Ilustrasi (DOK)
JAKARTA (indotelko) – PT Axis Telekom Indonesia (Axis) terus meretas jalan menuju keuntungan sejak komersial beberapa tahun lalu.
Pasokan dana besar yang disuntikkan pada 2012 lalu sebesar US$ 1,6 miliar telah dimaksimalkan untuk membangun sekitar 4 ribu BTS.
Dana sebesar itu didapat dari pinjaman dan hasil suntikan induk usaha Saudi Telecom Company (STC) sebesar US$ 400 juta.
Lantas apa hasil dari investasi yang lumayan besar di 2012?
Jika dilihat dari topline, Axis terlihat agresif. Operator ini berhasil mendapatkan pendapatan sekitar Rp 2,388 triliun alias tumbuh 70% dibandingkan 2011 sebesar Rp 1,4 triliun.
Walau tidak membuka kinerja keuangan secara terbuka, namun Chief Marketing Officer Axis Daniel Horan mengungkapkan Earning Before Interest Tax Depreciation and Amortization (EBITDA) perseroan belum juga positif.
“Jangan ditanya kontribusi Axis ke STC, kami masih menyusu ke induk. Tetapi kami in the right track menuju EBITDA positif dua hingga tiga tahun mendatang karena kita ingin terus geber pendapatan. Pada tahun ini kita agak turunkan investasi guna mengoptimalkan pendapatan,” ungkapnya.
Diungkapkannya, pada tahun ini Axis membidik pertumbuhan pendapatan sebesar 70% atau Rp 3,98 triliun rupiah. Perseroan akan membangun seribu BTS, turun dibanding 2012 sebanyak 4 ribu BTS.
Jasa data akan menjadi andalan dimana kontribusinya dari 40% pada 2012 dinaikkan menjadi 60% bagi total pendapatan. Saat ini konsumsi bandwidth di Axis mencapai 45 Terabyte per hari.
Strategi
Daniel mengungkapkan, berbagai strategi telah disiapkannya untuk mencapai target yang ditetapkannya.
Pertama, dalam pembangunan BTS akan mengisi dimana kualitas layanan kurang atau di area yang potensial. Aksi ini sepertinya untuk memaksimalkan belanja modal yang ada.
Kedua, mencari pelanggan berkualitas. Pasalnya, secara pangsa pasar pendapatan Axis hanya memiliki sekitar 2,6%. Solusi untuk menaikkan pangsa pasar tentunya harus mencari pelanggan berkualitas dengan menaikkan Average Revenue Per User (ARPU).
“Pada akhir 2012 Axis memiliki 17 juta pelanggan dengan ARPU sekitar Rp 20 ribu. Kami berhasil menaikkan ARPU pada 2012 sehingga mulai berfikir tidak fokus mengejar pelanggan. Tahun ini kita moderat membidik pertambahan pelanggan, hanya mencari 20 juta nomor di akhir 2013,” katanya.
Ketiga, memperkaya konten yang diberikan untuk pelanggan agar tidak hanya menjadi dumb pipe. Caranya, menggandeng pemain Over The Top (OTT).
“OTT tidak kita anggap sebagai ancaman. Mereka pun tidak lagi melihat operator sebagai pesaing karena sadar tanpa infrastruktur penyedia jaringan tak bisa masuk pasar. Kita sudah punya hubungan baik dengan Facebook, Kakao Talk, BlackBerry, dan lainnya. Sekarang sedang menjajaki kerjasama dengan Skype untuk layanan Voice Over Internet Protocol (VoIP),”katanya.
Keempat, menggenjot platform digital payment untuk meretensi pelanggan karena di Indonesia transaksi melalui dunia maya terus meningkat.
“Sekarang untuk transaksi di dunia maya masih online-offline. Pembelian di dunia maya, tetapi masih dibayar melalui debit dengan ke ATM. Kami ingin tawarkan konsep carrier billing dimana melalui pulsa sudah cukup bisa bayar,” jelasnya.
Diungkapkannya, metode pembayaran digital dengan metode potong pulsa telah digunakan dengan menggandeng toko buku online papataka.com, ngomik.com dan beberapa pengembang game.
"Axis kini sedangkan dalam tahap negosiasi dengan Facebook, Twitter dan Kaskus untuk menjadi pengisi konten dalam platform digital payment," katanya..
Terakhir, Axis tak akan melupakan jasa suara sebagai salah satu kebutuhan konsumen. “Ini yang menjadi pembeda Axis dengan pesaing. Kami tak pernah melupakan kualitas jasa suara. Kemarin baru saja diluncurkan High Definition Voice yang aktif digunakan 100 ribu pelanggan,” katanya.
Akankah Axis mereguh nikmatnya kinerja positif pada 2015 atau 2016 nanti? Kita tunggu saja.(id)