JAKARTA (IndoTelko) - Dalam memperingati hari kesehatan mental dunia, Reku menyadari investasi berpotensi menjadi salah satu faktor yang memicu rasa cemas dan khawatir. Terlebih, fluktuasi pasar yang dinamis dalam berinvestasi mempererat hubungan antara kondisi investasi dan psikologi investor.
Reku sebagai platform investasi aset global yang terdiri dari aset kripto dan Saham AS menyoroti pentingnya masyarakat untuk membangun kesiapan psikologi dalam berinvestasi.
Dikatakan Co-CEO Reku, Jesse Choi, psikologi investasi merupakan faktor penting yang menentukan kesiapan berinvestasi. “Kesiapan mental dalam berinvestasi perlu dimiliki investor di semua instrumen investasi. Sebab, fluktuasi harga terjadi di semua instrumen. Sehingga terdapat tendensi investor tertekan dengan kondisi pasar yang sedang kurang baik, serta FOMO saat aset tertentu sedang naik harga. Inilah pentingnya membangun kesiapan mental berinvestasi agar investor bisa membuat keputusan yang lebih bijak di kondisi ketika pasar menghijau ataupun terkoreksi,” jelasnya.
Menyoal berinvestasi kripto, laporan bertajuk “Where Are People Most Stressed About the State of Crypto?” yang dilansir dari Coinkickoff, mencatat Indonesia masuk dalam daftar negara yang memiliki tingkat stres tinggi terkait kripto untuk kawasan Asia Tenggara, sebesar 19,2%.
Kendati riset tersebut berfokus pada aset kripto yang cenderung lebih volatil, Jesse menjelaskan ini turut menggambarkan urgensi dalam membangun kesiapan berinvestasi di instrumen lainnya.
Ditambahkannya, fenomena serupa juga berpotensi terjadi pada investor di instrumen lain termasuk saham, reksadana, emas, serta aset-aset lain. Karenanya, kesiapan mental untuk setiap investor tetap dibutuhkan. "Bukan hanya dalam merespon tekanan dalam berinvestasi, namun mengelola kepercayaan diri. Sehingga investor dapat terhindar dari rasa percaya diri berlebih sehingga mendorong mereka membuat keputusan berisiko tanpa analisis yang cukup, serta panic selling saat pasar tiba-tiba terkoreksi,” katanya.
Untuk mendukung investor dalam membangun kesiapan mental dalam berinvestasi, literasi berperan penting untuk mengelola emosional investor.
Diungkapkannya, literasi investasi semestinya bukan hanya mencakup bagaimana cara kerja aset tertentu, namun juga perlu mengedukasi pengelolaan emosi yang baik dan disiplin dalam menerapkan strategi investasi. Ini juga bisa dimulai dengan mengetahui tipe investor, sehingga investor dapat menentukan instrumen investasi yang lebih sesuai dengan profil risiko dan tujuan keuangan masing-masing.
"Saat ini investor juga dapat mengetahui profil risikonya melalui fitur Investor Personality Test di Reku yang berisikan sejumlah pertanyaan seputar kepribadian finansial investor dan alokasi investasi ideal sesuai profil risikonya,” tambahnya.
Ia pun menekankan komitmennya dalam mengedukasi masyarakat untuk membangun kesadaran dan mengendalikan diri dalam keuangan sebelum berinvestasi.
“Reku juga kerja sama dengan pegiat finansial dan financial planner. Jadi, kami bukan hanya mengedukasi tentang aset kripto saja, namun juga manajemen keuangan dan strategi alokasi dana investasi yang terpisah dari kebutuhan primer harian dalam berbagai format, seperti kegiatan atau roadshow berkolaborasi dengan berbagai partners seperti Tether di 10 kota di Indonesia, konten edukasi, maupun diskusi bersama komunitas Telegram Reku yang beranggotakan puluhan ribu orang,” tegasnya.
Dengan begitu, investor diharapkan bisa lebih siap dalam menghadapi dinamika pasar di instrumen, dalam hal ini termasuk aset kripto dan Saham AS. Menurutnya, Ini sejalan dengan upaya pemerintah dalam mendorong edukasi bagi masyarakat. "Ke depannya, mudah-mudahan investor dapat lebih membangun manajemen emosional terhadap fluktuasi investasi sehingga bisa terus mengambil keputusan investasi yang strategis dan terukur,” harapnya. (mas)