BUSAN (IndoTelko) – Indonesia menyerukan pentingnya digitalisasi dan model bisnis digital untuk menjadi solusi bagi perbaikan perekonomian dunia di ajang ITU Telecom World 2017 di Busan, Korea Selatan.
Menkominfo Rudiantara dalam keynote speechnya menyatakan berdasarkan data dari World Economic Forum 2015, kesenjangan ekonomi di seluruh dunia semakin meluas.
Hal ini disebabkan oleh kapitalisasi model bisnis tertentu yang menyebabkan distribusi ekonomi tidak merata. Perluasan kesenjangan ekonomi ini dapat menyebabkan permasalahan sosial-ekonomi di tengah masyarakat hingga menjadi ancaman dalam kestabilan politik dan beban terhadap pelayanan sosial, demonstrasi, radikalisme, hingga terorisme.
"Bukti menunjukkan bahwa dampak positif digitalisasi mampu menggerakkan output ekonomi dunia bertambah US$ 193 miliar melalui job creation sehingga digitalization menjadi penggerak (driver) pertumbuhan ekonomi," kata pria yang akrab disapa RA itu dalam rilisnya, Senin (25/9).
Dijelaskannya, bagaimana melakukan utilisasi digitalisasi agar benar-benar memberikan pengaruh dampak positif yang signifikan, yaitu : Mengarahkan digitalisasi untuk penguatan dan pemberdayaan UMKM termasuk dengan skema bisnis shared economy. Mengangkat UMKM di wilayah under-served juga dengan model bisnis yang disruptif, namun tentu dengan penyediaan konektifitas yang mumpuni.
Rudiantara membawa studi kasus keberhasilan model bisnis digital Indonesia untuk menjadi bukti nyata dan best practice dalam meningkatkan perekonomian bangsa melalui kisah sukses Tokopedia dan Go-Jek.
Kedua startup dinilai telah berhasil mengimplementasikan model bisnis disruptif yang mampu memberikan peluang bisnis dan lapangan pekerjaan.
Tokopedia mampu menampung lebih dari dua juta merchant yang tersebar di lebih dari 5.600 kecamatan di seluruh Indonesia yang 80% diantaranya merupakan UMKM baru, sedangkan Go-Jek telah mampu menciptakan lapangan pekerjaan, meningkatkan pendapatan seagai driver Go-Jek & pendapatan bagi UMKM kebanyakan. Go-Jek juga telah mengubah gaya hidup masyarakat dengan sistem ridehailing, lebih jauh memungkinkan pemerataan pendapatan bagi masyarakat.
“Kami mengajak agar negara anggota ITU memulai gerakan global guna menangani kesenjangan kesejahteraan masyarakat termasuk kesenjangan pendapatan masyarakat di negara manapun ekonomi di seluruh dunia,” katanya.
Rudiantara menyampaikan dua solusi bagi ITU yakni: Agar melalui adaptasi model bisnis digital ekonomi secara cepat dengan memberi ruang shared economy, workforce digitalization (digitalisasi angkatan kerja), dan financial inclusion (inklusi keuangan).
Agar menerapkan jalur cepat (fast-track) dalam pembangunan infrastruktur telekomunikasi untuk wilayah under-served dengan USO funds (dana kewajiban pelayanan universal) yang juga diikuti dengan leapfrog jutaan UMKM di wilayah tersebut dengan model ekonomi dan komersial baru yg mengadopsi model bisnis digital yang bersifat disruptif.(id)