telkomsel halo

APSAT dukung ekosistem bisnis satelit yang sehat dan inovatif

10:53:00 | 30 May 2023
APSAT dukung ekosistem bisnis satelit yang sehat dan inovatif
JAKARTA (IndoTelko) - Asia Pacific Satelite Communication System (APSAT) mendukung bisnis komunikasi yang sehat dan inovatif agar digitalisasi bisa makin kencang terjadi.

Hal itu diwujudkan dengan menggelar konferensi bertajuk "Towards Sustainable Satellite Ecosystem" mulai (30/5) hingga (31/5).

Hadir dalam acara ini, berbagai pihak yang terkait dengan bisnis satelit di kawasan Asia Pasifik, yaitu produsen satelit, penyedia teknologi satelit maupun penyedia jaringan satelit. Beberapa diantaranya adalah Telkomsat, BAKTI, PSN, Thuraya, Kratos, JSAT Coorporation, China Satelite Communications, Astroscale Japan Inc, SES, APSTAR dan lain-lain.

Di acara ini, para pelaku bisnis di industri ini bertukar pandangan mengenai berbagai isu yang sedang mengemuka dalam ekosistem bisnis. Beberapa diantaranya mengenai teknologi baru yang saat ini memungkinkan komunikasi dari smartphone langsung ke satelit, dimana menggunakan frekuensi yang sama dengan komunikasi untuk kepentingan yang lain.

Kondisi ini akan memunculkan beberapa masalah baru terkait penggunaan frekuensi yang sama secara massal, di kemudian hari. Inilah yang menjadi salah satu isu yang menurut APSAT sangat perlu untuk saling bertukar pandangan, juga mencari solusi bersama di tingkatan Asia Pasific, baik yang terkait teknologi maupun regulasi.

Entitas bisnis tentunya sangat dipengaruhi saling memahami semua pihak yang tergabung di dalamnya, tak terkecuali bisnis satelit. Dari sinilah akan terbangun semangat inovasi bersama untuk memajukan bisnis ini dalam jangka panjang.

Berbagai teknologi anyar tak luput jadi bahan pembicaraan termasuk isu 5G Kehadiran 5G akan berpengaruh positif bagi ekosistem bisnis satelit karena membuat penggunaan bandwith menjadi efisien dan lebih terjangkau. Tetapi kita juga mesti memikirkan bersama-sama bagaimana teknologi yang terdahulu bisa menyesuaikan, termasuk peralihannya, sehingga baik bisnis maupun investasinya bisa terus berlanjut.

Pada prinsipnya, nuansa yang dibangun dalam konferensi ini adalah semangat saling membantu mencari solusi, baik terkait penyesuaian teknologi, juga regulasi yang mungkin saja bisa menjadi jalan tengah bagi keberlangsungan ekosistem bisnis satelit secara menyeluruh.

Selain itu, Filing slot yang menjadi masalah bagi Indonesia juga termasuk yang didiskusikan, mengingat ada peran investasi yang tidak kecil disana. Posisi Indonesia sangat diuntungkan karena berada di atas ekuatorial, tetapi pada saat yang sama juga banyak satelit negara lain yang ditempatkan diatas posisi Indonesia, yang diputuskan oleh International Telecommunications Union (ITU). Inilah yang kemudian mempengaruhi jumlah slot satelit bagi Indonesia.

Pada dasarnya, semua diskusi dinamis yang muncul dalam konferensi kali ini maupun yang sebelum - sebelumnya selalu kami jadikan salah satu referensi awal untuk berdialog dengan berbagai pihak, termasuk ketika pemerintah akan membuat regulasi baru yang terkait bisnis satelit.

Hingga saat ini, semua satelit yang dimiliki Indonesia memang masih merupakan buatan negara lain karena teknologinya kompleks. Tentu saja ini secara bisnis berdampak pada kualitas dan harganya yang belum efisien.

Meski demikian, Indonesia boleh berbangga karena banyak pihak di dalam negeri sudah mampu membuat satelit mikro yang bisa menggunakan sensor, misalnya seperti yang dibuat oleh LAPAN dan beberapa pihak swasta. Kondisi ini tentu saja memberikan harapan yang sangat baik, bahwa semakin banyak generasi muda yang mengerti tentang satelit, akan semakin banyak yang tertarik untuk membuat satelit mikro karena teknologinya juga lebih mudah. Kelak satelit - satelit mikro ini akan sangat membantu bagi beragam kebutuhan di dalam negeri, seperti pemantauan kapal dan lain-lain.

Hasil konferensi ini nantinya diharapkan akan bisa menjadi referensi awal bagi berbagai pihak yang terkait dengan entitas bisnis satelit, seperti regulator, komunitas bisnis, operator, akademisi maupun start-up yang bergerak di bidang satelit.

Menurut CEO Telkomsat Lukman Hakim, persatelitan sedang menghadapi tantangan dan ancaman berupa orbital congestion, serpihan angkasa/ debris, serangan siber, gap regulasi, dan disruptive innovation. "Tidak hanya itu, operator satelit global juga dapat mengganggu operator lokal. Untuk survive, diperlukan kerjasama strategis, fokus pada niche market and applications, investasi dalam inovasi dan teknologi, serta mendekatkan diri dengan stakeholder dan komunitas," katanya.

GCG BUMN
Pada acara yang sama, Director of Sales Asia Pacific, Kratos Communication Inc. Vincent Lee mengatakan, dengan pengalamannya mengoperasikan satelit end-to-end, pihaknya memperkenalkan Open Space Platform, sebuah sistem operasi virtualized dan software defined dengan standar terbuka (open standard) yang memudahkan operator satelit untuk membangun Digital Intermediate Frequency Interoperability (DIFI) sesuai standar IEEE. (mas)

Artikel Terkait
Rekomendasi
Berita Pilihan
More Stories
Data Center Service Provider of the year