JAKARTA (IndoTelko) - Ragam ancaman digital yang terus berkembang membuat keamanan siber menjadi tantangan utama dalam industri keuangan, khususnya di bidang layanan keuangan digital atau yang juga dikenal sebagai fintech. Penipuan dapat terjadi dalam berbagai bentuk, termasuk yang paling umum adalah phishing dan pencurian identitas dalam bentuk lain.
Untuk mengatasi risiko tersebut, AdaKami sebagai platform fintech lending terdepan dari sisi teknologi di Indonesia mengambil langkah proaktif lewat pemanfaatan teknologi kecerdasan buatan (artificial intelligence). Dengan teknologi terkini, upaya tersebut mampu menangani kasus percobaan pencurian identitas dan mencegah penipuan hingga 95%.
Dikatakan Direktur Utama AdaKami, Bernardino Moningka Vega, menurut data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), seperti dikutip dalam whitepaper yang diterbitkan oleh perusahaan identitas dan verifikasi global GBG, selama 2023 terjadi peningkatan kasus pencurian identitas sebanyak 25% di Indonesia, yang menyebabkan kerugian lebih dari Rp 500 miliar. "Inilah mengapa keamanan siber merupakan pilar penting bagi keberlangsungan industri,” jelasnya.
Didirikan pada 2018, AdaKami dioperasikan oleh PT Pembiayaan Digital Indonesia, sebuah perusahaan berbadan hukum Indonesia yang berizin dan memenuhi ketentuan yang berlaku di bawah pengawasan Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Memanfaatkan teknologi, AdaKami hadir menjembatani kesenjangan kredit di Indonesia untuk mendukung pertumbuhan ekonomi dan memberdayakan jutaan orang.
Ditambahkanya, saat ini AdaKami telah mengintegrasikan teknologi artificial intelligence (AI) ke dalam proses pengajuan pinjaman. Integrasi ini meliputi mekanisme electronic Know Your Customer (e-KYC) dan teknologi AI yang dapat mendeteksi penipu dengan mengidentifikasi anomali pada latar belakang foto. Mekanisme e-KYC terdiri dari beberapa langkah yang mengharuskan calon peminjam untuk mengunggah salinan kartu identitas dan foto diri.
Sistem akan memverifikasi data yang diberikan dengan melakukan pengecekan silang dengan database terpercaya atau sumber-sumber pemerintah. Algoritma AI bekerja untuk mendeteksi dan menganalisa dokumen dan data biometrik, menandai anomali dan potensi risiko penipuan.
Dijelaskannya, teknologi berbasis AI juga dapat mengidentifikasi gambar atau video yang dimanipulasi dengan mendeteksi inkonsistensi, seperti ekspresi tidak wajar, pencahayaan tidak sesuai, atau inkonsistensi bingkai.
Selain memanfaatkan kedua teknologi ini, AdaKami juga secara rutin mengadakan kegiatan edukasi untuk membekali pelanggan dengan pengetahuan penting tentang perlindungan data.
Ia menerangkan, sebagai platform fintech lending, pihaknya berkomitmen untuk melindungi pengguna kami di dunia digital. Meskipun adopsi AI membantu kami mencegah pencurian identitas, penyalahgunaan informasi pribadi dan penipuan oleh penjahat siber, pihaknya tetap memerlukan peran aktif para pengguna.
"Modus kejahatan siber terus berkembang, sehingga masyarakat perlu memahami langkah-langkah keamanan terbaru untuk mencegah terjadinya kejahatan siber. Untuk itu, kami secara rutin melakukan edukasi dan membagikan tips menjaga keamanan digital. Yang terpenting, kami menghimbau para pengguna untuk tetap waspada ketika memberikan informasi pribadi seperti nama, foto, alamat email, dan detail rekening bank,” katanya. (mas)