JAKARTA (IndoTelko) - Industri Olahraga di Indonesia terus menunjukkan potensinya sebagai lokomotif utama dalam menciptakan prestasi yang berkelanjutan sekaligus berkontribusi signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi nasional. Partisipasi berbagai pemangku kepentingan, termasuk pemerintah, sektor swasta, dan komunitas olahraga, diharapkan dapat mempercepat pengembangan industri ini, sehingga manfaatnya dapat dirasakan secara luas oleh masyarakat.
Sebagai tindak lanjut dari pentingnya peran Industri Olahraga, QSight, sebuah platform komunikasi yang dikembangkan oleh QComm, menyelenggarakan diskusi dengan tema “Industri Olahraga: Meningkatkan Partisipasi dan Memperbesar Kontribusi” di Space Q Building Jakarta pada Rabu (21/8). Diskusi ini bertujuan mendorong sinergi dan kolaborasi di antara pemangku kepentingan, guna mendukung pengembangan Industri Olahraga nasional sehingga memberikan dampak positif bagi ekosistem olahraga di Indonesia.
Direktur Lembaga Pengelolaan Dana dan Usaha Keolahragaan (LPDUK) Kementerian Pemuda dan Olahraga, Ferry Yuniarto Kono menjelaskan, pemerintah telah mengambil berbagai langkah dan kebijakan untuk mengembangkan Industri Olahraga nasional. "Kami telah melakukan berbagai upaya strategis untuk memperkuat sektor ini, termasuk fokus pada pengembangan industri olahraga yang sejalan dengan Desain Besar Olahraga Nasional (DBON). DBON memberikan kerangka kerja yang jelas untuk menciptakan ekosistem olahraga yang lebih profesional, kompetitif, dan berkelanjutan di Indonesia," katanya.
Ditegaskannya, kolaborasi lintas sektor menjadi kunci utama dalam mengembangkan Industri Olahraga yang berkelanjutan di Indonesia. Selain itu, mengintegrasikan elemen hiburan dan pariwisata dalam olahraga, atau sportainment dan sport tourism, merupakan salah satu strategi penting dalam rangka menarik minat yang lebih luas dari masyarakat sekaligus menciptakan multiplier effect sosial ekonomi yang besar.
"Sportainment dan sport tourism adalah salah satu cara kita untuk membuat olahraga lebih menarik dan menghibur. Dengan menggabungkan elemen hiburan dan pariwisata, kita tidak hanya menarik perhatian publik, tetapi juga membuka peluang bisnis baru. Ini membantu meningkatkan partisipasi masyarakat dan membuat olahraga lebih relevan serta mengesankan dalam kehidupan sehari-hari," jelasnya.
Menurutnya, jika melibatkan anggaran negara, pengembangan olahraga umumnya terkendala beberapa persoalan administrasi pendanaan. Setidaknya ada empat masalah administrasi pendanaan olahraga yaitu mekanisme belanja negara, mekanisme penerimaan negara yang harus masuk sebagai penerimaan negara bukan pajak, sifat kepanitiaan yang bersifat ad hoc atau sementara, serta penyelesaian evaluasi dan laporan pekerjaan.
Itu sebabnya diperlukan dukungan semua pihak, termasuk swasta, agar Industri olahraga bisa berkembang tanpa terkendala persoalan administratif. “LPDUK hadir sebagai stimulator untuk mendorong kolaborasi berbagai pihak dalam mengembangkan Industri Olahraga,” kata Ferry.
Sementara, pengamat dan Praktisi Industri Olahraga sekaligus Pengurus Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Komite Olahraga Prioritas, Muhammad Maulana menambahkan, Industri Olahraga di Indonesia diproyeksikan akan tumbuh sebesar 10,96% untuk periode 2022-2027, hingga mencapai nilai Rp 96 triliun pada tahun 2027. “Kesadaran masyarakat terhadap olahraga meningkat dan dukungan pemerintah terhadap Industri Olahraga juga semakin kuat,” katanya.
Peningkatan Industri Olahraga ini tercermin dari lonjakan penjualan berbagai alat olahraga di Indonesia. Keberadaan aplikasi digital sports juga semakin marak di pasaran. Berbagai perusahaan pun sudah melihat bahwa menjadi sponsor sebuah event olahraga merupakan cara yang efektif untuk memperkenalkan brand mereka. Saat ini, sekitar 30%-40% pembiayaan event olahraga internasional sudah berasal dari sponsorship swasta.
Selain sponsorship, pelaku usaha juga dapat berperan aktif menyediakan pelatihan dan pengembangan keterampilan, serta mendorong inovasi dalam layanan olahraga. “Ini tidak hanya akan meningkatkan efisiensi dan profesionalisme, tetapi juga memastikan bahwa barang dan jasa yang berkualitas mampu memenuhi kebutuhan Industri Olahraga, terutama untuk penyelenggaraan event bertaraf internasional,” jelas Maulana yang juga aktif sebagai Pengurus Persatuan Olahraga Berkuda Seluruh Indonesia (Pordasi).
Di kesempatan yang sama, Ketua Harian Asosiasi Lari Trail Indonesia (ALTI), Muhammad Farhan mengungkapkan, Industri Olahraga akan cepat berkembang jika partisipasi publik juga meningkat. Salah satu strategi yang dapat dilakukan adalah dengan memperkuat dan memperbanyak event olahraga di bawah Komite Olahraga Masyarakat Indonesia (KORMI). Olahraga yang berbasis komunitas akan mampu menciptakan partisipasi masyarakat yang lebih luas sehingga turut mendorong Industri Olahraga nasional.
Ia mengatakan, keberadaan olahraga masyarakat yang tidak hanya berorientasi prestasi telah terbukti menciptakan multiplier effect sosial ekonomi yang tinggi. Masyarakat dapat menyaksikan berbagai event yang digagas komunitas atau swasta diikuti puluhan ribu peserta secara sukarela. Hal ini merupakan peluang besar yang harus terus dikembangkan jika ingin membangun Industri Olahraga di Indonesia.
“Industri Olahraga adalah salah satu buah dari hasil kerja keras kita dalam membangun dunia olahraga di Indonesia. Dunia olahraga di Indonesia tidak hanya sekedar kita bisa menjadi juara di sea games atau olimpiade. Tapi justru yang memberikan dampak terbesar adalah proses menuju kesananya. Membangun komunitas, membangun infrastruktur, membangun Industri Olahraga dan memetik buahnya berupa prestasi di olimpiade, piala dunia dan lainnya,” jelasnya. (mas)