JAKARTA (IndoTelko) - Transformasi digital memang membuat proses bisnis menjadi lebih mudah, cepat, dan murah, tetapi dalam waktu bersamaan ada bahaya yang wajib diwaspadai, yaitu ancaman kejahatan siber.
Contohnya adalah perusahaan ritel yang cabangnya di mana-mana akan menjadi sasaran empuk para penjahat siber, baik melalui malware, ransomware, file attacks, dan lain sebagainya. Apa jadinya jika tiba-tiba sistem manajemen ritel error, tak bisa diakses, yang lebih parah lagi sampai diambil alih (di-hack) oleh pihak lain?
Menurut Director Hybrid Infrastructure Services Business PT Multipolar Technology Tbk (IDX: MLPT), Yohan Gunawan, hal ini sangat berbahaya dan harus diwaspadai.
Dalam seminar “Optimizing Network Security and Management for Enhanced Efficiency” yang diselenggarakan oleh Multipolar Technology bekerja sama dengan Helios Informatika Nusantara dan HPE, Yohan mengatakan, di balik sistem manajemen ritel ada hubungan antar-jaringan toko yang jumlahnya tidak sedikit, ada kecepatan dan keakuratan layanan transaksi yang dibutuhkan, ada begitu banyak data (big data) yang dikelola, yang semua itu bisa berhenti, bahkan hilang begitu saja, akibat kejahatan siber.
Multipolar Technology, anak perusahaan PT Multipolar Tbk (IDX: MLPL) yang fokus membantu mengautomasi proses bisnis perusahaan, membocorkan penangkalnya. Setidaknya ada dua solusi yang mampu menangkal tindak kejahatan siber di industri ritel, yakni HPE Aruba Networking SSE dan HPE Aruba Networking Central.
HPE Aruba Networking SSE, sesuai namanya, SSE, singkatan dari Secure Service Edge, adalah solusi pemantau keluar-masuk trafik dalam jaringan perusahaan secara otomatis. Berada di tepi jaringan, solusi tersebut berperan mendeteksi, memfilter, dan mengawasi keamanan trafik sedini mungkin.
Aruba SSE terdiri dari empat pilar, yaitu ZTNA (Zero Trust Network Access) yang memastikan keamanan akses ke aplikasi pada data center dan cloud, SWG (Secure Web Gateway) yang mengamankan akses ke internet dan melindungi dari malicious threat, CASB (Cloud Access Security Broker) yang mengamankan akses ke aplikasi SaaS dan melindungi dari data loss, dan DEM (Digital Experience Monitoring) yang memonitor kinerja pengguna dan melakukan troubleshoot untuk mengakses isu dari semua trafik.
Dengan penjagaan keamanan yang bersifat ZTNA dan edge-to-cloud, setiap pergerakan yang masuk ke dalam jaringan berteknologi Aruba SSE dianggap tidak ada yang bisa dipercaya, sekalipun dari internal perusahaan. Setiap kali ada permintaan akses, setiap kali itu pula proses verifikasi identitas akan dilakukan, sehingga keamanan terus terjaga.
Sementara, Network Group Department Head Multipolar Technology, Ade Wachyu menambahkan, konsep yang ditawarkan adalah memusatkan keamanan di tepi jaringan sehingga menghasilkan pengawasan yang jauh lebih ketat, respons ancaman yang lebih cepat, dan pengelolaan akses yang lebih fleksibel.
Begitu juga dengan HPE Aruba Networking Central, sebagai service berbasis cloud untuk mengelola perangkat wireless, switch, dan perangkat jaringan lainnya, perangkat ini memungkinkan untuk dikelola dalam satu lokasi sehingga mempermudah operasional.
Sebagai solusi Single Pane of Glass Management berbasis cloud, Aruba Central memiliki beberapa keunggulan, di antaranya dapat dengan mudah diakses dari mana pun dengan perangkat apa pun. Salah satu fitur unggulan yang membedakan Aruba Central dari kompetitornya adalah AIOps, yang dapat membantu operasional TI dalam menyelesaikan ataupun mendeteksi problem: mulai dari mendeteksi anomali dalam perangkat jaringan ataupun pada jaringan itu sendiri hingga cara penyelesaiannya.
Solusi ini cocok digunakan oleh perusahaan-perusahaan ritel, juga manufaktur, perbankan, dan lainnya yang memiliki cabang banyak, apalagi yang sudah menerapkan pola kerja karyawan dari mana saja (work from anywhere), menggunakan perangkat apa saja (bring your own device), dan aplikasi apa saja.
Karenanya sebelum terjadi kekacauan akibat ancaman siber yang terus mengintai, Yohan menyarankan perusahaan-perusahaan di Indonesia segera menggunakan solusi Aruba SSE dan Aruba Central. “Lebih baik sedia payung sebelum hujan daripada lebih dulu menjadi korban kejahatan siber yang sangat merugikan,” ujarnya. (mas)