JAKARTA (IndoTelko) –Kementrian Perindustrian (Kemenperin) menyakini jika aturan terbaru tentang Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) untuk software smartphone selesai direvisi akan mendatangkan banyak investor ke Indonesia.
Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat, Transportasi dan Elektronika (ILMATE) Kementerian Perindustrian, I Gusti Putu Suryawirawan, mengungkapkan, saat ini negara yang menjadi sasaran investor untuk mendirikan pabrik smartphone adalah India, namun dalam beberapa tahun mendatang bisa berubah melirik Indonesia dengan keluarnya aturan baru.
"Kita akan kedatangan investasi juga jika aturan TKDN software direvisi. Bisnis smartphone itu lebih besar margin di software ketimbang hardware,” paparnya, kemarin.
Dijelaskannya, Indonesia masih menjadi pasar yang strategis untuk mengembangkan teknologi, salah satunya smartphone. "Smartphone itu setengahnya sudah jadi komputer. Dengan adanya smartphone, ada beberapa bisnis besar yang bisa di buat di Indonesia. Lalu, ada beberapa banyak orang yang bisa dapatkan untuk ciptakan lapangan kerja. Itu yang harus kita dorong," kata Putu.
Rencananya, Kemenperin segera merevisi Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 69 Tahun 2014 tentang Perhitungan TKDN guna menekan impor ponsel. Dalam revisi itu, kalkulasi software dan komponen kreatif akan diperhitungkan dalam TKDN.
Revisi akan selesai pada akhir 2015, di mana perhitungannya akan berbeda dengan perhitungan TKDN pada hardware smartphone itu sendiri. Menurut data Kemenperin, Indonesia telah menurunkan impor ponsel pintar berbasis 4G dari 70 juta unit di tahun 2012 menjadi 54 juta unit di tahun 2014.
Dalam catatan, dampak dari aturan TKDN smartphone di Indonesia sudah mulai terasa dengan aksi beberapa vendor yang membuka pabrik di Tanah Air.
Misalnya, Oppo dari Tiongkok yang membangun pabrik di kawasan Mauk, Kabupaten Tangerang, dengan kapasitas mencapai 30.000 hingga 40.000 unit per bulan.
Jumlah produksi tersebut masih jauh dari yang ditargetkan, dimana vendor asal Tiongkok itu berharap pabriknya mampu memproduksi sekitar 200.000 unit per bulan. Target tersebut diharapkan bisa tercapai hingga akhir tahun 2015.(ak)