JAKARTA (IndoTelko) - PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL) atau Mitratel ternyata sudah memiliki strategi menghadapi agresifitas pemain satelit seperti Starlink.
Dalam Keterbukaan Informasi ke Bursa Efek Indonesia (BEI), (28/5), VP Investor Relations Andi Setiawan menjelaskan hadirnya teknologi baru khususnya pada non-terrestrial network (NTN) seperti low Earth orbits (LEO) milik Starlink dan teknologi High Altitude Platforms (HAPs) dari Softbank diproyeksikan menjadi layanan pelengkap untuk menutupi kekurangan pada layanan telekomunikasi eksisting.
"Kami sudah menjalin komunikasi dengan prinsipal NTN untuk mencari potensi kolaborasi dalam penyediaan layanan terintegrasi dan mendorong perluasan jangkauan jaringan operator seluler," katanya.
Diungkapkannya, Mitratel telah menjalin kemitraan strategis dengan Starlink (melalui Telkomsat/ anak usaha Telkom) untuk memanfaatkan satelit LEO Starlink sebagai infrastruktur backhaul di daerah pedesaan & terpencil untuk kawasan-kawasan seperti pulau terpencil dimana terdapat challenge bagi konstruksi tower dan fiber.
Sebelumnya, Direktur Bisnis Mitratel Agus Winarno mengatakan, perseroan akan terus mencoba untuk relevan dengan kemajuan teknologi yang ditunjukkan dengan kolaborasi dengan starlink. Pihaknya pun berfokus pada pendekatan atas solusi yang dibutuhkan oleh Telkomsat.
"Hal ini kami yakini tidak akan menggerus porsi bisnis tower yang sudah ada," pungkas Agus.
Persaingan
Sementara itu, Menteri Koordinator bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mendorong persaingan dalam bisnis layanan internet untuk meningkatkan kualitas layanan yang lebih baik ke masyarakat.
Pernyataan ini disampaikan Luhut merespons kehadiran layanan penyedia jasa internet berbasis satelit Starlink, yang telah beroperasi di Indonesia.
“Ada orang suka marah bilang kenapa ini (Starlink) boleh, ya kalau murah kan biarkan saja biar bersaing (dengan perusahaan layanan internet lainnya), kecuali dia lebih mahal, kan tidak,” kata Luhut.
Starlink telah mengantongi Hak Labuh Satelit dan Izin Surat Radio Angkasa dengan masa berlaku satu tahun dengan enam jenis perangkat yang telah disertifikasi, termasuk antena gateway, router, dan antena user terminal, untuk beroperasi di Indonesia.
Starlink sudah mendapat Surat Keterangan Laik Operasi untuk penyelenggaraan jaringan tertutup melalui VSAT dan penyelenggaraan jasa multimedia layanan akses internet, serta izin penyelenggaraan jaringan tetap tertutup media VSAT dan penyelenggaraan jasa multimedia layanan akses internet.
Menanggapi kekhawatiran perusahaan-perusahaan BUMN terkait kehadiran Starlink, Luhut menegaskan bahwa BUMN sudah seharusnya bersiap menghadapi kompetisi apalagi di era perkembangan teknologi yang super cepat.
“Saya pikir semua kita harus bikin kompetisi supaya memberikan servis terbaik kepada publik. Jangan sampai berpikir ada yang monopoli berpuluh-puluh tahun, misalnya dalam listrik atau servis telekomunikasi. Enggak boleh dong. Semua harus bersaing,” tandas Luhut.(wn)