Generative AI buka jalan transformasi industri TMT

JAKARTA (IndoTelko) - Deloitte Global telah merilis laporan “Technology, Media & Telecommunications (TMT) 2025 Predictions”, yang memproyeksikan tahun penting bagi kecerdasan buatan generatif (GenAI) dan sektor TMT—mulai dari tantangan teknis dalam industri hingga isu-isu sosial yang mendesak.

Dengan mengatasi tantangan dalam infrastruktur, kesetaraan gender, konsumsi energi, kepercayaan, dan pengembangan kemampuan, industri ini berpotensi untuk melakukan lonjakan signifikan dan berada dalam posisi yang tepat untuk menentukan masa depan pengaruh AI.

Berikut adalah beberapa poin utama dari laporan tersebut:
• GenAI mendorong lonjakan konsumsi energi pusat data: Konsumsi listrik oleh pusat data global diperkirakan akan meningkat dua kali lipat menjadi 4% pada tahun 2030, seiring dengan meningkatnya penggunaan GenAI yang sangat intensif daya, lebih cepat dibandingkan dengan penggunaan dan aplikasi lainnya.

• Kesenjangan adopsi GenAI antara perempuan dan laki-laki semakin berkurang: Padatahun 2025, percobaan dan penggunaan GenAI oleh perempuan diperkirakan akan sejajar atau bahkan melebihi laki-laki, meskipun perusahaan teknologi perlu terus meningkatkan kepercayaan, representasi dalam model pelatihan, dan keberagaman dalam tenaga kerja AI.

• Penggunaan agen AI oleh perusahaan semakin meningkat: Diperkirakan 25% perusahaan yang menggunakan GenAI akan mulai menerapkan agen AI pada tahun 2025, dan jumlah ini akan meningkat menjadi 50% pada tahun 2027.

• GenAI siap membuat perangkat lebih pintar: Pada tahun 2025, pangsa pasar smartphone yang dilengkapi dengan GenAI diperkirakan akan melebihi 30%, ditambah sekitar 50% laptop dengan kemampuan pemrosesan GenAI lokal.

• Konsolidasi Telekomunikasi diperkirakan akan merombak pasar global: Merger dan akuisisi telekomunikasi nirkabel diperkirakan akan meningkat, terutama di Eropa, untuk meningkatkan ketahanan dan efisiensi jaringan.

• Kelelahan streaming mendorong pergeseran ke platform teragregasi: Jumlah langganan video streaming-on-demand (SVOD) per rumah tangga diperkirakan akan mencapai puncaknya pada tahun 2025 dengan empat layanan di AS dan sedikit lebih dari dua di Eropa, kemudian mengalami penurunan ke depannya.

"Kita sedang berdiri di ambang era baru dalam penemuan manusia, dan pilihan yang kita buat hari ini terkait pengembangan dan penggunaan kecerdasan buatan akan membentuk masa depan," ungkap Deloitte Global TMT Industry Leader Ariane BUCAILLE.

Dikatakannya, GenAI telah mendemokratisasi AI canggih dengan menempatkannya di tangan setiap karyawan.

Berdasarkan analisis Deloitte, 43% karyawan di Asia Pasifik sudah memanfaatkan GenAI, dan Asia Tenggara menempati peringkat kedua dari sembilan lokasi untuk penggunaan GenAI.

Meskipun pertumbuhan GenAI begitu pesat, banyak organisasi masih mencari cara untuk memaksimalkan manfaatnya.

Saat GenAI merombak lanskap teknologi, keberhasilan tidak hanya bergantung pada teknologi semata, tetapi pada kemampuan kita untuk memanfaatkan alat-alat ini untuk meningkatkan kemampuan manusia. Kami melihat peluang penting bagi perusahaan telekomunikasi dan teknologi di Asia Tenggara untuk mengubah kapabilitas tenaga kerja melalui pembangunan kapabilitas yang strategis dan terarah untuk memanfaatkan AI.

Masa depan milik organisasi yang tidak hanya memperkenalkan AI ke dalam proses yang ada, tetapi juga memberdayakan orang-orang mereka untuk berinovasi dan beradaptasi dalam transformasi yang dipimpin oleh AI," ungkap Deloitte Southeast Asia TMT Industry Leader YANG Chi Chih.

GenAI diharapkan dapat melipatgandakan penggunaan energi pusat data dengan teknologi canggih yang membantu transisi energi bersih

Deloitte memprediksi bahwa konsumsi listrik pusat data global dapat meningkat hampir dua kali lipat menjadi 1.065 terawatt-jam (TWh) pada tahun 2030—atau 4% dari total konsumsi energi global, seiring dengan terus berkembangnya pelatihan dan inferensi GenAI yang memerlukan daya lebih besar dibandingkan dengan penggunaan dan aplikasi lainnya.

