JAKARTA (IndoTelko) – Aplikasi streaming musik Yonder memperkirakan akan menghabiskan dana sekitar US$ 15 juta untuk mendukung ekspansinya hingga akhir 2016.
“Kami bidik hadir di 16 negara, setelah itu 16 negara tahun mendatang. Dari pertama berdiri hingga akhir tahun ini kita prediksi akan keluarkan dana sekitar US$ 15 juta untuk dukung ekspansi. Di Indonesia saja untuk membangun ekosistem kami keluar sekitar US$ 5 juta dan bisa naik nantinya,” ungkap CEO Yonder Music, Adam Kidron, belum lama ini.
Diungkapkannya, setelah hadir di Indonesia, Yonder akan masuk ke Bangladesh, Ghana, Pakistan, Amerika Latin, dan baru Amerika Serikat. “Kita utamakan masuk ke negara berkembang karena pasar yang sedang tumbuh di sana. Di Malaysia dalam waktu lima bulan dengan menggandeng Celcom sudah ada 500 ribu pengguna. Kalau bersama XL kami optimistis bisa dapat 1,5 juta pengguna dan menjadi salah satu pemain besar di bisnis streaming musik,” katanya.
Menurutnya, Yonder memiliki kekuatan untuk menggoyang pasar streaming musik di Indonesia karena menawarkan konsep berlangganan yang berbeda. “Kami tidak minta orang keluar uang untuk menikmati musik, ini harganya sudah bundling di paket data operator. Beda dengan pesaing yang memaksa orang keluar uang untuk mendengarkan musik. Selain itu kita tawarkan pembagian 75% ke industri musik tanpa menunggu konsolidasi perhitungan dulu,” katanya.
Dikatakannya, Yonder Music hadir di Indonesia dengan kesempatan mendapatkan peluang bisnis yang cukup besar. Dengan jumlah penduduk terbesar ke-4 di dunia, Indonesia hanya memiliki porsi persentase sekitar 0,4% dari peta industri musik dunia. (
Baca juga:
XL gandeng Yonder)
“Yonder membawa platform pemutar musik yang revolusioner. Para pecinta musik tanah air yang akan mendapatkan akses bebas ke puluhan juta koleksi trek musik yang legal dan berkualitas. Yonder juga memberikan kesempatan bisnis yang menjanjikan bagi para pelaku industri musik sendiri dengan pembagian royalti yang adil dan transparan,” tutupnya.(id)