JAKARTA (IndoTelko) - Pertumbuhan data di seluruh dunia yang tinggi menjadikan setiap perusahaan harus memiliki machine learning untu menganalisanya secara otomatis dan memprediksi masa depan untuk mendongkrak masa depan.
“Dengan begitu dahsyatnya pertumbuhan data di seluruh dunia, di mana sekitar 2,5 quintillion data digital tercipta per hari, bisnis tidak lagi mampu menganalisa data tersebut secara tradisional untuk memperoleh insight penting. Di sinilah kehadiran machine learning diperlukan untuk menganalisa data secara otomatis dan memprediksi masa depan untuk mendongkrak pemasukan. Teknologi ini semakin krusial di mana IDC mencatat 75% enterprise dan pengembang software akan menerapkan fungsi Machine Learning dengan tool analitik bisnis yang lengkap minimal dalam satu aplikasi perusahaan,” jelas Direktur Computrade Technology International (CTI Group) Rachmat Gunawan, kemarin.
Machine Learning merupakan bagian dari ilmu Artificial Intelligence yang memungkinkan mesin atau sistem mempelajari data tanpa pemrograman dan mengambil keputusan sendiri.
Teknologi ini sudah ada sejak puluhan tahun lalu namun kembali menjadi perhatian berkat kemajuan infrastruktur TI seperti kemampuan computing yang semakin baik dan data storage yang semakin murah.
Marak dikenal melalui terobosan autonomous car, machine learning juga dimanfaatkan di dunia bisnis, seperti perbankan, healthcare, manufacturing, bahkan sport dan entertainment. Investasi dalam teknologi ini dapat membantu bisnis meningkatkan agility, membuka peluang pasar baru, memahami pelanggan lebih baik, mengurangi biaya operasional, bahkan memprediksi terjadinya penipuan dan equipment failure.
Gartner mencatat pada tahun 2018, lebih dari separuh perusahaan enterprise di dunia akan meningkatkan daya saing melalui implementasi advanced analytics dan algoritma yang nantinya mampu mendisrupsi seluruh industri.
Machine Learning juga diprediksi akan mengalami peningkatan dalam sisi service market dari US$ 613,4 juta di 2016 menjadi US$ 3,7550 juta pada 2021 dengan Laju Pertumbuhan Majemuk Tahunan (CAGR) sebesar 43,7%.
“Meskipun teknologi machine learning sudah banyak dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari, namun belum banyak organisasi yang memahami bagaimana menerapkan teknologi ini, baik dalam hal pemilihan solusi maupun penentuan strategi untuk meminimalisir risiko kegagalan dalam investasi. Melalui CTI IT Infrastructure Summit 2017, kami ingin menjadi mitra industri dalam menerapkan teknologi cognitive computing ini untuk mendorong keberhasilan bisnis di era transformasi digital saat ini,” tambah Rachmat.
Presiden Direktur IBM Indonesia Gunawan Susanto mengakui kita saat ini berada di era digital dimana data berkembang sangat cepat dan memerlukan pendekatan yang baru dalam teknologi dan strategi.
'Sekitar 80% data yang tersebar adalah Dark Data (tidak teridentifikasi) yang tidak hanya berupa teks tapi juga gambar, video dan suara. Untuk itu IBM memiliki solusi pendekatan Cognitive yang mampu menganalisa, memberikan rekomendasi di seluruh industri. IBM Watson merupakan produk dari solusi Cognitive kami yang memiliki kemampuan untuk membuka data-data yang tidak teridentifikasi tersebut,” jelasnya.
Guna membahas soal fenomena baru ini CTI Group akan mengadakan kembali seminar dan pameran infrastruktur TI terbesar di Indonesia, CTI IT Infrastructure Summit, pada 8 Maret 2017 di Hotel Ritz-Carlton Pacific Place, Jakarta Selatan.
Acara yang kini memasuki tahun keempat akan mengangkat topik “Machine Learning: Capitalizing the Information of Everything to Drive Your Digital Business” untuk membantu organisasi mengolah data dan informasi menggunakan teknologi machine learning menjadi insight berharga demi pertumbuhan bisnis.
CTI IT Infrastructure Summit akan menghadirkan berbagai solusi TI terkini dan sharing best practice tidak hanya bagi profesional di bidang TI, melainkan juga pemasaran, keuangan, produksi dan lainnya dari cross-industry di Indonesia.(ak)