Perusahaan teknologi—termasuk penyedia cloud, perusahaan semikonduktor, dan operator pusat data—dapat membantu mendorong transisi energi bersih dan mengurangi pertumbuhan penggunaan listrik.

Mereka mungkin dapat memanfaatkan sumber daya finansial yang substansial yang mungkin tidak dimiliki oleh mitra mereka—seperti inovator, produsen energi terbarukan, dan utilitas. Perusahaan teknologi besar secara aktif berinvestasi dalam chip yang lebih efisien, solusi pendinginan inovatif, desain hemat energi, dan sumber energi bebas karbon, serta berkomitmen untuk mencapai target net-zero. Meskipun Deloitte memperkirakan bahwa kolaborasi ini berpotensi mengurangi dampak energi dari GenAI, banyak inisiatif penelitian, pengembangan, dan program percontohan terkait yang diperkirakan akan memerlukan bertahun- tahun untuk memberikan hasil nyata dan pengembalian investasi.

Penggunaan GenAI oleh perempuan diperkirakan akan setara dengan laki-laki pada 2025 di AS, meskipun kesenjangan global masih ada Deloitte memprediksi bahwa pada akhir tahun 2025, perempuan di AS akan menggunakan GenAI dengan jumlah yang setara atau bahkan melebihi laki-laki. Pada 2023, penggunaan GenAI oleh perempuan hanya mencapai setengah dari penggunaan laki-laki. Namun, dalam setahun terakhir, proporsi perempuan di AS yang mengadopsi GenAI telah meningkat tiga kali lipat, jauh lebih cepat dibandingkan dengan laju pertumbuhan 2,2 kali yang tercatat di kalangan laki-laki. Di seluruh dunia, negara dan wilayah diharapkan dapat menutup kesenjangan adopsi dengan kecepatan yang bervariasi, dengan beberapa negara diperkirakan mencapai kesetaraan penggunaan antara perempuan dan laki-laki pada 2025, sementara lainnya pada 2026.

“Meskipun peningkatan pesat dalam adopsi GenAI oleh wanita sangat menjanjikan, menghilangkan kesenjangan gender dalam GenAI akan membutuhkan upaya yang terfokus. Wanita di sektor teknologi—yang menggunakan GenAI lebih banyak daripada rekan pria mereka untuk tugas sehari-hari—dapat menjadi kelompok penting untuk membantu mendorong perubahan. Perusahaan teknologi harus meningkatkan kepercayaan, mengurangi bias, dan berupaya memiliki tenaga kerja GenAI yang lebih beragam—termasuk di tingkat kepemimpinan—untuk memastikan bahwa setiap orang dapat sepenuhnya terlibat dan mendapatkan manfaat dari teknologi GenAI. Dengan melakukan hal ini, perusahaan dapat membuka inovasi yang lebih besar dan memperluas basis konsumen mereka, memastikan produk dan layanan yang adil dan efektif secara global,” ungkap Deloitte Global Technology Sector Leader Gillian CROSSAN.

Agen AI semakin berkembang dengan 25% perusahaan diperkirakan mengadopsinya pada 2025 Deloitte memprediksi bahwa 25% perusahaan yang menggunakan GenAI diperkirakan akan menerapkan agen AI pada tahun 2025, dan jumlah ini akan meningkat menjadi 50% pada tahun 2027.

Pertumbuhan agen AI solusi perangkat lunak yang dirancang untuk menyelesaikan tugas dengan intervensi manusia minimal akan didorong oleh inovasi dari startup dan pemimpin industri mapan yang mengidentifikasi peluang pendapatan baru.

Dibangun di atas model large language, agen AI ini akan menawarkan fleksibilitas yang lebih besar dan lebih banyak kasus penggunaan dibandingkan dengan metode pembelajaran mesin atau pembelajaran mendalam tradisional. Meskipun tujuan akhirnya adalah menciptakan agen yang otonom dan dapat diandalkan, Deloitte memperkirakan bahwa kemampuan agen AI akan meningkat pesat pada 2025 seiring dengan kemajuan teknologi ini. Agen AI diperkirakan akan melampaui tahap uji coba dan bukti konsep di beberapa pasar serta aplikasi pada tahun tersebut.

Meskipun pengguna awal akan menghadapi tantangan dan kompleksitas, visi ini cukup menarik bagi organisasi untuk mengambil langkah proaktif dalam mempersiapkan diri untuk adopsi.

Evolusi ini akan memungkinkan agen AI untuk menangani berbagai aplikasi yang lebih luas, memberikan perusahaan alat berharga untuk meningkatkan produktivitas pekerja pengetahuan dan efisiensi alur kerja di berbagai sektor.

