JAKARTA (IndoTelko) - Kebijakan bank sentral Amerika Serikat (AS), Federal Reserve (The Fed), menaikkan suku bunga acuan sebesar 50 basis poin (bps) atau 0,50% membuat indeks bursa global dan Indonesia mengalami tekanan. Tekanan jual saham yang terbesar saat ini dialami oleh perusahaan yang bergerak di bidang teknologi seperti bank digital dan market place.
Ketua Bidang IV BPP HIPMI Arya Anugrah Pratama Kuntadi menilai investasi yang dilakukan Telkom Group ke perusahaan digital seperti GoTo merupakan keniscayaan. Sebab investasi ke perusahaan digital juga dilakukan oleh perusahaan telekomunikasi global.
Ia melihat tujuannya adalah untuk dapat membangun ekosistim digital. Sehingga perusahaan telekomunikasi dapat terus mempertahankan pendapatannya dan mampu berkembang di pasar digital yang semakin luas.
"Telkom Group harus menjadi episentrum pertumbuhan ekonomi digital Indonesia. Bahkan kalau bisa Telkom harus menjadi leader ekonomi digital di kawasan regional. Agar Telkom dapat terus mempertahankan pendapatannya dan bisa mengembangkan ekonomi digital Nasional mereka harus masuk ke perusahaan digital. Mereka juga harus memasukkan orang-orang yang berpengalaman di perusahaan rintisan digital," kata Arya.
Saat ini investasi yang ditanamkan Telkom Group di perusahaan digital seperti GoTo mengalami koreksi yang sangat drastis. Arya melihat koreksi harga saham GoTo yang mempengaruhi nilai investasi Telkom Group adalah suatu lumrah terjadi. Sebab harga saham GoTo dan perusahaan teknologi lainnya baik itu di BEI maupun di global tengah mengalami tekanan jual.
Arya menilai fluktuasi harga yang saat ini terjadi di pasar saham adalah suatu wajar. Investor tidak bisa memastikan investasi yang ditanamkan pasti untung atau rugi. Sebab fluktuasi harga saham di bursa dipengaruhi beberapa sentimen seperti sentimen global, regional dan lokal.
Saat ini koreksi harga yang terjadi di saham GoTo Arya menduga semata-mata karena kenaikan bunga FED. Penurunan harga saham juga dialami oleh perusahaan teknologi lainnya. Tidak ada sentimen lain di luar kenaikan suku bunga The Fed.
Ia menilai Telkom Group sudah menjalankan prosedur yang benar ketika hendak melakukan investasi di perusahaan digital.
“Justru saya mendorong agar terus ada kolaborasi yang positif antara BUMN dengan swasta Nasional. Termasuk dalam mengembangkan perusahaan digital. Sebab negara yang maju pasti memiliki kolaborasi yang kuat antara BUMN dan swasta. Jika bukan BUMN kita yang berperan siapa lagi yang akan mengembangkan ekonomi digital Indonesia," pungkas Arya.
Telkom Group berinvestasi di GOTO melalui anak usaha Telkomsel total sebesar Rp6,3 triliun. Kini saham GOTO anjlok 50% lebih ke harga Rp194 selama 11 April-13 Mei 2022.
Tertulis dalam laporan keuangan perseroan kuartal I/2022, per 31 Maret 2022 Telkom mencatat kerugian atau unrealized loss sebesar Rp881 miliar.
Senior Vice President, Corporate Communication & Investor Relation Telkom Ahmad Reza mengatakan, harga saham bisa turun dalam namun bisa juga melonjak cukup tinggi, sesuai dengan kondisi pasar baik itu global maupun regional.
Naiknya turunnya harga saham dipercaya akan membuat potensi capital gain ataupun capital lost."Dinamika harga saham merupakan suatu yang lazim terjadi. Seperti misalnya tahun lalu, kami mencatatkan unrealized gain atas investasi GoTo sebesar Rp 2,5 triliun. Namun kini bisa terjadi unrealized loss," ujar Reza.
Reza menegaskan, ketika Telkom Group mengambil keputusan untuk berinvestasi di suatu perusahaan, tidak semata-mata hanya mempertimbangkan aspek untung rugi semata, tetapi juga mempertimbangkan aspek yang lebih besar luas lagi, seperti sinergi dalam upaya membangun ekosistem digital nasional yang lebih besar, salah satunya melalui investasi Telkom Group di GoTo.
Dengan investasi Telkom Group di GoTo, diyakini akan menciptakan kolaborasi dan sinergi yang sangat bagus seperti menghadirkan program khusus untuk Mitra Gojek serta easy onboarding merchant Mitra Gojek menjadi reseller Telkomsel, akses mudah untuk reseller melalui GoShop, dan fitur keamaman seperti number masking.
Merger Gojek-Tokopedia diharapkan semakin memperkuat investasi Telkomsel di Gojek untuk menjadi solusi digital yang lengkap dengan nilai sinergi value yang cukup tinggi."Telkomsel juga memberikan solusi kepada pengemudi dan merchant Gojek untuk meningkatkan engagement melalui penggunaan layanan digital connectivity dan platform advertising Telkomsel. Sehingga dengan adanya program sinergi ini, kami berharap akan tercipta nilai tambah (value creation) yang berkelanjutan baik bagi Telkom, GoTo dan Indonesia di masa depan," kata Reza.
Kebijakan Bank Sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed) menaikkan suku bunga acuan sebesar 50 basis poin (bps) atau 0,50 persen membuat indeks seluruh saham global mengalami tekanan jual. Investor baik itu di Indonesia maupun global berbondong-bondong melepaskan sahamnya dan beralih mengkonversi uangnya ke dolar Amerika. Saham yang banyak dilepas oleh investor saat ini adalah emiten di perusahaan teknologi.
Bahkan Softbank melalui investasinya Vision Fund mencatatkan kerugian rekor kerugian US$27 miliaratau Rp 395 triliun akibat penurunan harga saham efek dari kebijakan The Fed yang menaikkan suku bunga acuannya pekan lalu. Sahamnya pun ditutup anjlok 11 persen jika dibandingkan harga saham bulan lalu.
Saham perusahaan teknologi di Indonesia juga mengalami nasib yang mirip dengan investasi yang dilakukan oleh Softbank. Emiten bank digital seperti Bank Jago (ARTO) dan market place seperti BukaLapak (BUKA) dan Gojek Tokopedia (GOTO) mengalami koreksi yang cukup dalam.(wn)