JAKARTA (IndoTelko) - Di balik besarnya potensi ekonomi digital untuk menopang pertumbuhan ekonomi, ada beberapa tantangan yang harus dihadapi jika ingin berkontribusi besar di era pemerintahan Prabowo-Gibran.
Hal itu mengemukan dalam diskusi IndoTelko Forum bertema "Unlocking Digital Economy for 8% Growth" di Jakarta, Selasa (3/9/2024).
Sejumlah narasumber hadir di acara ini antara lain. Editor Buku Strategi Transformasi Bangsa, Prabowo Subianto, Dirgayuza Setiawan, Pendiri Indonesia Digital Society Forum (IDSF) Muhammad Awaluddin, Sekjen Partnership Kolaborasi Riset dan Inovasi Kecerdasan Artifisial (KORIKA) Sri Safitri, CEO PT DCI Indonesia Otto Toto Sugiri, Asisten Khusus Menteri Kelautan dan Perikanan RI Doni Ismanto Darwin, serta dimoderatori Heru Sutadi dari Indonesia ICT Institute.
“Kita tidak mungkin punya ekonomi digital yang kuat kalau orang-orangnya tidak pintar. Karena itu Pak Prabowo sangat menekankan agar pintar, orang Indonesia makannya harus bergizi,” kata Dirgayuza.
Sri Safitri menambahkan tantangan utama mencapai pertumbuhan ekonomi 8% yang pertama adalah people, yakni bagaimana Indonesia bisa meningkatkan talenta digital untuk akselerasi, misal kehadiran prodi Artificial Intelligence (AI) di Universitas baru ada September ini.
"Kedua kebijakan, Indonesia belum punya kebijakan cybersecurity. AI tanpa data tidak mungkin, tapi bagaimana pertukaran data antar-instansi. Kita sekarang data site aja enggak punya, gimana anak muda bisa riset tentang AI?” tanyanya.
Selanjutnya kebijakan insentif. Misal, pemerintah Malaysia memberikan insentif untuk pengadaan GPU ke di Malaysia sehingga Google atau Microsoft tertarik membangun data center di Malaysia. Belum lagi ada insentif listrik 8 sen per kwh di Malaysia.
"Waktunya sangat singkat, bonus demografi kalau tidak diedukasi dengan tepat tidak akan membawa kita ke (pertumbuhan) 8 persen," pungkasnya.
Awaluddin juga setuju bahwa pertumbuhan ekonomi 8 persen bisa tercapai melalui kolaborasi. "Kondisi saat ini Government support sangat baik untuk teknologi digital, tidak ada aturan yang menghambat, nah bagaimana pemain memanfaatkan itu," katanya.
Sehingga, tantangan perkembangan ekonomi digital adalah digital talent, serta digital divide. Lalu tantangan selanjutnya adalah digital security.
Toto Sugiri, mengajak semua pihak untuk tidak terlalu ketakutan berlebih pada pengembangan digital, terutama cyber security, Ia juga bilang, pengembangan SDM penting, serta butuh keberpihakan pada perusahaan lokal. "Penghambat itu ketakutan akan sesuatu, itu yang jadi bikin lambat," katanya.
Sementara Doni Ismanto menilai tantangan terbesar pengembangan ekonomi digital untuk mencapai pertumbuhan ekonomi 8 persen adalah pada konsistensi untuk terus menjalankan regulasi yang ada. “Jangan buat regulasi tapi tidak konsisten dengan produk yang dikeluarkan. Apalagi, orang Indonesia kadang mudah "digoyang" dan asing tahu itu," katanya.(wn)