JAKARTA (IndoTelko) - Pertumbuhan perusahaan Asset Management di Indonesia terus mengalami peningkatan.
Tercatat setidaknya 73 perusahaan di tahun 2012, dan sampai dengan penghujung tahun 2019, telah meningkat sebesar 97 perusahaan.
Perusahaan Asset Management mulai dikenal oleh para investor atas perannya dalam menciptakan dan mendistribusikan produk investasi, khususnya reksa dana.
Dalam menjalankan bisnisnya, perusahaan Asset Management diwajibkan mengantongi izin khusus dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dimana lewat izin tersebut, mereka dapat mengelola dana investor ke instrumen-instrumen investasi yang disesuaikan dengan profil risiko dari investor, seperti bidang usaha sektor riil, properti, infrastruktur, saham, obligasi, dan lainnya.
Menjamurnya pertumbuhan perusahaan Asset Management salah satunya didukung peraturan terkait perizinan Agen Penjual Efek Reksa Dana (APERD) yang tidak hanya dipegang oleh perbankan, sekuritas, namun juga perusahaan berbasis teknologi (fintech). Menurut data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) saat ini tercatat ada ada 63 APERD yang terdiri dari 31 bank, 22 sekuritas, dan 10 fintech.
Kehadiran APERD online yang digawangi para perusahaan-perusahaan fintech ini tentu mempengaruhi peningkatan jalur distribusi perusahaan Asset Management di Indonesia untuk bisa sampai ke tangan calon investor. Di sisi lain, bagi calon investor, peluang untuk mengeksplor lebih banyak produk reksa dana dari puluhan perusahaan Asset Management merupakan keuntungan tersendiri mengingat persaingan return dan komposisi instrumen investasi yang dikelola.
Managing Director Bareksa Prioritas Indonesia Ricky Rachmatulloh menyebutkan saat ini strategi antar Asset Management untuk meningkatkan dana kelolaan juga sangat dipengaruhi oleh keberadaan jalur distribusi tambahan lewat APERD online.
Menurutnya, lewat jalur APERD online, khususnya fintech marketplace, investor existing dan baru semakin terbuka aksesnya ke perusahaan-perusahaan Asset Management yang sebelumnya belum pernah muncul ke permukaan.
Sebagai perusahaan yang khusus mengelola portofolio nasabah high net-worth, Bareksa Prioritas kerap memperkenalkan beberapa nama Asset Management baru ke investornya. Meskipun sejarah pendirian perusahaan-perusahaan tersebut tidak bisa dibilang baru, namun seringkali investor belum mengenal nama-nama Asset Management yang ada di portofolio Bareksa Prioritas.
“Kami kerap menjumpai hal ini tidak hanya pada investor di Jakarta, tetapi juga di kota lain seperti Medan dan Surabaya. Inilah gap yang kami rasa perlu dijembatani oleh pelaku APERD online. Rasa tidak familiar kerap membatasi keputusan investor dalam memilih produk, sehingga kami selalu terbuka untuk memberikan penjelasan yang detail dari informasi valid seperti prospektus, fund fact sheet dan rekam kinerja historis. Karena kami yakin, hal ini dapat membantu pertumbuhan dana kelolaan ke lebih banyak lagi Asset Management di Indonesia yang diharapkan bisa memberikan percepatan inklusi finansial,” ujar Ricky.
Saat ini, Bareksa Prioritas telah mendistribusikan dan merekomendasikan Reksa Dana dari 11 perusahaan Asset Management dengan total 64 produk Reksa Dana di beragam asset class mulai dari pasar uang, pendapatan tetap, campuran, saham, dan index. Bareksa Prioritas juga telah melakukan kurasi bersama dengan perusahaan penasihat investasi Jagartha Advisors terhadap kinerja Asset Management yang dianggap mampu memberikan imbal hasil optimal kepada investornya.
Evaluasi Independen
Menurut Ricky APERD online perlu melakukan evaluasi secara independen agar setiap produk yang ditawarkan bisa memberikan kinerja terbaik bagi investor.
“Terlepas dari kondisi global dan domestik yang mempengaruhi pergerakan pasar modal, salah satu strategi yang kami lakukan adalah mengukur kinerja perusahaan Asset Management dalam kemampuannya memilih sektor dan saham (sector & stock selection), pengelolaan risiko dan return (risk adjusted return), serta kemampuan Manajer Investasi untuk menghasilkan active return secara konsisten (Information Ratio). Selain itu, secara berkala, Bareksa Prioritas juga melakukan evaluasi kinerja lewat pertemuan rutin dengan setiap perwakilan dari perusahaan Asset Management untuk mendapat pandangan terbaru tentang strategi dan pengelolaan portofolionya,” tambah Ricky.
Reksa Dana merupakan instrumen investasi yang bisa dikatakan cocok bagi investor dengan beragam karakter, mulai dari agresif, moderat, atau konservatif. Reksa Dana sangat cocok untuk kalangan pemula sampai investor advance mengingat sisi likuiditasnya cukup tinggi, salah satunya Reksa Dana Pasar Uang dan Reksa Dana Saham yang kerap mengalami pergerakan volume transaksi disaat terjadi volatilitas pasar.
Salah satu keungggulan APERD online adalah kemudahan mengelola portofolio asset di saat terjadi volatilitas pasar. Kemudahan teknologi memungkinkan investor untuk melakukan aksi subscribe, redeem atau switching ke produk reksa dana yang dianggap paling menguntungkan. Bareksa Prioritas merupakan salah satu perusahaan yang memungkinkan investor melakukan ketiga opsi tersebut, meskipun menurut Ricky, opsi redemption jarang menjadi pilihan.
“Meskipun karakternya sensitif, namun investor cukup memberi ruang untuk membaca pergerakan pasar. Investor lebih banyak memarkirkan dananya di Reksa Dana Pasar Uang ketika market berpotensi mengalami penurunan. Dengan adanya alternatif yang fleksibel ini, kami juga melihat bahwa tingkat loyalitas investor ke perusahaan Asset Management cukup terjaga karena mereka merasakan sendiri kemudahan prosesnya, serta kinerja perusahaan tersebut di setiap asset class yang mereka masuki,” kata Ricky.
Bareksa Prioritas mengadopsi sistem teknologi yang sama dengan perusahaan induknya yakni Bareksa.com, dimana sebagai salah satu inisiator APERD Online ternama di Indonesia, Bareksa Prioritas memberikan nilai tambah bagi para investor high net-worth, salah satunya dengan akses informasi up-to-date, eksekusi cepat dan real time serta proses transaksi fleksibel. “Kami menyadari setiap investor kami memiliki tingkat kesibukan dan mobilitas tinggi, sehingga layanan kami sebisa mungkin dirancang untuk memenuhi karakter tersebut,” tambah Ricky.
Ke depan, Ricky berharap semakin banyak perusahaan Asset Management yang berkolaborasi dengan APERD online atau fintech agar semakin banyak investor retail yang mengenal dan mengakses produk-produk reksa dana yang ditawarkan. “Semakin banyak pilihan dan jalur distribusi akan semakin baik untuk mengedukasi investor tentang peluang mengoptimalkan asetnya di reksa dana. Selain itu, bagi perusahaan Asset Management, hal ini akan sangat baik untuk menjaga iklim kompetisi untuk bisa memberikan formulasi produk terbaik bagi investor di Indonesia,” tutup Ricky.(ak)