JAKARTA (IndoTelko) - Setelah memasuki era digital dan era normal baru, internet berubah menjadi kebutuhan dasar dari sebagian banyak orang. Tuntutan akan kestabilan akses internet menjadi faktor penting dalam menunjang aktivitas sehari-hari, seperti sekolah dan bekerja dari rumah. Namun, kenyataannya yang kerap dikeluhkan saat memanfaatkan internet adalah koneksi yang tidak stabil.
Koneksi internet tidak hanya dipengaruhi oleh internet service provider yang digunakan, melainkan terdapat banyak faktor lain yang turut mempengaruhi kualitas akses internet tersebut. Sayangnya, pemahaman pengguna internet terhadap hal-hal yang mempengaruhi kualitas akses internet yang diterima masih rendah.
Hingga kini, jumlah pengguna internet sudah mencapai 196,7 juta jiwa. Dan pengguna internet di Indonesia akan terus mengalami kenaikan. Menurut survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet indonesia (APJII) periode 2019 - 2020 kuartal kedua, sekitar 73 persen penduduk Indonesia sudah menggunakan internet (196,7 juta jiwa). Jumlah ini mengalami peningkatan 25,5 juta atau 8,9 persen dibandingkan tahun 2018.
Lama waktu yang dihabiskan orang untuk berinternet pun mengalami kenaikan siginikan. Tahun 2020, rata-rata lama akses internet 8-9 jam per hari. Lebih tinggi dibandingkan lima tahun lalu yang rata-rata baru 4 jam per hari.
Survei enciety Business Consult (eBC) tentang pemahaman pengguna internet, khususnya penikmat game, terhadap faktor-faktor yang bisa mempengaruhi ketidakstabilan saat mereka bermain game memperlihatkan bahwa 54 persen menjawab tidak tahu. Sisanya, 46 persen bisa menyebutkan apasaja yang mempengaruhi ketidakstabilan akses internet saat bermain game. Faktor-faktor yang menurut mereka bisa menyebabkan lag saat bermain game antara lain packet loss (53 persen), spec perangkat atau gawai yang digunakan bermain game (46 persen), bandwidth yang mereka gunakan (40 persen) dan latency (14 persen).
Meski pelanggan khususnya gamer mengerti bandwidth bisa menyebabkan kualitas internet menjadi buruk saat bermain game, namun proporsi pelanggan fixed broadband rumah tangga yang berlangganan paket 10 Mbps sekitar 60 persen.
Pelanggan paket 10 Mbps ini relatif akan mudah tidak puas bila jumlah yang mengakses internet di rumah banyak. Karena pada kelompok pelanggan dengan paket berlangganan 10 Mbps ini, idealnya jumlah perangkat yang secara bersamaan terhubung ke jaringan internet di rumah tangga tidak lebih dari 3 perangkat.
Untuk pelanggan paket 20 Mbps, perangkat yang disarankan terhubung dengan internet kurang lebih 3-5 perangkat. Jika berlangganan paket di atasnya tentunya harus menggunakan perangkat lebih banyak. Kenyataannya, jumlah perangkat yang terhubung internet di rumah tangga pelanggan paket 10 Mbps bisa lebih dari 3 perangkat.
Tak hanya itu saja. Pengguna internet juga mungkin sering tidak detail memahami tentang istilah yang ada. Hal-hal yang dipertimbangkan dalam memilih provider internet yang akan digunakan sering kali tidak memperhatikan banyak hal atau indikator. Termasuk dalam menilai kualitas layanan internet service provider dan aplikasi atau game provider.
Kecepatan internet yang digunakan baik internet rumah atau internet selular, biasanya ditulis dalam kecepatan Megabit per second atau Mbps. Sedangkan aplikasi yang digunakan untuk download seperti IDM, Steam dan Torrent biasanya kecepatannya tertulis dalam Mega Byte per second MBps.
Perbedaannya ada pada kata “bit” dan “byte”, itu bukanlah typo atau salah ketik. Keduanya benar dan memang sengaja di tulis begitu. Satuan yang kita gunakan sehari-hari ketika download file adalah bytes. Jadi kita perlu konversi dari bit menjadi bytes. Untuk 1 byte = 8 bits, jadi jika provider menjanjikan kecepatan maksimal download 20 Mbps, maka sebenarnya jika kita download file adalah 20 Mbps : 8 = 2.5 MBps, artinya dalam 1 detik maksimal kita bisa men-download file 2.5 MB. Perlu dipahami, 1 Mbps (Mega Bit Per Second) = ⅛ MBps atau 0,125 MBps (Mega Bytes Per Second).
Selanjutnya terkait latency yang sangat mempengaruhi kenyamanan berinternet, hal ini juga banyak disalahmengerti oleh pengguna internet. Katakanlah saat browsing web pada berbagai jenis koneksi.
Berikut ini adalah bagaimana cara latency akan terasa. Untuk koneksi internet satelit, maka bila meng-klik link pada halaman web dan setelah itu penundaan terlihat, halaman web akan mulai men-download dan muncul hampir sekaligus.
Untuk internet kabel, saat meng-klik link pada halaman web dan halaman web akan muncul segera, men-download hampir semua sekaligus. Latency selalu bermanifestasi sebagai penundaan. Misalnya, jika pelanggan melakukan video call dengan seseorang pada koneksi internet yang high-latency, maka akan tidak sinkron satu sama lain.
Jika gamer sedang bermain game online, tindakan para gamer akan tertunda dan peristiwa yang terjadi dalam permainan akan memiliki keterlambatan yang terlihat sebelum mereka mencapai komputer atau gawai gamer.
Karena ketidakpahaman ini pula yang sering membuat internet service provider (ISP) sering jadi sasaran keluhan pelanggan. Terlebih lagi, bila pemahaman pelanggan terhadap faktor-faktor yang menyebabkan kualitas akses internet juga rendah.
Internet Service Provider seperti IndiHome dengan market share 85 persen dan masih setia mengelola pelanggan dengan paket berlangganan 10 Mbps tentu akan lebih sering mendapatkan komplain dari pelanggan. Meski sering menerima keluhan pelanggan, tampaknya IndiHome merasa memiliki tanggung jawab untuk ikut mendukung pemerataan internet bagi seluruh warga negara. (adv)