JAKARTA (IndoTelko) - OpenSignal menyatakan jaringan 4G paling terkenda dampak ketika terjadi bencana gempa di Sulawesi Tengah (Sulteng) pada 28 September 2018.
Dalam laporan yang diterbitkan pada 22 November 2018 OpenSignal mengukur dampak yang dialami pengguna telepon seluler (Ponsel) sebelum dan sesudah gempa bumi sebesar 7,5 skala richter dengan pusat gempa berada di pulau Sulawesi Indonesia, pada hari Jumat 28 September 2018.
Gempa bumi memicu tsunami dengan ketinggian hingga 6 meter dan bersamaan dengan itu menyebabkan berbagai macam kerusakan di kota Palu serta daerah di sekitarnya.
"Dampak pada teknologi mobile sangatlah luas tapi berdasarkan data kami hal tersebut tidak menyebabkan pemadaman total di seluruh wilayah tersebut," tulis OpenSignal dalam laporan itu.
Layanan 4G memerlukan waktu hampir dua minggu untuk kembali normal
OpenSignal mengamati bahwa terjadi penurunan ketersediaan 4G secara drastis, di mana layanan memerlukan hampir dua minggu untuk kembali seperti 30 hari sebelumnya bagi rata-rata pengguna ponsel.
Meskipun demikian, ketersediaan 4G tidak tampak menurun parah pada hari pertama saat gempa, namun pada hari kedua (Minggu, 30/9), terlihat ketersediaan LTE turun hingga hampir 60%.
Dampak yang terlambat ini mempengaruhi penggunaan jaringan seluler dengan menunjukkan bahwa kerusakan langsung pada menara transmisi akibat gempa bumi bukanlah penyebab utama dari pemulihan jaringan yang terlambat.
Dari distribusi data secara geografis, diketahui pembacaan sebelum gempa bumi cukup menyebar di seluruh kota dan kota administratif di sekitarnya, sementara data yang dikumpulkan pada hari setelah bencana alam kebanyakan berada di tengah kota dan di dekat bandar udara, dengan sebaran pengukuran di seluruh wilayah yang lain. Distribusi tersebut menunjukkan bahwa pengguna ponsel tampaknya dapat menemukan sinyal ponsel di tengah kota — di mana penyedia layanan memasang sejumlah menara transmisi untuk melayani kepadatan populasi yang lebih tinggi.
Sebelum bencana alam, pengguna ponsel dapat mengakses jaringan 4G di mana saja di mana terdapat sinyal, sedangkan setelah itu wilayah yang tercakup oleh layanan LTE menyusut dibandingkan dengan di mana perangkat memiliki konektivitas mobile, hal tersebut memberikan petunjuk tambahan mengenai penurunan ketersediaan LTE.
OpenSignal mengukur jarak rata-rata perangkat 4G dari menara transmisi LTE setiap hari setelah bencana alam, dan membandingkannya dengan jarak rata-rata di lokasi yang sama dalam waktu 30 hari sebelum gempa bumi. "Kami amati bahwa rata-rata perangkat setelah bencana alam tersambungkan dengan menara transmisi yang lebih jauh, dan hal tersebut memerlukan 11 hari untuk kembali normal," analisa lembaga itu.
Sedangkan pada 30 September 2018 atau dua hari setelah gempa bumi rata-rata perangkat tersambungkan ke menara transmisi LTE yang berjarak lebih dari 1.400 meter jauhnya, sedangkan dalam 30 hari sebelum jarak rata-rata di lokasi yang sama terlihat bahwa umumnya pusat kota, kurang dari 500 meter.
Peningkatan rata-rata jarak sambungan yang jauh menunjukkan bahwa lebih sedikit menara transmisi LTE yang beroperasi dalam beberapa hari setelah gempa bumi, di mana perangkat tidak dapat tersambungkan ke menara transmisi 4G terdekat perangkat tersebut malah tersambungkan ke menara transmisi yang lebih jauh.
Hal ini juga menunjukkan bahwa rata-rata lebih banyak perangkat tersambungkan ke menara transmisi yang sama, sehingga meningkatkan kepadatan pada sebagian jaringan yang masih hidup tersebut.
Ketika bencana alam terjadi, operator penyedia layanan seluler menghadapi tantangan yang signifikan untuk memulihkan layanan menjadi normal dan tergantung ukuran bencana yang dapat memerlukan waktu berhari-hari.
Dalam situasi tersebut, operator tidak hanya harus menghadapi pemulihan sebagian jaringan yang terputus, tapi juga menghadapi penurunan penggunaan ponsel karena lebih banyak pengguna yang tersambungkan ke menara transmisi yang lebih kecil, selanjutnya meningkatkan kepadatan di jaringan.
Untuk analisis ini, OpenSignal melibatkan 8.854.926 pengukuran dikumpulkan dari 1.762 perangkat di kota Palu selama periode waktu: 29 Agustus - 20 Oktober 2018.
OpenSignal mengumpulkan data setiap hari dan membandingkan pengalaman pengguna ponsel pintar selama hari-hari setelah gempa bumi, versus rata-rata pengalaman pada 30 hari sebelumnya.(wn)