Seiring makin meluasnya permukaan serangan dan minimnya tenaga ahli keamanan siber di seluruh industri, makin besar pula tantangan yang dihadapi dunia bisnis dalam mengelola infrastruktur kompleks yang terdiri dari beragam solusi; apalagi merespons banyaknya jumlah peringatan dari point product (produk yang menyediakan solusi untuk satu masalah ketimbang memenuhi semua kebutuhan) serta berbagai taktik, teknik, dan prosedur yang dimanfaatkan oleh pelaku ancaman untuk menyerang korban.
Membalikkan keadaan melawan kejahatan siber (cybercrime) memerlukan kolaborasi, transparansi, dan akuntabilitas pada skala yang lebih besar daripada masing-masing perusahaan dalam ruang keamanan siber. Tiap perusahaan memiliki tempat pada rantai disrupsi melawan ancaman siber (cyberthreat). Kolaborasi dengan sejumlah perusahaan terkemuka dan kenamaan, baik dari sektor publik maupun privat, termasuk tim respons darurat keamanan siber (Cybersecurity Emergency Response Team/CERT), lembaga pemerintahan, dan kalangan akademis, adalah aspek fundamental dari komitmen Fortinet untuk meningkatkan ketahanan siber (cyber resilience) secara global.
Inovasi dan kolaborasi teknologi yang konstan dari seluruh industri dan kelompok kerja, seperti Cyber Threat Alliance, Network Resilience Coalition, Interpol, the World Economic Forum (WEF) Partnership Against Cybercrime, dan WEF Cybercrime Atlas, secara kolektif akan menjadi kunci peningkatan perlindungan dan membantu perjuangan melawan kejahatan siber secara global. (mas)