Kinerja dari PT XL Axiata Tbk (XL) hingga triwulan III-2012 bisa dikatakan tak sekinclong tahun lalu di industri telekomunikasi.
Omzet XL hingga Q3-2012 sebesar Rp 16 triliun atau naik 14% dibandingkan periode sama 2011 sebesar Rp 13.9 triliun.
Pertumbuhan topline itu dibawah Telkomsel jika merujuk periode yang sama. Hingga September 2012, pendapatan Telkomsel sudah mencapai Rp 39,858 triliun atau melonjak 23% dibanding periode sama 2011 sebesar Rp 36 triliun.
Ini adalah pertama kalinya XL tidak memimpin pertumbuhan industri setelah dua tahun berturut-turut selalu berada di atas para pesaingnya dalam urusan menjaga pertumbuhan topline.
Banyak kalangan beranggapan, XL terlalu “diam” dari sisi pemasaran selama 2012, sehingga terkesan membiarkan para pesaingnya bergerak leluasa di pasar.
Namun, hal ini dbantah keras oleh Direktur Marketing XL Axiata Joy Wahjudi. Pria yang menjadi orang nomor satu di direktorat marketing anak usaha Axiata sejak Mei 2011 itu menyatakan banyak hal dilakukan perseroan selama ini.
Berikut kutipan wawancara Indotelko dengan penyandang gelar master bisnis dari University of California State yang mengabdi di XL sejak tahun 1997 itu usai peluncuran XL Rumahnya Android beluma lama ini.
Kinerja XL tidak terlalu bagus hingga Q3-2012?
Siapa bilang? Kinerja XL masih bagus, kami berada di atas rata-rata industri dan itu sesuai dengan target yang ditetapkan perseroan. Masalah ada yang lebih bagus, seperti Telkomsel yang lebih tinggi pertumbuhan topline-nya itu kami akui. Mereka (Telkomsel) memang sedang bagus tahun ini.
Industri beranggapan XL terlalu “diam” tahun ini?
Nah, itu susahnya. Kala kami agresif, industri bilang XL yang memacu kompetisi ketat dan perang tarif. Kala XL terkesan diam, dibilang tidak ada rame-ramenya. Sebenarnya kan lebih enak seperti sekarang, semua menikmati pertumbuhan yang positif.
Jadi, XL benar banyak “diam” dalam aktifitas marketing dan sales?
Nah, itu tidak benar. Anda lihat dong di sisi pertumbuhan topline, kalau diam masa tumbuh dobel digit dan jasa datanya kian tinggi kontribusi ke pendapatan. Average Revenue Per User (ARPU) juga stabil di US$ 3- US$ 4. Hal yang benar adalah XL itu sudah berubah dan sedang belajar banyak. Belajar di sini adalah bagaimana mendapatkan pelanggan berkualitas yang bisa menaikkan pendapatan.
Bisa diceritakan lebih detail soal “belajar” itu?
Begini, Anda lihat kami sepanjang tahun ini tidak banyak mengeluarkan kartu perdana baru kan? Jika ada program dikeluarkan itu lebih untuk teknikal guna menahan churn. Misalnya, usai Ramadan dibuat program baru agar pelanggan tidak pindah karena biasanya usai Lebaran itu churn tinggi. Kartu perdana Android yang kami lepas ini juga lumayan premium harganya, itu artinya apa? Kami mulai menyeleksi pelanggan, kita mau yang berkualitas. Nah, namanya orang sedang belajar, wajar dong kalau ada salah dan benarnya.
Jika hasil dari masa “belajar” itu ternyata ada yang salah?
Oke, misalnya dari masa belajar didapat kesimpulan, tidak mendapatkan pertumbuhan yang sehat, kita akan ambil jalan tengah. Ini artinya di Indonesia, pelanggan lebih senang dimanja dengan program promotion based. Tentu kita akan adaptasi. Ini artinya battle itu di wallet share pelanggan.
Rumor mengatakan XL tengah menyiapkan pembangunan jaringan data, jika ini selesai, maka perang layaknya dua tahun lalu akan dimulai kembali?
Kita memang sedang membangun platform yang kuat untuk data termasuk di sisi jaringan. Seperti saya bilang tadi, jika selama proses belajar nanti didapat kesimpulan mengarah ke situ (permainan tarif) tentu kami akan agresif kembali. Satu hal yang pasti, XL itu selalu memegang prinsip jangan memulai sesuatu yang tak bisa diakhiri. Jadi, kita lihat dulu hasil akhir tahun ini.(id)