JAKARTA (IndoTelko) – Operator yang menandatangani kesepakatan dengan Google untuk melakukan uji coba teknis (Technical Test) penyediaan akses internet dengan balon udara bersama Google atau dikenal dengan Project Loon menegaskan posisi dari perusahaan asing itu hanya sebagai penyedia teknologi.
“Saya baca masih berlanjut soal kontroversi Project Loon ini di media massa. Tetapi Pak Menteri (Menkominfo Rudiantara) sudah menegaskan tak akan mengeluarkan lisensi bagi Google. Jadi, di Project Loon itu jelas Google hanya penyedia teknologi bukan penyedia jasa internet,” tegas Presiden Direktur XL Axiata Dian Siswarini dalam temu media, kemarin.
Menurutnya, dengan memposisikan Google sebagai penyedia teknologi artinya tak bisa bersentuhan langsung dengan pelanggan sehingga isu keamanan alias bocornya data tak relevan.
“Mereka tak handle billing ke pelanggan. Itu semua operator. Nanti akan lebih clear pas uji teknisnya,” katanya.
Ditambahkannya, uji teknis adalah tahap awal dari kerjasama jangka panjang dengan Google. (Baca juga: Tiga operator gandeng Google)
“Mulainya saja paling cepat kuartal pertama 2016, ini awal sekali. Bisa lanjut atau tidak, nanti ketahuan setelah uji teknis. Saya maunya semua melihat dari sisi lain, kalau XL terbuka dengan teknologi alternatif untuk pembangunan infrastruktur di remote area. Soalnya susah bangun remote area itu dengan teknologi yang ada,” pungkasnya.
Sebelumnya, selain XL, Telkomsel dan Indosat sepakat melakukan uji teknis Project Loon di Indonesia. (Baca juga: Cara kerja Project Loon)
Technical test akan memanfaatkan frekuensi 900 MHz yang dimiliki ketiga operator. (Baca juga: OpenBTS minta diperlakukan seperti Project Loon)
Digandengnya Google memunculkan kontroversi seperti isu keamanan data dan keberpihakan kepada teknologi yang tak setara oleh regulator.(dn)