JAKARTA (IndoTelko) – Kementrian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) mengungkapkan proses tata ulang (refarming) frekuensi 2,1 GHz memasuki minggu ke-12 telah mencapai 32,70% dari rencana kerja refarming.
Tahapan refarming di 2,1 GHz dilakukan sejak November 2017 dan diperkirakan selesai pada April 2018. Refarming akan melibatkan sekitar 120.711 BTS Telkomsel, XL dan Indosat (3G & 4G) dan 2.177 Repeater milik ketiga operator tersebut
Kebijakan refarming merupakan kesepakatan bersama antara Pemerintah dengan pengguna pita 2.1 GHz eksisting pada November 2016. Dalam kesepakatan itu setelah proses seleksi, PT. Hutchison 3 Indonesia (H3I) ditetapkan sebagai Pemenang Seleksi Pita Frekuensi Radio 2.1 GHz Tahun 2017 pada Blok 11 & PT. Indosat, Tbk. (Indosat) ditetapkan sebagai pemenang seleksi pada Blok 12, Indosat menjadi operator pertama yang melaksanakan refarming di cluster Kalimantan Tengah dan Kepulauan Bangka Belitung. (Baca: Tata ulang 3G)
“Tujuan utama refarming pita frekuensi radio 2.1 GHz ini agar mendapatkan tingkat pemanfaatan spektrum paling optimal. Langkahnya dengan membuat penetapan pita frekuensi radio yang berdampingan (contiguous) untuk setiap penyelenggara jaringan bergerak seluler. Hasil akhirnya akan memberikan solusi terbaik mengatasi network congestion sehingga masyarakat pengguna layanan seluler dapat menikmati kualitas yang lebih baik,” kata PLT Kepala Humas Kominfo Noor Iza dalam keterangan (6/2).
Kerja Kolaborasi
Refarming merupakan kolaborasi Direktorat Penataan Sumber Daya, Direktorat Pengendalian SDPPI, dan UPT Bidang Monitor Spektrum Frekuensi Radio seluruh Indonesia.
Setiap pegawai yang bertugas memastikan agar blok-blok frekuensi yang akan diduduki oleh pengguna pita 2.1 GHz telah bersih dari gangguan dan siap untuk digunakan. Tak hanya itu, Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI) juga terus melakukan pendampingan sejak awal proses refarming.
Dukungan penuh penyelenggara pita 2.1 GHz pun menjadi salah satu kunci keberhasilan refarming hingga saat ini. Kerja apik dan dukungan seluruh operator telekomunikasi. Misalnya XL dan Telkomsel, meskipun tidak ditetapkan sebagai pemenang pada seleksi yang lalu, namun tetap komit mendukung refarming.
Kolaborasi itu pun tampak dalam setiap refarming yang dipantau melalui video conference sebagai wadah komunikasi pelaksana dari pemerintah dengan penyelenggara pita 2.1 GHz.
Hampir setiap hari, pegawai Kominfo dan stakeholders melakukan pemantantauan. Video Conference sering dilakukan mulai pukul 23.00-03.00 waktu setempat dengan UPT Monitor SFR dan operator telekomunikasi.
Selama refarming dapat dipastikan ada beberapa kendala. Hal yang sering ditemui mungkin pada pengguna layanan pita 2.1 GHz eksisting.
Hal yang kerap ditemui misalnya BTS yang down saat refarming. Selain itu ada pula masalah data administrasi network element yang kurang sinkron. Namun, dengan komunikasi dan kerja sama yang baik masalah itu dapat segera diselesaikan. Tak hanya itu, ada keadaan force majeure seperti meletusnya Gunung Agung pada Desember 2017 lalu. Namun, segera diatasi dan tidak menghambat refarming di wilayah Bali yang saat ketika itu sedang dilakukan oleh Indosat.
Sejak 2015 lalu, Kominfo menata ulang alias refarming frekuensi dan meluncurkan jaringan internet generasi keempat (4G).
Secara keseluruhan, proses refarming ini terbagi dalam 42 cluster (wilayah) yang rencananya diselesaikan dalam waktu 156 hari kalender. Dalam proses tersebut akan dilakukan 159 kali proses perpindahan blok oleh 3 operator yang melibatkan jumlah site lebih dari 8000 BTS.
Pemerintah optimis jaringan 4G mampu mendorong pertumbuhan ekonomi nasional melalui inovasi-inovasi digital. Saat ini, jaringan 4G sudah bisa dinikmati sekitar 300 kota dan kabupaten se-Indonesia. Pemerintah menargetkan total 514 kota dan kabupaten bisa terselimuti 4G pada 2019 mendatang.(ak)