SABANG (IndoTelko) – Saat ini layanan operator telekomunikasi di Tanah Air bisa dibilang mencapai titik puncaknya.
Selain berada di angka maksimal dalam hal jumlah pelanggan, coverage area pun semestinya layak dibilang mencapai 100%. Bahkan operator-operator sudah tidak lagi berfikir coverage area, namun peningkatan layanan kepada pelangganlah yang kini jadi perhatian khusus.
Saat tim uji jaringan IndoTelko dan IndiTOURIST.com melakukan kunjungan dan pengujian jaringan di wilayah paling ujung Pulau Sumatera, tepatnya di titik Nol Kilometer, jaringan operator semuanya ikutan nol.
Jangankan layanan maksimal yang didapat, untuk sekedar bertelepon saja tidak bisa dilakukan. Kalau pun bisa, tiba-tiba pembicaraan terputus.
Secara hitungan bisnis, Pulau Weh yang dihuni oleh 26 ribu jiwa memang bukanlah pasar yang menjanjikan. Apalagi di kawasan Nol kilometer.
Di wilayah ujung perbatasan wilayah Indonesia ini, hanya terdapat beberapa warung-warung yang menjajakan makanan serta souvenir untuk para wisatawan yang berkunjung. Selain itu hanya belasan TNI yang menjaga wilayah perbatasan saja yang hidup di kawasan ini.
Dari hasil pengujian jaringan, hanya operator Telkomsel saja yang layanannya bisa dinikmati. Empat operator lainnya XL, Indosat, Three, dan layanan CDMA Smartfren NO Signal.
Menurut Ali Rahman, salah seorang penduduk Pulau Weh yang menjadi teman perjalanan sekaligus driver kendaraan yang kami gunakan, lebih dari 80 persen penduduk pulau Weh menggunakan operator Telkomsel.
“Masyarakat sini lebih tau Telkomsel. Meskipun sinyalnya juga kadang susah,” katanya.
Ali menjelaskan bahwa tidak ada pilihan bagi masyarakat Pulau Weh untuk berkomunikasi via ponsel. Namun, Ali juga tidak menampik di beberapa wilayah wisata Pulau Weh lainnya, sinyal Telkomsel juga bisa di peroleh maksimal dan tergolong baik (nantikan laporan langsung hasil uji jaringan di beberapa titik wisata Pulau Weh).
Melihat kenyataan di kawasan perbatasan negara dan Nol kilometer, teringat pernyataan Alex J Sinaga, Direktur Utama Telkom yang saat itu menjabat Direktur Utama Tekomsel, bahwa investasi yang dilakukan operator yang dipimpinnya terutama perluasan coverage area, tidak semata-mata memandang sisi bisnis.
Menurutnya, sebagai operator plat merah dan mengaku paling Indonesia, Telkomsel berkewajiban membantu negara dengan membangun BTS di wilayah-wilayah yang secara bisnis nol.
“Wilayah perbatasan negara misalnya. Di kawasan itu kan paling banter hanya tentara saja yang ada di sana. Tapi mereka juga kan butuh komunikasi. Bagaimana bisa menjaga keamanan perbatasan kalau tidak ada jaringan telekomunikasi,” jelasnya.
Sayangnya, meski jaringan Telkomsel di titik Nol kilometer bisa ditangkap dan terdeteksi oleh mesin pengukur sinyal, namun komunikasi tidak serta merta berjalan baik.
Pada indikator jaringan nampak jaringan EDGE Telkomsel muncul di layar ponsel. Namun saat digunakan untuk bertelepon, komunikasi suara tidak berjalan baik. Posisi kita saat bertelepon pun harus berada di ujung pulau dan berada di ketinggian.
Saat digunakan untuk berkomunikasi data dan jejring sosial, salah satunya BlackBerry Messenger atau Line, sama sekali tidak ada respon. Artinya, di kawasan ini satu-satunya komunikasi yang bisa dilakukan adalah voice, walau kerap terputus. (sg)