JAKARTA (IndoTelko) - Remote working atau cara bekerja tanpa perlu ke kantor dinilai akan semakin berkembang dan ke depannya menjadi lumrah diadopsi oleh perusahaan atau individu.
Founder Indonesia Digital Society Forum (IDSF) Muhammad Awaluddin mengatakan budaya remote working saat ini tumbuh signifikan di tengah era digital.
“Ada kultur baru cara bekerja. Dari conventional working di mana mengharuskan karyawan bekerja di kantor, menjadi remote working sehingga karyawan bisa bekerja di mana saja. Ini didorong kian masifnya digitalisasi di kehidupan kita termasuk dalam cara bekerja," katanya saat menjadi keynote speaker pada webinar Mastering Remote Working: Building a Future-Ready Remote Workforce yang digelar Sabtu, (27/7).
Diungkapkannya, saat ini sudah banyak platform digital yang memudahkan kita bekerja tanpa hadir secara fisik, seperti platform rapat online, pengolahan data, pengolahan dokumen, penyimpanan file, hingga monitoring pekerjaan secara live.
Webinar Mastering Remote Working: Building a Future-Ready Remote Workforce ini digelar startup PT Askara Samasta Humanika (ASAH), perusahaan teknologi berfokus pada business process management (BPM). BPM sendiri adalah proses penyesuaian atau sinkronisasi sumber daya perusahaan agar dapat berjalan selaras untuk mencapai tujuan atau target perusahaan.
CEO ASAH BA Hadisantoso, menuturkan penerapan remote working mendatangkan sejumlah manfaat, antara lain waktu kerja yang fleksibel, adanya penghematan baik bagi pekerja maupun korporasi, kemudahan akses ke talenta global bagi korporasi dan peningkatan produktivitas.
“Bagi korporasi yang ingin melakukan penghematan biaya operasional, kebijakan remote working dapat mempercepat itu,” ujar BA Hadisantoso.
Namun demikian, lanjutnya, ada juga sejumlah tantangan yakni hambatan komunikasi karena tidak bertemu secara langsung, kolaborasi yang rentan, pekerja dapat merasa terisolasi dan sangat kelelahan (burnout), serta dari aspek keamanan data.
“Sejalan dengan tantangan tersebut maka harus dibangun budaya siap kerja remote atau Remote-Ready Culture yang memiliki 4 pondasi, yaitu Leadership Commitment, Trust and Accountability, Clear Communication dan Inclusivity and Diversity,” jelas BA Hadisantoso.
Di samping itu, agar remote working di suatu perusahaan dapat berjalan dengan baik, perlu adanya kebijakan yang jelas terkait jam kerja, penilaian key performance indicator (KPI) atau performance metrics, dukungan peralatan dan dukungan teknis, serta program health and wellness bagi pekerja.
Tren
Seiring dengan berkembangnya penerapan remote working, IDSF juga menyampaikan tren ke depan yang akan semakin marak dipraktikkan dalam cara kerja tanpa perlu ke kantor ini.
“Remote working ini ke depannya akan semakin tidak ada batasan wilayah atau no borders. Individu yang bekerja paruh waktu secara remote akan semakin banyak dan lintas negara,” jelas Muhammad Awaluddin.
Remote working lintas negara ini didorong teknologi yang semakin berkembang seperti virtual reality (VR) dan augmented reality (AR) sebagai media kolaborasi di antara para pekerja.
“VR dan AR terus berkembang untuk membantu peningkatan produktivitas dan efisiensi, di mana juga berdampak pada semakin dipilihnya remote working. Kepedulian terhadap lingkungan juga bisa menjadi alasan remote working bakal menjadi pilihan, di mana cara kerja tidak perlu ke kantor ini dapat membantu menurunkan carbon footprint,” jelas Muhammad Awaluddin.
Di dalam webinar ini turut menjadi narasumber adalah GM Business Solution PT Infomedia Nusantara Widi Sagita Abadi dan CEO Milk & Honey Virtual Assistant Nur Azizah.
Adapun PT Infomedia Nusantara merupakan subsidiari PT Telkom Indonesia di bidang penyediaan Business Process Outsourcing (BPO).
Sementara itu Milk & Honey merupakan perusahaan penyedia jasa virtual assistant yang menerapkan 100% remote working bagi para pekerjanya. Bahkan, para pekerjanya tersebar di berbagai negara dengan klien yang juga berasal dari berbagai negara.(wn)