JAKARTA (IndoTelko) - OpenSignal baru saja mengeluarkan laporan tentang "The 5G Opportunity".
Dalam laporan ini OpenSignal melibatkan 94,071,939 perangkat dengan 585,738,011,995 measurement sepanjang 1 Januari hingga 31 Desember 2018 di 77 negara.
Dalam laporan itu terungkap jaringan 4G saat ini mengalami fluktuasi kecepatan yang sangat besar sepanjang hari.
Fluktuasi kecepatan ini akan menjadi masalah yang semakin besar karena industri seluler global yang terus berkembang. Asia Pasifik merupakan wilayah yang menunjukkan perbedaan terbesar dalam pengalaman pengunduhan.
Di Asia Pasifik, terdapat negara-negara dengan fluktuasi kecepatan tertinggi sepanjang hari, seperti Taiwan (19,5 Mbps) dan Kamboja (19,4 Mbps). Kecepatan rata-rata tertinggi adalah di Korea Selatan (47,1 Mbps) dan Singapura (45,4 Mbps).
Sementara negara dengan kecepatan yang masih berusaha untuk mencapai dua digit adalah India (6,5 Mbps), Thailand (8,2 Mbps), Indonesia (8,6 Mbps), Kamboja (8,6 Mbps), dan Filipina (9,4 Mbps).
Hal yang menarik dalam laporan itu adalah OpenSignal membuka kondisi riil layanan 4G di Indonesia.
Di Indonesia kecepatan 4G berada di titik rendah yakni 5,7 Mbps di kisaran jam 9 pagi dan tercepat di 18,5 Mbps saat tengah malam (2 atau 3 dini hari) setiap harinya.
Alhasil, Indonesia berada di nomor 6 terbawah dari 77 negara yang disurvei OpenSignal untuk ukuran kecepatan 4G di saat jam lengang. Pasalnya kecepatan terendah di kisaran 8,6 Mbps, tertinggi di 18,5 Mbps.
Kondisi ini dikalahkan Philipina dengan kecepatan terendah 9,4 Mbps dan tertinggi 19 Mbps.
Masalah kecepatan sangat penting ketika mengakses konten. Misalnya untuk memutar super-HD video atau 360-degree virtual-reality stream diperlukan speed minimal 25 Mbps agar optimal.
Jika operator memiliki kecepatan download 30 Mbps, artinya speed yang dirasa fluktuatif antara 20 MBps hingga 40 Mbps di sejumlah lokasi.(id)