Menguji Kekuatan
Seiring dengan upaya produsen smartphone dan PC untuk membangkitkan kembali antusiasme konsumen, Deloitte memprediksi bahwa pada tahun 2025, smartphone yang dilengkapi dengan GenAI akan melebihi 30% dari total pengiriman. PC dengan kemampuan pemrosesan GenAI lokal diperkirakan akan mencapai sekitar 50% dari total pengiriman, meningkat dari 30% pada tahun 2024.

Tahun 2025 merupakan tahun yang krusial untuk mengevaluasi nilai dan kelengkapan fungsionalitas awal GenAI. Meskipun Deloitte memprediksi adanya peningkatan 7% dalam pengiriman smartphone global (naik dari 5% pada 2024) pada tahun 2025, dampak pendapatan lebih besar dibandingkan dampak volume, karena konsumen membeli smartphone premium dengan harga lebih tinggi yang dilengkapi dengan fitur GenAI canggih. Namun, waktu yang akan menentukan seberapa cepat pengguna mengadopsi fitur inovatif yang diharapkan oleh penyedia untuk mendorong penjualan.

Konsolidasi

Deloitte memprediksi akan ada peningkatan laju konsolidasi telekomunikasi nirkabel, terutama di Eropa, mulai tahun 2025 dan seterusnya, menciptakan ekosistem nirkabel yang lebih layak dan berkelanjutan, terutama di pasar-pasar yang lebih kecil.
Meskipun Deloitte memperkirakan jumlah total kesepakatan M&A akan tetap stabil di sekitar 400, fokus akan bergeser menuju konsolidasi di tingkat pasar, dengan perusahaan telekomunikasi yang lebih kecil menjadi target pemain besar. Sejak 2020, telah disetujui atau sedang dipertimbangkan 13 merger telekomunikasi, termasuk enam di Amerika, lima di Asia-Pasifik, dan dua di Eropa.

“Ketika perusahaan mencari akuisisi untuk mendorong nilai, mereka perlu mengingat dasar-dasar utama sebelum berinvestasi triliunan dolar dalam kesepakatan. Di Asia Tenggara, ada beberapa kisah sukses baru-baru ini di mana M&A telah menghasilkan pertumbuhan pendapatan yang berkelanjutan, peningkatan nilai pemegang saham, serta sinergi dalam belanja modal jaringan dan operasi. Benang merah di balik kesuksesan ini jelas: keselarasan pada hal-hal yang tidak bisa
dinegosiasikan—nilai, tujuan, dan budaya—di semua level, membangun ekosistem yang mulus yang melibatkan pemangku kepentingan internal, mitra eksternal, dan karyawan, serta mengeksekusi strategi kesepakatan dengan kecepatan dan presisi,” ungkap Deloitte Southeast Asia TMT Industry Strategy, Risk and & Transactions Leader Piyush JAIN.

Deloitte memprediksi bahwa penumpukan subscription video on demand (SVOD)— tren berlangganan beberapa layanan video-on-demand mandiri—telah mencapai batasnya dan akan mulai menurun pada 2025. Meskipun langganan mandiri diperkirakan akan menurun, pendapatan SVOD mungkin masih meningkat karena penyedia layanan menerapkan kenaikan harga, memperketat kebijakan berbagi kata sandi, dan meningkatkan opsi bundling.

Deloitte memprediksi pasar akan stabil dengan hanya dua atau tiga pemain SVOD mandiri langsung ke konsumen per pasar, yang akan dilengkapi oleh agregator. Menggemakan model tradisional penyedia TV berbayar, Deloitte memperkirakan kebangkitan agregasi, di mana perantara—seperti operator telekomunikasi, platform TV berbayar, dan platform teknologi— akan mengonsolidasikan berbagai sumber konten menjadi satu penawaran. Perubahan ini dapatmengurangi biaya dan menciptakan ekosistem streaming yang lebih berkelanjutan.

"Perubahan dari model yang menjanjikan dan berfokus pada pengguna menuju pengalaman yang kompleks dan terfragmentasi ini telah menciptakan seruan untuk kembali ke agregasi, merefleksikan kesederhanaan dan aksesibilitas yang awalnya mendorong revolusi streaming," ungkap Deloitte Global Telecommunications, Media & Entertainment (TM&E) Sector Leader Kevin WESTCOTT.

"Kami kini mengantisipasi hadirnya era baru dalam streaming, yang mengutamakan pengalaman pengguna dan inovasi. Masa depan streaming berbasis AI terletak pada platform yang mampu memprediksi preferensi individu, menyajikan konten yang disesuaikan, dan mengaburkan batas antara tontonan tradisional dan pengalaman interaktif,” katanya.(ak)