DBS Indonesia gelar Coding Camp powered by DBS Foundation

JAKARTA (IndoTelko) Coding Camp powered by DBS Foundation adalah program pelatihan teknologi yang hadir sejak tahun 2023 dengan visi menyajikan pembelajaran terstruktur dan berkualitas tinggi demi membentuk lulusan terampil yang siap berkarier di perusahaan teknologi dan startup. Program ini merupakan wujud dari pilar keberlanjutan DBS Bank Ltd (Bank DBS) yang ketiga, yakni Impact Beyond Banking sejalan dengan visinya untuk menjadi ‘Best Bank for A Better World’.

Coding Camp powered by DBS Foundation akan kembali hadir pada tahun 2025 dan peresmian program ini dihadiri oleh Direktur Akademik Pendidikan Tinggi Vokasi Dr. Beny Bandanadjaja, S.T., M.T., Kepala Kampus Merdeka Mandiri Dessy Aliandrina, S.T, M.Sc, Ph.D, Manager Kampus Merdeka Mandiri Heru Wijaya, Founder & CEO Dicoding Narenda Wicaksono, Head of Group Strategic Marketing & Communications PT Bank DBS Indonesia Mona Monika, serta alumni Coding Camp powered by DBS Foundation 2023-2024.

Tahun lalu Bank DBS mengumumkan untuk melimpahkan SGD 1 miliar dalam 10 tahun ke depan untuk mendukung komunitas rentan dan meningkatkan dampak sosial, termasuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang berpenghasilan rendah dan kurang beruntung untuk membina komunitas yang lebih inklusif. Program Coding Camp powered by DBS Foundation adalah bagian dari SGD 100 juta pertama yang diluncurkan pada 2024.

Sejak awal diselenggarakannya program ini, sebanyak lebih dari 114.000 peserta telah menerima pelatihan; 56 persen merupakan mahasiswa pendidikan tinggi dan pelajar pendidikan menengah. Turut serta di antaranya, 17.000 peserta dari studi diploma dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang merepresentasikan jenjang pendidikan vokasi. Lebih lanjut, program Coding Camp ini juga berfokus pada pemberdayaan sosial karena mendukung kelompok rentan sebagai peserta.

Melihat tingginya minat para pendaftar pada program pelatihan di bidang Informasi Teknologi ini, Coding Camp powered by DBS Foundation kembali hadir tahun 2025 untuk membidik peserta didik perguruan tinggi dan pelajar sekolah menengah, termasuk mahasiswa program diploma D3 dan D4 dan pembelajar SMK sebagai peserta prioritas. Target utama berikutnya dari program ini adalah teman-teman difabel, perempuan, pendidik, dan warga berpenghasilan rendah -kelompok yang sangat didukung untuk mendaftar dan maju dalam kesetaraan di dunia IT.

Peserta terpilih akan mendapatkan pelatihan teknologi terstrukturselama lebih dari 900 jam atau sepanjang 1 semester yang dimulai di awal tahun 2025. Tidak hanya mendapat tech skills, pengalaman peserta akan semakin lengkap dengan belajar di kelas soft skills (topik: komunikasi dan berjejaring, personal branding, persiapan wawancara kerja, dan lain-lain), bahasa Inggris (topik: percakapan dan presentasi bisnis), serta literasi keuangan (topik: keuangan pribadi, investasi, dan manajemen kekayaan).

Para peserta dapat memilih salah satu dari dua alur belajar berikut, yakni Front-End & Back-End atau Machine Learning -keduanya masuk dalam daftar 10 pekerjaan paling dicari menurut Linkedin. Di alur belajar front-end dan back end, peserta akan mempelajari pemrograman web baik dari sisi front-end maupun back-end dengan peluang kerja menjadi Front-End Developer, Back-End Developer, hingga Fullstack Developer.

Sedangkan, di alur belajar machine learning, peserta akan mendalami topik mengenai data, machine learning, deep learning hingga generative AI (Artificial Intelligence) yang akan membuka kesempatan karier mereka menjadi AI/Machine Learning Engineer.

Dikatakan Head of Group Strategic Marketing and Communications PT Bank DBS Indonesia, Mona Monika, coding Camp adalah inisiatif DBS Foundation yang bertujuan untuk memperluas akses pada literasi digital bagi peserta didik di seluruh Indonesia. Melalui program ini, ia berharap dapat memberdayakan generasi muda dengan keterampilan digital yang relevan dan siap pakai.

“Ini adalah langkah penting untuk mencetak talenta masa depan yang siap bersaing di era teknologi (future-ready) dan akan membantu menciptakan masyarakat yang lebih inklusif dan berdaya. Melalui program ini, seluruh peserta dapat mewujudkan aspirasi dan cita-cita sesuai dengan ‘spark’ atau minatnya masing-masing di masa depan,” jelasnya.

Di kesempatan yang sama, Direktur Akademik Pendidikan Tinggi Vokasi, Dr. Beny Bandanadjaja, S.T., M.T., menyebutkan, mewakili Direktorat Jenderal Vokasi, ia menyampaikan apresiasi tinggi pada DBS Foundation atas inisiatifnya dalam menggagas Coding Camp ini untuk Indonesia. Program persiapan karier ini memiliki desain yang sangat baik dan inklusif.

“Kini penguasaan teknologi informasi sangat diperlukan oleh mahasiswa dari berbagai bidang studi. Kami yakin bahwa Coding Camp ini akan mampu menghasilkan lulusan-lulusan vokasi yang lebih unggul, berdaya saing tinggi, dan memiliki keterampilan yang berguna untuk masa depan,” tambahnya.

Selama hampir dua tahun berjalan, Coding Camp powered by DBS Foundation telah memberikan pembelajaran teknologi yang inklusif. Program ini telah merangkul 26.000 perempuan, 946 penyandang disabilitas, dan lebih dari 22.000 peserta dari keluarga pra-sejahtera.

Salah satu alumni perempuan, Hani Amany Elisadi (24) adalah lulusan Coding Camp powered by DBS Foundation yang merupakan seorang teman tuli. Keterbatasan kemampuan komunikasi tak menyurutkan semangat belajar Hani. Pengalaman belajarnya membentuk kesiapan karier Hani sebagai staf IT di Perum Peruri. "Belajar di Coding Camp yang difasilitasi oleh DBS Foundation membuat saya punya skillstambahan di bidang Front-End sehingga dapat kesempatan untuk punya karier yang maju," katanya.

Begitu pula Mohamad Aji Hermansya(21), alumni Coding Camp powered by DBS Foundation tahun 2024 sekaligus inovator muda yang masih menempuh studi Teknologi Rekayasa Perangkat Lunak di Politeknik Negeri Banyuwangi. “Pengalaman belajar saya di program ini memperluas wawasan saya di bidang Front-End dan membuat saya percaya diri untuk membangun Puspa Daya, sebuah aplikasi yang dapat merekam status gizi bayi secara otomatis,” jelasnya.

Lahir dari keprihatinan Aji dan tim pada tingginya angka stunting di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, inovasi ini kemudian didanai oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi dan didukung oleh The University of Sydney. (mas)