telkomsel halo

Aulia E Marinto: Ibarat Pertandingan Marathon

12:42:39 | 25 Jan 2015
Aulia E Marinto: Ibarat Pertandingan Marathon
Aulia E Marinto (Dok)
JAKARTA (IndoTelko) – Nama Aulia E Marinto lebih banyak dikenal sebagai orang operator ketimbang pemain produk internet.

Latar belakang karir dari CEO MetraPlasa ini memang lebih banyak berkecimpung memasarkan produk operator. Pria berkacamata ini pernah menjadi Specialist to Commerce Director di Telkomsel, Vice President Corporate Account Management, bahkan duduk sebagai VP Corporate Communication di anak usaha Telkom itu.

Di Telkomsel, Pria yang akrab disapa Aulia ini salah satu andalan memasarkan produk untuk segmen enterprise.

Keberhasilannya menyakinkan perusahaan sekelas Coca-Cola menggunakan solusi komunikasi dari Telkomsel adalah salah satu yang dibanggakan. Belum lagi aksinya memasarkan produk BlackBerry kala itu yang dianggap tergolong sukses.

Karir Aulia berbelok menggeluti dunia retail kala 2012 lalu Telkom mengumumkan pembentukan perusahaan patungan dengan eBay, MetraPlasa.

Aulia dipercaya memimpin Marketplace Blanja.com yang baru diluncurkan pada Desember 2014 lalu.

IndoTelko diberikan kesempatan wawancara eksklusif dengan penggemar aliran musik grunge itu belum lama ini. Berikut kutipannya:

Anda lebih banyak bermain di produk Telco, ada kesulitan di e-commerce?
Pertama-tama, saya bangga dipercaya Telkom membangun bisnis ritelnya. Ini murni ritel, tantangannya beda. Saya punya pengalaman kala membangun bisnis mobile data di Telkomsel. Ini masalah kita harus percaya akan berhasil, selanjutnya dikonversi menjadi kerja, kerja, dan kerja. Hasilnya, kita lihat saja nanti.

Blanja.com termasuk lama diluncurkan pasca diumumkan pembentukan perusahaan patungan antara Telkom dengan eBay, kenapa?
Mulai persiapan Blanja.com ini sejak 2013. Ada masa transisi dimana kita harus memisahkan dulu bisnis yang sebelumnya dijalankan yakni bermain di konten, iklan, dan e-commerce. Dua pertama itu sudah dikelola Metranet (Anak usaha TelkomMetra), sedangkan kita akhirnya memutuskan fokus hanya di e-commerce dengan konsep marketplace. MetraPlasa ini ibaratnya start up di e-commerce.

Nyaris dua tahun membangun portal marketplace?
Ketika kami memutuskan menjadi marketplace, itu artinya kita membangun ekosistem. Ini beda dengan retail online dimana sudah ada inventory, barang, logistik dan lainnya. Portal itu menjadi front end-nya. Kalau marketplace, Anda harus matangkan dulu proses bisnisnya seperti sistem pembayaran, logistik, cara mengelola data, menentukan user experience yang ingin dicapai dan lainnya. Ini bukan pekerjaan mudah, apalagi kita bangun platform dikustomisasi dengan kondisi lokal walau menggunakan teknologi dari mitra e-bay.

Platform bagaimana yang dipersiapkan untuk Blanja.com?
Kami menyiapkan Blanja.com tentu untuk skala transaksi yang besar. Jangan kaget, harga platform di pasar itu mulai US$ 100 ribu hingga US$ 100 juta. Banyak orang menganggap enteng soal platform ini karena bisa plug and play, tetapi kalau Anda ingin menangani transaksi dan affiliate marketing yang rumit, butuh sistem tangguh.

Target pasar Blanja.com kemana?
Kami mengincar buyer dari Usaha Kecil dan Menengah (UKM) serta brand terkenal. Tampilan Blanja.com sekarang itu adalah hasil survei terhadap keinginan user experience yang ingin dicapai yakni bersih dan rapi. (Baca juga: Menguji Revitalisasi Blanja)

Bagaimana menarik buyer masuk ke Blanja.com?
Saya mencoba mengedukasi para pemilik toko dengan cara sederhana yakni memberikan pemahaman kalau Anda sudah memiliki satu atau dua toko, artinya brand Anda dipercaya orang dan transaksi terjadi. Kenapa tidak mencoba membuka toko online di Blanja.com, bisa investasi lebih murah dan dampaknya lumayan. Kalau untuk brand terkenal memang tantangannya berbeda, banyak persyaratan yang mereka minta. Ini sama dengan pemilik Mall, brand terkenal itu tak ada di semua mall.

Kekuatan Blanja.com itu ada dimana?
Di bisnis ini hal paling krusial masalah kepercayaan dan keamanan bertransaksi. Kami memiliki kekuatan dari pemegang saham dimana ada eBay dan Telkom, ini sudah memberikan persepsi positif ke buyer atau seller, tinggal dikonversi itu menjadi transaksi jual-beli. Dari sisi fitur kita ada platform tawar menawar langsung antara buyer dan seller. Untuk alat bayar, kita punya semua yang ada di kantong buyer. Logistik ada JNE dan First Logistik. Nanti, alat bayar dan logistik ini akan ditambah mitranya. (Baca juga:Blanja Tambah Mitra)

Bagaimana dengan 140 juta pelanggan Telkomsel, bisa dimonetisasi?
Pertarungan di bisnis internet ini berbeda dengan Telco. Di Telco, Key Performance Indicator (KPI) jelas, Anda bangun BTS, berapa trafik terjadi, berapa penjualan kartu perdana dan voucher isi ulang. Kalau di bisnis internet seperti marketplace ini berbeda, awareness saja tak cukup, kita butuh mengkonversi itu menjadi click to buy hingga transaksi terjadi. Basis pelanggan Telkomsel memang kekuatan bagi kami, tetapi untuk mengubah awareness menjadi click to buy, tantangannya di situ.

Konsep revenue stream dari Blanja.com bagaimana?
Ini start up, kita andalkan modal kerja untuk tiga hingga lima tahun kedepan menuju BEP operasional. Game plan di bisnis internet ini berbeda dengan Telco. Investornya sudah paham dengan tak membebani di sisi bottom line, yang dilihat itu operasional. Berapa skala ekonomi dicapai, parameternya Page View, Unique Visitor, Gross Margin Value (GMV), listing produk, merchant dan lainnya. Tujuan akhirnya adalah enterprise value. Lihat Alibaba sekarang, seperti itulah.

Kalau begitu, ada sinyal Blanja.com akan dilepas nantinya oleh Telkom atau eBay?
Tidak, Game plan investor kami berbeda. Kita membangun untuk dibesarkan. Tetapi jika Blanja.com secara operasional mencapai tujuannya, tentu akan ada investor tertarik untuk bergabung. Prosesnya bisa Initial Public Offering (IPO), atau sebagai partner strategis. Dilusi saham pemilik pasti terjadi, kala itu mereka menikmati cuan dari investasinya selama ini.

GCG BUMN
Kapan itu terjadi?
Di situ tantangannya. Kita tak pernah tahu kapan itu datang walau ada prediksinya. Facebook saja membeli WhatsApp setinggi langit. Ditanya, kapan dimonetisasi, baru dipikirkan lima tahun mendatang. Bisnis ini seperti pertandingan marathon, butuh patience (kesabaran) dan passion (gairah) bagi investor dan manajemen yang menjalankan.(id)

Artikel Terkait
Rekomendasi
Berita Pilihan
More Stories