JAKARTA (IndoTelko) - Kementrian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) angkat suara terkait penolakan Telkomsel terhadap hasil hitung ulang revisi biaya interkoneksi yang diumumkan melalui surat edaran surat Edaran No 1153/M.Kominfo/PI.0204/08/2016 pada 2 Agustus 2016.
"Memang benar Telkomsel telah menyampaikan surat kepada Kominfo tertanggal 11 Agustus 2016. Isinya tanggapan Telkomsel terhadap surat penetapan biaya interkonekai tahun 2016," ungkap Plt. Kepala Biro Humas Kementerian Kominfo Noor Iza kepada IndoTelko melalui sambungan telepon, Rabu (24/8).
Diungkapkannya, dalam surat itu Telkomsel memang keberatan atas hitung ulang biaya interkoneksi yang telah diedarkan 2 Agustus lalu. "Kami juga punya standing point sendiri. Ada beberapa yang bisa saya jelaskan," katanya.
Dijelaskannya, perhitungan kali ini adalah mengacu pada Permen 8 tahun 2006. Jika hitung ulang yang dulu-dulu dilakukan dengan masukan data yang secukupnya. Estimasi trafik dan beban ke masa depan tidak menjadi penekanan pada hitung ulang yang lama sebelum 2014. (Baca: Telkomsel keberatan revisi interkoneksi)
Parameter-parameter yang ada dalam model perhitungan dalam Permen 8 tahun 2016 kali ini sangat dicermati dengan hitungan berbasis Long Run, yaitu membawa beban historis ke masa depan dan melakukan estimasi trafik dan beban bedan masa depan.
"Cost Recovery tentu masuk menjadi parameter yang dihitung karena beban historis ditarik ke depan dan expected cost-nya. Kondisi Industri yg dinilai adalah kondisi industri saat ini dengan dilengkapi estimasi trafik dan beban masa depan," katanya.
Diakuinya, dalam surat tanggapan kepada kominfo Telkomsel memang mengajukan biaya yang lebih besar, hanya saja dalam suratnya meminta Pemerintah untuk lebih menurunkan komponen biaya retail.
"Di sinilah peran regulator untuk meneliti dengan seksama dari pola pembebanan bagaimana dampaknya kepada kompetisi dan juga bagi manfaat masyakarakat. Posisi regulator harus mampu menyeimbangkan tatanan industri melalui instrumen yang ada termasuk biaya interkoneksi. Biaya Interkoneksi yang tidak efisien akan menghambat tatanan industri dan menjadi tidak adil," katanya.
Sebelumnya, Telkomsel mengaku menolak perhitungan ulang biaya interkoneksi karena metode berhitung dan proses yang tak tepat. Selain itu Telkomsel melihat penurunan biaya interkoneksi menjadi alat untuk menghilangkan competitive advantage yang dimilikinya oleh pesaing.(dn)