JAKARTA (IndoTelko) - OpenSignal mengungkapkan kualitas jaringan mobile broadband di Indonesia masih belum merata dari segi kecepatan pengunduhan dan pengunggahan jaringan seluler
Analis OpenSignal Hardik Khatri mengungkapkan delama beberapa tahun terakhir, lembaganya mengamati sejumlah peningkatan yang signifikan untuk jaringan seluler Indonesia, seiring dengan gencarnya upaya pemerintah dalam menjadikan negara Indonesia sebagai pusat ekonomi digital terbesar di Asia Tenggara.
"Dengan adanya sambungan internet berkecepatan tinggi sebagai syarat untuk mewujudkan cita-cita ekonomi digital yang kuat, kami melihat tingkat kecepatan unduhan dan unggahan di 44 kota besar di Indonesia untuk memahami pertumbuhan yang ditunjukkan oleh negara ini, yang nantinya dapat dijadikan tolok ukur untuk perkembangan di waktu mendatang," tulisnya.
Diungkapkannya, kota Sorong di Papua Barat dan Ambon di Maluku menduduki urutan teratas dalam daftar Pengalaman Kecepatan Unduhan kami. Dari segi statistik, kedua kota tersebut sama-sama menduduki peringkat satu, dan keduanya tetap berada dalam posisi tiga besar dengan peningkatan sekitar 60% sejak analisis kami sebelumnya.
Sementara itu, ibukota Papua, Jayapura, menduduki peringkat ketiga dengan para pengguna yang mampu merasakan peningkatan kecepatan sebesar 85% dibanding kota-kota lainnya. Perlu digaris bawahi bahwa para pengguna di ketiga kota tersebut memperoleh kecepatan unduhan hampir dua kali lipat kecepatan rata-rata nasional yang sebesar 9,8 Mbps.
Kota Kupang, yang merupakan ibukota Nusa Tenggara Timur, menduduki peringkat pertama dalam daftar Pengalaman Kecepatan Unggahan. Para pengguna di kota tersebut memperoleh 70% peningkatan kecepatan unggahan rata-rata sebesar 8,3 Mbps, hampir dua kali lipat rata-rata kecepatan nasional yang mencapai 4,5 Mbps.
Bertolak belakang dengan posisi terbawah daftar Pengalaman Kecepatan Unduhan yang diduduki oleh lebih dari satu kota, Cimahi di Jawa Barat menjadi satu-satunya kota di urutan paling bawah daftar Pengalaman Kecepatan Unggahan dengan rata-rata kecepatan mencapai 4,0 Mbps, atau 0,5 Mbps di bawah rata-rata nasional. Kota Cimahi juga menempati peringkat terakhir daftar Pengalaman Kecepatan Unduhan dengan kecepatan 1,1 Mbps di bawah rata-rata nasional.
Peringkat provinsi-provinsi di Jawa terus tertinggal jika dibandingkan dengan provinsi-provinsi di pulau lainnya. Peringkat tertinggi yang berhasil diraih oleh kota di Pulau Jawa adalah peringkat ke-18 dalam daftar Pengalaman Kecepatan Unduhan (Kota Bandung) dan peringkat ke-15 dalam daftar Pengalaman Kecepatan Unggahan (Kota Malang).
Jakarta menempati posisi ke-28 dalam daftar Pengalaman Kecepatan Unduhan dengan kecepatan rata-rata mencapai 10,2 Mbps (meningkat 2,4 Mbps atau 31% sejak analisis terakhir kami), namun menduduki peringkat ke-32 di daftar Pengalaman Kecepatan Unggahan dengan kecepatan rata-rata mencapai 4,8 Mbps (meningkat 1,2 Mbps atau 33% sejak analisis OpenSignal sebelumnya, namun hanya sebesar 0,3 Mbps di atas rata-rata nasional).
Meskipun peningkatan-peningkatan tersebut terlihat signifikan jika diamati dalam hitungan persentase, angka-angka peningkatannya masih kalah jauh jika dibandingkan dengan kota-kota lainnya.
Misalnya saja, Kota Sorong memperoleh peningkatan Pengalaman Kecepatan Unduhan sebesar 60% (7,2 Mbps), sementara Pengalaman Kecepatan Unggahan di Kota Kupang meningkat sebesar 69% (3,4 Mbps).
Dikatakannya, sepertinya operator-operator seluler di Indonesia telah berhasil melakukan peningkatan secara substansial dari segi Pengalaman Kecepatan Unduhan dan Pengalaman Kecepatan Unggahan di seluruh kota di Indonesia.
Para pengguna memperoleh kecepatan unduhan mulai dari 19,2 Mbps (Kota Sorong) hingga 8,7 Mbps (Kota Tangerang dan Cimahi). Angkanya jauh berbeda jika dibandingkan dengan laporan sebelumnya yang melaporkan rentang kecepatan antara 12 Mbps hingga 7 Mbps. Kecepatan unggahan yang diperoleh para pengguna kami menurut data terbaru berkisar antara 8,3 Mbps hingga 4,0 Mbps, meningkat pesat dari rentang 5,9 Mbps hingga 3,1 Mbps dalam laporan sebelumnya.
OpenSignal juga melihat adanya peningkatan signifikan dari segi pengalaman penggunaan perangkat seluler di tingkat nasional. Pengalaman Kecepatan Unduhan yang dirasakan oleh para pengguna kami dalam periode waktu yang sama dengan analisis tingkat kota terbaru kami mencapai 9,8 Mbps (meningkat dari jumlah sebelumnya yang sebesar 6.9 Mbps), dan Pengalaman Kecepatan Unggahan mencapai 4,5 Mbps (yang sebelumnya hanya sebesar 3,1 Mbps).
Dengan semakin mudahnya penyediaan pengalaman jaringan seluler untuk para pengguna di wilayah perkotaan, cukup mengejutkan ketika pengguna di sepuluh dan enam kota masing-masing tidak memperoleh peningkatan kecepatan unduhan dan unggahan di atas rata-rata nasional. Kecepatannya hanya berhasil meningkat hingga 10% di bawah rata-rata nasional.
Diingatkannya, meskipun jaringan 4G dapat diakses oleh hampir semua orang, kontras antara rata-rata nasional untuk kecepatan di Indonesia dan kecepatan di sejumlah kota tertentu menunjukkan adanya ketimpangan konektivitas yang ada di antara wilayah pedesaan dengan penduduk jarang dan kota-kota yang padat penduduk, serta tantangan yang dihadapi oleh para operator seluler dalam menyediakan pengalaman jaringan seluler yang seragam di seluruh penjuru wilayah geografis negara Indonesia.
Demi mengatasi ketimpangan digital tersebut, yang menjadi penghambat bagi cita-cita perekonomian digital Indonesia, pemerintah Indonesia baru-baru ini telah menyelesaikan proyek Palapa Ring, yaitu proyek infrastruktur fiber optik untuk menghadirkan koneksi internet berkecepatan tinggi mulai dari ujung Indonesia Barat hingga ujung Indonesia Timur, terutama wilayah-wilayah di bagian timur yang meliputi wilayah Papua.
Akan tetapi, proyek tersebut tidak serta-merta langsung menjadi solusi bagi masalah yang dialami oleh para pengguna internet di perangkat seluler, karena mereka masih berpotensi tidak dapat memperoleh jaringan pada saat bepergian pada waktu mendatang, terutama di wilayah Indonesia Timur yang sepi operator seluler.
Selain itu, ada sebagian wilayah seperti wilayah pegunungan Papua dan Papua Barat yang tidak dapat dijangkau oleh kabel fiber.(ak)