Nasib Bitcoin di tengah konflik timur tengah

JAKARTA (IndoTelko) Bitcoin menghadapi tantangan baru setelah kenaikan harga sekitar 7,3% yang berhasil dibukukan selama bulan September.

Ketegangan yang terjadi di Timur Tengah, pemogokan pekerja pelabuhan di Amerika Serikat, dan dampak badai Helene, telah memicu meningkatnya kekhawatiran investor terhadap outlook ekonomi AS.

Peristiwa-peristiwa tersebut meningkatkan ketidakpastian inflasi Amerika Serikat yang sempat diproyeksikan akan dapat mencapai target lebih cepat.

Crypto Analyst Reku, Fahmi Almuttaqin mengatakan, kondisi tersebut cukup menimbulkan kekhawatiran investor pasca menguatnya tren positif di bulan September menyusul keputusan The Fed untuk mulai melonggarkan kebijakan moneter demi menstimulasi pertumbuhan ekonomi.

"Kemungkinan akan kembali naiknya inflasi menjadi perhatian utama para investor saat ini. Sebab hal tersebut berpotensi membuat The Fed menahan tren penurunan suku bunga yang telah dimulai September lalu," jelas Fahmi.

Dalam pidatonya Senin (30/9) lalu pada pertemuan tahunan National Association for Business Economics (NABE) di Nashville, pemimpin The Fed, Jerome Powell sempat memaparkan pandangannya terkait kondisi ekonomi AS yang solid.

"Sektor tenaga kerja dengan indikator seperti angka pengangguran dan partisipasi angkatan kerja menunjukkan tren yang semakin stabil, meskipun pertumbuhan lapangan pekerjaan melambat. Inflasi telah mereda secara signifikan dengan tingkat inflasi inti saat ini berada di angka 2,7%," lanjutnya.

Fahmi melanjutkan, perkembangan positif yang disampaikan Powell tersebut kini menghadapi tantangan yang serius.

"Konflik di Timur Tengah dapat memicu guncangan harga minyak, yang berpotensi meningkatkan kembali kekhawatiran terhadap meningkatnya inflasi. Selain itu, kerusakan akibat badai yang diperkirakan mencapai $160 miliar, juga berpotensi mempengaruhi belanja konsumen di wilayah Tenggara AS. Kemudian, pemogokan sementara di pelabuhan juga menimbulkan kekhawatiran tentang gangguan rantai pasokan," imbuhnya.

Meskipun demikian, potensi The Fed akan kembali menurunkan suku bunga sebesar 25 atau bahkan 50 basis poin pada pertemuan 6-7 November mendatang masih cukup terbuka.

"Hal ini dikarenakan dampak negatif dari perkembangan yang ada termasuk ketegangan di Timur Tengah masih sangat mungkin untuk diminimalisir atau bahkan diisolasi," pungkas Fahmi.

Secara historis pasar kripto juga cenderung mengalami tren positif dengan reli yang cukup kuat pasca pemilihan presiden AS.

"Pasca periode pemilihan presiden Amerika Serikat sebelumnya yang terjadi pada 3 November 2020, harga Bitcoin terapresiasi signifikan dari level $13 ribu hingga hampir mencapai $30 ribu pada akhir Desember 2020 sebelum melanjutkan reli hingga mendekati level $70 ribu pada 2021. Kami melihat situasinya saat ini tidak terlalu jauh berbeda bagi Bitcoin dan pasar kripto secara umum," pungkas Fahmi.

Pemilihan presiden AS tahun ini pada 5 November mendatang yang akan diikuti oleh pertemuan pejabat The Fed untuk menentukan kebijakan suku bunga pada 6-7 November, akan menjadi momentum krusial yang memengaruhi dinamika pasar kripto baik di sisa tahun ini maupun di tahun depan.

"Jika pemilu AS berlangsung dengan baik dan The Fed memutuskan untuk menurunkan suku bunga pada pertemuan tersebut, reli utama fase bullish kali ini mungkin akan terjadi setelahnya," kata Fahmi.

Di tengah potensi bullish tersebut, Reku menghimbau investor untuk tetap mengambil keputusan yang cermat dan tidak tergesa-gesa.

"Investor bisa melakukan menabung rutin dan memantau kondisi pasar secara reguler. Saat ini, investor juga lebih mudah untuk berinvestasi pada sejumlah aset kripto blue chip sekaligus dengan sekali swipe. Seperti di fitur Packs di Reku yang menyediakan Crypto Blue Chip dengan komposisi aset-aset kripto dengan kapitalisasi teratas seperti Bitcoin, Ethereum, Solana, dan beberapa aset lainnya. Fitur tersebut dapat dimanfaatkan bagi investor jangka panjang yang memiliki preferensi berinvestasi ke aset kripto dengan likuiditas tinggi dan reputasi yang kuat. Dengan begitu, investor dapat mendiversifikasikan portofolionya ke aset kripto potensial dengan lebih mudah dan risiko terukur," ujarnya.(ak)