MANGUNAN, YOGYAKARTA (IndoTelko) – Menutup malam di kawasan Malioboro dengan menyeruput kopi Joss ala pak Agus, tim IndoTelko langsung meluncur menuju kawasan hutan pinus di Desa Wisata Mangunan.
Perjalanan dini hari ini memakan waktu sekitar 45 menit, berangkat dari Malioboro ke arah makam Imogiri menuju area hutan pinus. Tujuan kami adalah homestay Rejo, di desa wisata Mangunan, Bantul Yogyakarta tempat kami bermalam.
Di sinilah berdiri pasar Kakilangit, satu dari tujuh destinasi digital pertama yang diluncurkan oleh Generasi Pesona Indonesia (Genpi) dan didukung penuh oleh Kementerian pariwisata (Baca : Liputan Destinasi Digital 2018)
Pasar kuliner yang dibuka hanya pada hari Sabtu dan Minggu ini menyajikan berbagai macam kuliner tradisional khas Yogyakarta khususnya masyarakat Mangunan. Ada Gudeg Mangar, bubur ndeso, tiwul, tahu guling, dan berbagai menu angkringan lainnya.
Suasana pasar Kakilangit
Digagas oleh Genpi Yogya, pasar Kakilangit ini diharapkan mampu memperpanjang kunjungan wisatawan ke kawasan tersebut. Di mana kawasan wisata hutan pinus ini lebih dulu terdapat wisata Kebun Buah, wisata hutan pinus, dan Jurang Tembelan.
Posisi pasar ini dipastikan akan dilalui oleh wisatawan yang menyambangi wisata Kebun Buah, wisata Hutan Pinus, dan juga Jurang Tembelan. Pasalnya Pasar Kakilangit ini berada di pintu keluar kawasan wisata Kebun Buah dan Jurang Tembelan.
Dikelola oleh masyarakat sekitar, pasar Kakilangit ini menghadirkan tidak kurang dari 15 pedagang kuliner yang menempati pendopo-pendopo yang disiapkan sebagai tempat berjualan.
Rupiah tidak laku
Ingin menikmati kuliner khas Mangunan di pasar ini? Nanti dulu. Uang rupiah Anda tidak akan diterima oleh para pedagang di sini. Anda terlebih dahulu mesti menukar uang dengan alat tukar lainnya berupa koin kayu.
“Jaman dulu kita belanja dengan kreweng atau pecahan-pecahan genteng. Nah, di sini menggunakan koin kayu,” kata Suparman salah seorang pengelola Pasar Kakilangit.
Dijelaskan Suparman, di Pasar Kakilangit ini masyarakat diajak untuk bernostalgia di masa lalu, dimana belum ada uang sebagai alat tukar.
Koin kayu, alat tukar resmi di sini
Selain sebagai pusat kuliner, pengunjung juga dimanjakan dengan suasana khas Yogyakarta tempo dulu. Alunan musik-musik jawa dan juga tarian menjadi suguhan di panggung yang juga sudah disediakan oleh pengelola. Biasanya tema yang diambil setiap minggunya berbeda-beda.
Gerakan media sosial
Destinasi digital Pasar Kakilangit ini lahir, berkembang dan besar diharapkan dari sosial media. Sebagaimana yang dikatakan menteri pariwisata Arief Yahya beberapa waktu lalu, bahwa dampak penggunaan digital marketing sangat signifikan dalam mempromosikan destinasi wisata dan fasilitasnya.
Menurut Arief, pengaruh digital marketing itu sangat tinggi. Diharapkan Indonesia sudah harus mempromosikan pariwisatanya menggunakan digital marketing.
Sejak diluncurkan 5 bulan lalu, perkembangan Pasar Kakilangit ini tergolong menjanjikan. Koneksi antar destinasi digital via instagram, Youtube dan Twitter menjadi salah satu jalur branding yang cukup berpengaruh.
Aktifitas pengunjung
Wajar apabila kawasan ini menuntut akses telekomunikasi khususnya akses data yang mumpuni. Setidaknya wisatawan yang ingin mengabadikan momen liburannya di kawasan ini, dan membuktikan bahwa destinasi ini benar merupakan destinasi digital yang instagramable sesuai yang digembar-gemborkan kemenpar.
Lagi-lagi tim IndoTelko ingin membuktikan dan mengukur seberapa peduli dan serius operator penyedia layanan telekomunikasi khususnya seluler untuk menebar sinyalnya di sini.
Kami pun berkesempatan melakukan uji jaringan lima operator di kawasan Pasar Kakilangit dan sekitarnya. Proses uji dilakukan pada Sabtu, 31 Maret 2018 pukul 07.30 Wib. Ponsel yang kami gunakan terdiri dari Lenovo P2 Turbo, Asus Zenfone 4 Max, Asus Zenfone 4 Max Pro, Huawei Nova 2i, dan iphone 7 plus.
Sedangkan aplikasi atau mesin uji yang kami gunakan adalah Speed Test yang menjadi aplikasi standar yang lebih dominan kami gunakan dalam setiap pengujian. Walaupun kadang kami sesekali menggunakan aplikasi penguji Sensorly dan nPerf.
Dominasi 3 operator besar
Seperti biasa, sebelum kami mengukur kekuatan akses unduh dan upload dari masing-masing operator, kami melongok terlebih dahulu ke indikator sinyal di masing-masing ponsel.
Dari penampakan di layar ponsel, hanya 3 operator saja yang menunjukkan denyut kehidupan alias sinyal. Ketiganya terdiri dari Telkomsel dan XL dengan jaringan 4G nya, Indosat hanya sebatas HSDPA. Sementara Smartfren dan Tri indikator sinyalnya hanya 1 bar dan teknologi yang muncul hanya 2G.
Dengan begitu, hanya tiga operator inilah yang bisa kami uji kekuatan akses datanya.
Akses data paling yahud dimiliki Telkomsel. Kekuatan unduh 4G Telkomsel mencapai angka maksimal di 28,7 Mbps, dan kecepatan uploadnya di angka 9,51 Mbps dengan ping sebesar 43 ms.
Sedangkan daya sedot tercepat kedua adalah XL dengan jaringan 4G nya yakni sebesar 5,56 Mbps untuk kecepatan unduh dan 1,26 Mbps kecepatan uploadnya. XL memiliki ping sebesar 63 ms. Saat menguji operator ini dengan memutar video di Youtube, hasilnya cukup baik. Nyaris tak ada jeda yang terasa.
Sementara akses unduh data milik Indosat yang hanya berjalan di jalur HSDPA sebesar 3,96 Mbps dengan kecepatan upload yang minim yakni 0,25 Mbps dan ping sebesar 63 ms.
Kesimpulan dari uji jaringan di Destinasi Digital ini adalah bawah tiga operator mendukung penuh destinasi digital. Dimana akses telekomunikasi khususnya internet sangat dibutuhkan oleh wisatawan dan juga masyarakat sekitar. Sehingga destinasi digital seperti Pasar Kakilangit ini bisa terus di “GAS” agar dirindukan oleh wisatawan baik lokal maupun mancanagera. (sg)
Ini proses uji jaringan di Kakilangit :