JAKARTA (IndoTelko) – Aksi Netflix yang melakukan ekspansi global sejak kuartal pertama 2016 ternyata belum berbuah manis ke kinerja keuangan.
Penyedia layanan streaming on-demand asal Amerika Serikat ini awal Januari lalu mengumumkan ekspansi globalnya ke 130 negara, termasuk India dan Indonesia, serta memperluas cakupan operasional perusahaannya menjadi 190 negara.
Namun, di kuartal kedua 2016, perseroan hanya berhasil mendapatkan tambahan 1,68 juta pelanggan baru jauh di bawah target yakni 2,5 juta tambahan pelanggan. Pendapatan di kuartal kedua 2016 sebesar US% 2,11 miliar atau naik 28% dibandingkan kuartal kedua 2015. Raihan ini dibawah target yakni US$ 2,14 miliar. Laba bersih sepanjang kuartal kedua 2016 sebesar US$ 41 juta.
Di Amerika Serikat, Netflix hanya mendapatkan tambahan 162 ribu pelanggan, sedangkan di luar pasar Amerika Serikat ada tambahan 1,52 juta pelanggan baru jauh dibawah target yakni 2 juta pelanggan baru. Diperkirakan ada total 47,1 juta pelanggan yang dimiliki Netflix hingga kuartal kedua 2016.
Vice President Media Partners Asia Aravind Venugopal mengatakan masalah yang dialami Netflix dalam ekspansinya adalah harga berlangganan terlalu mahal, khususnya untuk pasar Asia dan rendannya konten lokal yang dijual.
“Banyak konten milik Netflix tak cocok di pasar Asia. Ini beda pendekatannya dengan Disney kala masuk pasar Asia. Selain itu isu biaya langganan juga berpengaruh. Masa Anda harus bayar TV berlangganan dan Netflix juga,” katanya seperti dilansir TechCrunch belum lama ini. (
Baca juga:
Netflix di Indonesia)
Netflix sendiri di Indonesia masih berseteru dengan Telkom dimana status blokirnya belum dicabut bagi pelanggan IndiHome dan Telkomsel. Salah satu pemicu diblokirnya. (
Baca juga:
Netflix sindir Telkom)
Netflix oleh Telkom karena Over The Top (OTT) ini enggan melakukan kerjasama layaknya iflix yang memanfaatkan platform UseeTV milik operator pelat merah itu.(wn)