JAKARTA (IndoTelko) – Telkomsel meminta penurunan biaya interkoneksi bersifat adil bagi semua operator agar kompetisi berjalan sehat dan industri terjaga sustainability-nya.
“Perhitungan biaya interkoneksi harus dilakukan secara komprehensif dan bersifat adil untuk semua pihak. Tidak boleh ada operator yang diuntungkan dan dirugikan dalam berinterkoneksi. Kami berharap agar biaya interkoneksi yang baru memberikan dampak yang lebih baik kepada perusahaan maupun industri dengan perhitungan yang fair dan transparan,” tegas Direktur Utama Telkomsel Ririek Adriansyah, di Jakarta, Rabu (1/6).
Dijelaskannya, biaya interkoneksi merupakan sebagian kecil atau sekitar 15% dari variabel komponen tarif retail secara keseluruhan, yang terdiri dari beberapa variabel biaya lainnya seperti service activation fee, marketing, dan margin.
Sekadar informasi, biaya interkoneksi adalah komponen yang dikeluarkan operator untuk melakukan panggilan lintas jaringan. Perhitungan biaya interkoneksi adalah berbasis biaya yang dilandasi oleh UU 36/1999 tentang Telekomunikasi, PP 52/2000 mengenai telekomunikasi, dimana Pemerintah yang melakukan perhitungan tarif interkoneksi ini dan operator hanya menyediakan data-data yang dibutuhkan dalam proses perhitungan.
Besaran biaya interkoneksi kepada operator lain dipengaruhi oleh hasil perhitungan biaya jaringan operator tujuan. Biaya jaringan operator tujuan ditentukan oleh biaya investasi penggelaran jaringan operator tujuan. Biaya investasi ini dipengaruhi oleh coverage, trafik yang disalurkan dan utilisasi jaringan. Semakin besar wilayah layanan operator maka semakin tinggi investasi per menit panggilan. Biaya ini akan lebih tinggi lagi apabila operator menggelar jaringan ke perdesaan.
Sebagai ilustrasi perhitungan, saat ini tarif ritel atau tarif pungut yang dibebankan operator kepada pelanggan berkisar di angka Rp 1500 – Rp 2000 per panggilan off net (panggilan antar operator) per menit.
“Nah, jika pemerintah ingin menurunkan tarif ritel, maka tidak akan signifikan dengan cara memangkas biaya interkoneksi. Karena sejak tahun 2008, penurunan biaya interkoneksi itu tidak pernah berdampak signifikan kepada penurunan tarif ritel off net,” ungkapnya.
Sebelumnya, Menkominfo Rudiantara melempar sinyal akan menurunkan biaya interkoneksi tak jauh dari angka 20-an%. Salah satu tujuan Rudiantara memangkas biaya interkoneksi karena ingin membuat panggilan lintas jaringan mendekati ke sesama jaringan (on nett). (
Baca juga:
Tarik menarik biaya interkoneksi)
Namun, pola pikir dari Rudiantara diingatkan banyak kalangan cenderung menafikan komponen perhitungan lain dari tarif ritel dimana selain biaya interkoneksi ada variabel service activation fee, dan margin. (
Baca juga:
Penurunan biaya interkoneksi dan dampaknya)
Sedangkan biaya interkoneksi sebenarnya adalah biaya jaringan yang dimiliki operator. Kekhawatiran banyak pihak adalah dalam jangka panjang operator dominan kesulitan mengembangkan infrastruktur karena biaya dibawah ongkos produksi sementara pemain penantang akan cenderung melakukan network sharing untuk menjaga margin. Ujungnya, masyarakat yang dirugikan karena kualitas layanan menurun.(id)