JAKARTA (IndoTelko) – Kejahatan yang dilakukan di dunia maya ternyata masih membidik pasar perbankan dan telekomunikasi.
“Sasaran terbesar terhadap kejahatan siber di Indonesia masih di dua sektor itu.Tren serangan yang tertinggi saat ini masih dari malware,” ungkap Presiden Direktur Metrodata Susanto Djaja, kemarin.
Menurutnya, kombinasi perbankan dan Telekomunikasi (Telco) yang menyelenggarakan online banking masih menjadi target dari dedemit maya karena seringkali berhubungan langsung dengan para pelanggannya yang memiliki jumlah banyak.
“Pada online banking rentan kehilangan data personal, akibat dari serangan penipuan melalui phishing (scam phising),” jelasnya.
Mengutip data Kapersky Security Network (KSN) selama kuartal II 2015 ditemukan rata-rata 23,9% komputer pengguna internet di berbagai belahan dunia diserang malware yang dibawa oleh situs online minimal satu kali. Sedangkan, pada perangkat ponsel, sebanyak 291.800 program malware baru muncul pada kuartal tersebut.
Kapersky melaporkan, selama kuartal II 2015, ada lebih dari 379 juta serangan berbahaya via online di seluruh dunia dan 26 juta diantaranya merupakan serangan yang disebar melalui website dalam bentuk script, exploit, exe filw, dan sebagainya. Target utama para pelaku adalah mobile banking yang menyerang setidaknya 114 bank dan aplikasi finansial.
Selain itu, Kapersky sebelumnya menyatakan sebanyak 17 juta serangan terjadi di Indonesia. Namun, hanya 872 perusahaan yang mengakui terjadinya kebocoran data dari serangan itu.
Bahkan, dalam laporan data kuartal II 2014, Indonesia menjadi negara nomor dua di dunia sebagai penyerang terbesar dengan 13 juta serangan. Posisi Indonesia setingkat di bawah Tiongkok yang mencapai 43% dan di atas Amerika Serikat (AS) yang berada di posisi ketiga dengan tingkat penyerangan sebesar 13%.
Data Trend Micro juga menyebutkan aktivitas-aktivitas berbahaya yang melanda online banking mengalami penurunan sebesar 5,9% pada kuartal II 2015 dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Nama virus lama yang masih menjadi top malware, yaitu Sality masih mendominasi dengan 19% dari seluruh malware yang menginfeksi Indonesia selama kuartal II 2015. Disusul dengan GAMARUE, Virux, dan Ramnit yang jumlahnya tercatat masih signifikan.
Belum lama ini seorang nasabah dari CIMB Niaga, Hengky Budiono (54), melapor ke polisi gara-gara uangnya sebesar Rp 750 juta yang disimpan di Bank CIMB Niaga Madiun, tiba-tiba hilang.
Hengky Budiono sudah melaporkan kasus lenyapnya uangnya di Bank CIMB itu pada 30 Juli 2015. Namun, hingga kini kasus tersebut sepertinya belum diproses dan polisi belum menentukan tersangka dalam perkara ini.
Hengky Budiono mengatakan dia mengetahui uangnya lenyap pada 27 Juli 2015. Awalnya ditandai dengan sim card telepon selulernya yang tidak berfungsi. Karena dianggap rusak, dia melakukan pergantian ke Grapari Telkomsel. Setelah sim card itu aktif, tiba-tiba muncul pemberitahuan transaksi via phone banking. Pemberitahuan transaksi itu mulai tanggal 23 - 27 Juli 2015.
Ditengarai hilangnya uang yang disimpan di Bank CIMB itu melibatkan pegawai di Bank CIMB dan Telkomsel. Selama ini Hengky tidak pernah mendaftarkan nomor selulernya untuk mobile banking ke Bank CIMB Niaga.
Hengky telah melaporkan Bank CIMB Niaga ke Polisi, juga menggugat Bank tersebut dan Telkomsel secara perdata di Pengadilan Madiun dengan nilai Rp 10 miliar ditanggung renteng kedua perusahaan.(ak)