TikTok Shop bikin panas pasar produk kecantikan

JAKARTA (IndoTelko) - Persaingan di pasar perawatan & kecantikan e-commerce semakin ketat menjelang euforia belanja online double date 11.11.

Data terbaru dari Compas.co.id mengungkap sejumlah tren dan insight penting bagi para brand kecantikan yang ingin memaksimalkan penjualan di momen ini.

“Menurut data dari Market Insight Dashboard Compas.co.id, kami menemukan bahwa menjelang periode 11.11 tahun 2024, Shopee masih jadi marketplace dengan kontribusi nilai penjualan bulanan tertinggi di kategori perawatan & kecantikan, dengan market share sebesar 61% pada bulan Oktober 2024. Namun, yang menarik di tahun ini adalah pertumbuhan pesat TikTok Shop, yang berhasil mencapai market share 27% pada bulan Februari 2024 dan terus tumbuh hingga mencapai market share sebesar 33% pada Oktober 2024,” ungkap Co-founder & CEO Compas.co.id Hanindia Narendrata.

Lebih lanjut, Narendrata menjelaskan bahwa jika dilihat lebih detail, top 3 kategori produk di TikTok Shop dengan nilai penjualan tertinggi adalah body lotion/body butter, pelembab wajah, dan serum wajah.

Ketiganya berkontribusi sebesar 25,9% dari total nilai penjualan pada bulan Oktober 2024. Menariknya, ketiga kategori produk ini adalah yang paling ramai dibicarakan perihal fenomena overclaim pada Oktober 2024 lalu.

Melalui akun-akun Key Opinion Leader (KOL) ternama di TikTok Shop, beberapa brand disebut dalam konten dan dinyatakan overclaim dari berbagai macam bahan baku, seperti Retinol dan Niacinamide.

Hal ini berdampak langsung bagi brand-brand tersebut. Menurut data Compas.co.id, brand-brand yang dinyatakan overclaim mengalami penurunan nilai penjualan di bulan Oktober jika dibandingkan bulan sebelumnya, bahkan ada yang turun hingga 82%.

Berbanding terbalik dengan brand-brand yang dinyatakan overclaim, brand yang dinyatakan true claim maupun brand-brand yang diduga tidak melakukan overclaim mengalami kenaikan nilai penjualan. Berdasarkan data ini, ada indikasi konsumen tidak berhenti menggunakan produk perawatan & kecantikan, namun berpindah ke brand-brand lain yang cenderung memiliki kandungan yang sesuai dengan labelnya.

Lebih jauh, Compas.co.id mencoba menganalisis dampak KOL dalam penjualan, tidak hanya pada sentimen negatif, namun juga sentimen positif. Compas.co.id mengambil sampel untuk mengukur nilai penjualan berdasarkan judul produk yang mengandung "KOL Approved".

“Berdasarkan filter judul produk 'KOL Approved', sepanjang Januari - September 2024, Compas.co.id menemukan bahwa KOL memberikan dampak terhadap penjualan produk brand. Tasya Farasya, contohnya. Compas.co.id membandingkan nilai penjualan dua produk yang sama, satu produk dengan label 'Tasya Farasya Approved' dan satu tanpa label. Hasilnya, produk dengan label 'Tasya Farasya Approved' dapat menjual 154% lebih tinggi dibandingkan produk tanpa label,” pungkas Narendrata.

Narendrata melanjutkan, Compas.co.id tidak hanya melakukan komparasi, namun juga mengumpulkan deretan produk 'KOL Approved' terlaris.

Hasilnya, Tasya Farasya tampil sebagai jawara dan mampu menjual lebih dari 649 ribu produk. Nicholas Saputra berada di peringkat kedua (370 ribu produk), diikuti oleh Marshanda (213 ribu produk), dr. Elvin Gultom (77 ribu produk), dan dr. Richard Lee (65 ribu produk).

Berdasarkan fakta-fakta ini, jelang Hari Belanja Online Nasional (Harbolnas) Compas.co.id merekomendasikan untuk memaksimalkan penawaran di marketplace yang menjadi preferensi konsumen perawatan & kecantikan.

Kemudian, bangun dan jaga kepercayaan konsumen. Berdasarkan data tadi, dapat dipelajari bahwa untuk membangun penjualan yang sustain, kredibilitas lebih penting dibandingkan gimmick marketing.

Terakhir, rencanakan kampanye penjualan berdasarkan data agar target penjualan dan pengeluaran dapat lebih terukur.

"Karena berdasarkan data, kita dapat selangkah lebih maju dalam mempersiapkan sebuah program, seperti contohnya menganalisa data penjualan 'KOL Approved' yang ternyata memberikan dampak signifikan terhadap penjualan produk,” tutup Narendrata.(ak)