Produk M2M dari XL (ilustrasi)
JAKARTA (indotelko) – Teknologi machine to machine (M2M) masih dianggap sekadar aksesori untuk menopang pasar korporasi bagi operator telekomunikasi.
“M2M memang terus dikembangkan, tetapi kondisinya saat ini baru sebatas aksesori dan besar di media ketimbang realita di lapangan,” ungkap Director and Chief Wholesale & Infrastruktur Officer Indosat Fadzri Sentosa di Jakarta, belum lama ini.
Menurutnya, pasar masih membutuhkan edukasi untuk penggunaan M2M da operator pun harus bersabar memasarkan layanan ini.
“Tetapi ke depannya M2M akan menjadi masa depan karena pelanggan nantinya tidak hanya manusia, tetapi perangkat juga,” katanya.
Berdasarkan catatan, Indosat memiliki jumlah pelanggan M2M sekitar 10 ribu yang didominasi oleh perbankan. Layanan M2M indosat antara lain berkolaborasi dengan pihak bank, PLN serta beberapa perusahaan taksi dan otomotif. Seperti layanan Fleet Monitoring (taksi), Smart Metering, serta ATM Network
Secara terpisah, Chariman Sharing Vision Dimitri Mahayana memprediksi nilai bisnis M2M pada 2013 bisa mencapai Rp 1 triliun dengan rata-rata biaya per pengguna (ARPU) sekitar Rp 25 ribu. Sayangnya, Porsi operator di bisnis M2M kecil, paling besar di bisnis integrator.
“M2M jika ditemukan aplikasi pembunuhnya jumlah pelanggannya bisa melampaui 100 ribu pelanggan dan akan berkembang dengan cepat melewati 1 juta pelanggan. Pasalnya, secara teknologi sudah matang dan pasar sudah sangat siap, tinggal operator bekerja sama dengan bisnis integrator," katanya.
Menurutnya, aplikasi pembunuh yang bisa mendongkrak M2M security karena dibutuhkan setiap orang.Misalnya, layanan surveillance mobile dimana melalui ponsel bisa mengakses CCTV yang dipasang di rumah.(ct)
Ikuti terus perkembangan berita ini dalam topik