JAKARTA (IndoTelko) - Memperingati Hari Perempuan Internasional yang jatuh pada setiap tanggal 8 Maret, yang tahun ini mengusung tema #EmbraceEquity, mengedepankan kesetaraan gender diharapkan dapat menjadi fokus seluruh lapisan masyarakat di dunia sehingga dapat menciptakan dunia yang inklusif, termasuk di dunia profesional seperti industri teknologi dimana para perempuan seringkali dipandang sebelah mata.
Dewasa ini, semakin banyaknya perusahaan yang menyediakan produk yang dirancang khusus sesuai dengan kebutuhan perempuan yang dibuat langsung oleh para wanita, menginspirasi banyak perempuan lainnya untuk merasa aman, didengarkan, dan diberdayakan dalam kehidupan profesional mereka, misalnya seperti aplikasi siklus menstruasi, aplikasi perjalanan kehamilan, dan lainnya. Hal ini menunjukkan peluang perempuan untuk menegaskan perannya dan mengibarkan sayap di industri teknologi kian terbuka lebar yang berujung pada lahirnya istilah Female Technology atau Femtech - teknologi atau startup yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan kesehatan wanita.
Kegigihan para founder perempuan yang inspiratif menggerakkan Xendit, Payment Gateway B2B 'Unicorn' Pertama di Indonesia, untuk terus mendukung industri femtech sebagaimana yang tidak dapat dipungkiri bahwa perempuan memiliki kemampuan untuk berkontribusi lebih banyak terhadap masyarakat.
Penelitian terbaru dari McKinsey Global Institute (MGI) menyatakan jika perempuan berpartisipasi dalam perekonomian secara identik dengan laki-laki, mereka dapat menambahkan sebanyak $28 triliun atau 26% GDP pada tahun 2025 mendatang. Nilai ini sebanding dengan nilai gabungan ekonomi Amerika Serikat dan China. Layanan pembayaran digital Xendit memungkinkan pelanggan atau pengguna femtech untuk mendapatkan pilihan yang lebih beragam, mengingat Xendit memiliki lebih dari 30 metode pembayaran yang bisa digunakan. Dengan solusi infrastruktur pembayaran digital terbaik, femtech dapat berfokus untuk mengekspansi bisnisnya dan mendapatkan sistem keuangan yang mudah, transparan, serta aman. Kedepannya, Xendit berkomitmen untuk terus bisa mendukung lebih banyak industri femtech dan berkontribusi lebih pada pemberdayaan perempuan dalam lingkup kerja industri startup khususnya di Indonesia.
“Hari International Women's Day diadakan untuk merayakan pencapaian perempuan dan untuk memberdayakan generasi berikutnya. Sebagai seorang wanita di bidang fintech, dimana kurang dari 10% dari posisi kepemimpinan diduduki oleh wanita, saya bangga dapat memecahkan ‘glass ceiling’ dan menjadi salah satu wanita Indonesia yang membawa startup ke status unicorn. Meskipun ini adalah sebuah pencapaian besar, harapan saya kedepannya saya hanya satu dari banyak perempuan yang akan melakukan ini,” kata Co-Founder dan COO Xendit Tessa Wijaya.
Salah satu startup femtech di Indonesia yang menginspirasi Xendit untuk memfasilitasi sistem pembayaran tanpa hambatan pada femtech lainnya adalah Nona Woman, berlandaskan dasar yang sama dalam memberdayakan perempuan. Sejak awal pendiriannya, Xendit juga selalu konsisten dalam memberdayakan pekerja perempuan, salah satunya dapat dilihat dari kultur kerja yang ramah perempuan dengan memprioritaskan ekuitas dan mempromosikan rasio gender yang seimbang dalam lingkungan kerja dengan menciptakan ruang kerja yang aman dan sehat. Lebih dari 30% dari karyawan Xendit adalah perempuan (dan masih akan terus bertambah) yang tersebar di beberapa negara (Indonesia, Filipina, dan Malaysia.
Didirikan pada Maret 2021, bertepatan dengan Hari Perempuan Internasional, Nona Woman memiliki misi untuk mengatasi permasalahan stigma seputar kesehatan perempuan (menstruasi) dan memberantas kemiskinan menstruasi melalui sosialisasi tagar #revolusimenstruasi, guna memberikan akses pendidikan dan distribusi produk menstruasi yang lebih baik. Hingga saat ini, Nona Woman telah meluncurkan berbagai produk kesehatan wanita, mulai dari pembalut dan sabun intim organik, hingga aplikasi pencatat menstruasi serta aktif memproduksi konten edukasi seputar kesehatan wanita dan pemberdayaan perempuan.
“Kami lahir untuk menciptakan ruang yang aman dalam mengedukasi dan memuliakan perempuan Indonesia. Kami ingin menginisiasi sebuah gerakan yang dapat mendobrak stigma terkait menstruasi, dimana masih banyak perempuan yang belum sadar akan perubahan yang dialami oleh tubuh mereka sendiri dan cara sistem reproduksi mereka bekerja. Salah satu penyebab terjadinya hal tersebut adalah karena menstruasi masih dianggap sebagai hal tabu di Indonesia, berbeda dengan yang terjadi di luar negeri dan negara lainnya yang lebih maju,” jelas Co-Founder & CFO Nona Woman Monica.
Menurut data World Bank, terdapat kurang lebih 500 juta perempuan di seluruh dunia yang tidak memiliki akses kebutuhan esensial saat menstruasi yang aman dan higienis, seperti pembalut. Untuk menanggapi permasalahan tersebut di Indonesia, beragam kegiatan edukasi secara berkala diadakan Nona Woman, mulai dari penyediaan artikel edukasi gratis melalui website, serial podcast dengan beberapa profesional, hingga penyuluhan dan pendistribusian produk yang diberikan secara gratis kepada perempuan yang ada di seluruh Indonesia.
“Kami bercita- cita untuk dapat berkontribusi (give back) sebanyak mungkin pada masyarakat. Setiap pembelian produk kami, sebagian keuntungan akan disisihkan untuk membantu perempuan kurang mampu di Indonesia dengan memfasilitasi peralatan kebersihan menstruasi, workshop edukatif dan hal lainnya yang sejalan dengan visi dan misi kami dalam meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya edukasi dan informasi terkait kesehatan perempuan. Kami percaya bahwa menjadi selaras dengan tubuh kita dapat membuat perempuan lebih berdaya dan percaya diri dalam menjalani kehidupan sehari-hari melalui penggunaan produk menstruasi yang lebih baik dan memiliki kemudahan akses terkait pendidikan menstruasi” jelas Nicole, Co-Founder dan CEO Nona Woman.(wn)