola yang memadai. Bentuk kejahatan siber terus berkembang, maka pelaku industri juga harus adaptif. Saya mengapresiasi inovasi VIDA sebagai salah satu Penyelenggara Sertiï¬kasi Elektronik (PSrE) Indonesia yang telah merancang solusi pertahanan berlapis untuk mendeteksi dan menetralisir penipuan siber secara efektif," katanya.
Sementara, Founder and Group CEO of VIDA, Niki Luhur menekankan gawatnya situasi ini. "Teknologi deepfake memperkenalkan era baru ancaman dunia maya yang mampu menghancurkan kepercayaan dan keamanan dalam interaksi bisnis digital dalam sekejap. Hal ini mengkhawatirkan karena sebagian besar profesional melakukan aktivitas dalam ketidaktahuan, rentan terhadap jenis penipuan digital yang dapat langsung mengurangi kepercayaan dan keamanan. Kita dipanggil untuk mengambil tindakan untuk mempersenjatai diri kita melawan ancaman dunia maya yang canggih ini," ujarnya.
Untuk mengatasi tantangan besar ini, VIDA dengan bangga memperkenalkan VIDA Deepfake Shield, solusi pertahanan canggih berlapis yang dirancang untuk memberdayakan bisnis digital dalam mendeteksi dan menetralisir penipuan deepfake secara efisien.
Diungapkan Chief Operating Officer VIDA, Victor Indajang, solusi ini dirancang berdasarkan tiga prinsip utama: verifikasi identitas real-time untuk mengautentikasi semua pengguna, integrasi tanpa batas di seluruh platform digital, dan mekanisme pertahanan eksklusif yang inovatif untuk melindungi dari serangan virus ancaman digital yang canggih.
Berikut fitur VIDA Deepfake Shield :
Verifikasi Identitas Real-Time
Dengan memverifikasi identitas secara instan, kami memastikan bahwa transaksi tetap cepat dan aman, secara langsung mengatasi masalah yang ditimbulkan oleh deepfake.
Integrasi yang Mulus di Seluruh Platform
Dirancang dengan mempertimbangkan kemampuan beradaptasi, mudah terintegrasi ke dalam infrastruktur yang ada, meningkatkan keamanan tanpa mengganggu pengalaman pengguna.
Pertahanan Tingkat Lanjut
Menggunakan teknologi mutakhir seperti Passive Liveness Detection dan Biometric Attack Prevention, VIDA Deepfake Shield menawarkan perlindungan terhadap teknik penipuan digital tercanggih, termasuk deep fakes, presentation attacks, dan injection attacks.
Dikatakan Co-founder and President of VIDA, Sati Rasuanto, peluncuran VIDA Deepfake Shield dan whitepaper terbaru ini menunjukkan komitmen VIDA untuk meningkatkan literasi media dan pemahaman masyarakat tentang risiko deepfake. "Kami menciptakan lingkungan digital yang lebih aman yang mengutamakan kepercayaan dan keamanan. Lawan deepfake dengan VIDA Deepfake Shield," jelasnya.
Seiring dengan terus berkembangnya lanskap ancaman digital, komitmen VIDA untuk memerangi penipuan deepfake melalui solusi keamanan siber yang inovatif memastikan pelaku usaha dan konsumen dapat berinteraksi dengan percaya diri dan aman di dunia digital. Kejahatan deepfake di mana-mana, lindungi dengan VIDA Deepfake Shield. (mas)