JAKARTA (IndoTelko) - Dalam diskusi #DigitalizingWonderfulIndonesia pada perhelatan HUT IndoTelko ke-6 beberapa waktu lalu, Menteri Pariwisata Arief Yahya menegaskan akan ada 100 destinasi digital lagi yang akan di buat pihaknya.
Mengapa harus digital? “Pertama kali saya jadi Menteri, program saya adalah Go Digital. Karena sekarang terjadi revolusi dalam industri apa pun menuju digitalisasi. Kalau tidak ikut maka akan mati. Karena data menunjukkan, 70% orang di dunia search dan share apapun aktivitasnya menggunakan digital,” ujar Arief Yahya beralasan.
Menurutnya dampak penggunaan digital marketing sangat signifikan dalam mempromosikan destinasi wisata dan fasilitasnya. "Pengaruh digital marketing itu sangat tinggi. Indonesia sudah harus mempromosikan pariwisatanya menggunakan digital marketing," katanya.
Dijelaskannya, masyarakat yang aktif menggunakan media sosial di Indonesia baik itu ibu rumah tangga maupun generasi milenial, sangat suka menggungah aktivitas liburan maupun makanan yang dikonsumsinya dan memamerkannya ke media sosial.
Menurut Arief, wisata digital adalah wisata yang menawarkan dan memenuhi kebutuhan digital, artinya pergi ke suatu destinasi untuk kemudian difoto dan diunggah ke media sosial.
"Karena itu pesan saya, kalau mau buat branding pariwisata harus yang bisa menciptakan trending. Saya berpikir untuk membuat 100 destinasi wisata digital di Indonesia, artinya yang harus Instagramable. Karena saya yakin keindahan objek wisata yang dibagikan di media sosial akan viral dan mendatangkan wisatawan yang juga netizen,” katanya.
Peluang sektor pariwisata Indonesia untuk masuk ke pasar wisata digital sangat besar. "Belum ada paket wisata digital yang ditawarkan di dunia. Kalau konsep ini berhasil, akan membuat pariwisata Indonesia berbeda," ujarnya.
Pihaknya mendorong potensi destinasi digital untuk merealisasikan target kunjungan 17 juta wisatawan mancanegara (wisman) dan 275 juta wisatawan nusantara (wisnus) di tahun 2018.
Booming via sosmed
Benar saja. Pendapat Arief Yahya dibuktikan dengan hadirnya 7 destinasi digital di 2017. Uji coba konsep destinasi digital diterapkan di beberapa lokasi, antara lain Pasar Karetan Semarang, Pasar Pancingan Lombok, Pasar Mangrove Batam, Pasar Siti Nurbaya Padang, Pasar Baba Boentjit Palembang, Pasar Tahura Lampung dan Pasar Kaki Langit Jogja.
Dalam waktu kurang dari 5 bulan, ketujuh destinasi digital tersebut menjelma jadi sebuah tempat wisata yang kini diminati banyak orang. Booming di sosial media dan ketujuhnya kini digandrungi wisatawan khususnya wisatawan lokal sebagai destinasi wisata baru yang tentunya instagramable.
Menggerakkan komunitas Generasi Pesona Indonesia (GenPI), kemenpar menebar pesona Indonesia hingga ke pelosok negeri. GenPI yang merupakan wadah anak-anak muda yang concern tentang pengembangan pariwisata Indonesia mendapatkan dukungan penuh dari kementerian pariwisata. “Anak-anak muda ini luar biasa. Mereka volunteer dari berbagai kalangan komunitas yang bergerak mempromosikan pariwisata berbasis digital,” kata Staf Ahli Menteri Pariwisata Bidang Komunikasi Don Kardono.
Dikatakan Don, membahas destinasi pariwisata Indonesia tidak ada matinya. “Wisata Indonesia itu seru, dan selalu fun,” katanya. Don yang juga penggagas pasar Karetan Semarang ini pun bercerita jatuh bangunnya untuk meyakinkan masyarakat sekitar untuk menyulap hutan karet menjadi destinasi wisata.
“Masyarakat sekitar sini gak yakin bakal ada yang berkunjung ke sini. Sehingga mengajak mereka untuk bergabung dan berjualan di sini agak susah,” katanya. “Semua berkat sosmed. Sosial medialah yang “bekerja” untuk membuat pasar Karetan dikenal di mana-mana,” tegas Don.
Pasar Karetan yang terletak di daerah Meteseh, Boja, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah tak ada yang membayangkan bakal dikunjungi ribuan orang saban minggu. Dibuka setiap hari minggu mulai jam 06.00 Wib hingga pukul 12.00 Wib. Menawarkan jajanan kuliner khas Jawa Tengah, pasar yang ada di hutan karet area Radja Pendapa Camp ini memiliki luas sekitar 6 ribu meter persegi.
Pun yang ditawarkan di 6 destinasi digital lainnya yang lebih dulu ada. Pasar Pancingan Lombok, Pasar Mangrove Batam, Pasar Siti Nurbaya Padang, Pasar Baba Boentjit Palembang, Pasar Tahura Lampung dan Pasar Kaki Langit Jogja. Keenam destinasi digital nan instagramable ini kini dinanti oleh banyak orang setiap minggunya. Hampir seluruh destinasi digital tersebut hanya dibuka saat hari Minggu saja. Harapannya masyarakat yang ingin berwisata di akhir pekan yang murah, meriah, dan tak kalah seru bisa menjadikan pasar-pasar ini sebagi alternatif pilihan.
Menyusul 100 destinasi di 2018
Menteri Arief Yahya berencana, tahun ini akan ada lagi 100 destinasi digital sejenis yang bakal diluncurkan. “Saya ingin tahun 2018 ini ada 100 Destinasi Digital di 34 provinsi di tanah air,” tegasnya dalam Rapat Koordinasi Pariwisata I tahun 2018 bulan lalu.
Kini perlahan rencana dan target tersebut mulai berjalan dan dibuktikan. Beberapa destinasi digital mulai lahir dan menghipnotis wisatawan untuk berkunjung, makan, dan tentunya berselfie ria. Sosial media pun di penuhi oleh status-status dan ditebari foto-foto keindahan destinasi wisata yang instagramable.
Di sinilah dibutuhkannya sinergi masif dan terencana antara destinasi wisata dan infrastruktur khususnya telekomunikasi. Koneksi internet menjadi segala-galanya untuk memaksimalkan destinasi wisata yang sudah instagramable. Like dan share pun bertaburan di dunia maya, untuk “mengumumkan” bahwa wisata Indonesia itu sungguh mempesona, sebagaimana tagline wisata Indonesia yang ditetapkan pemerintah, Pesona Indonesia, Wonderful Indonesia.
Jangan lewatkan laporan pandangan mata Tim IndoTelko Group dari berbagai destinasi digital yang Instagramable, berikut layanan telekomunikasi yang tersedia di kawasan itu. (sg)