JAKARTA (IndoTelko) – Gerak cepat PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom) melakukan rebranding untuk produk Fixed Broadband dengan fokus bermain di Triple Play mulai berbuah hasil positif.
Sengatan produk yang menawarkan layanan internet cepat, Internet Protocol TV (IPTV), dan telepon rumah dengan merek IndiHome langsung terasa di pusat persaingan jasa Fixed Broadband yakni, Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek).
“Target kami adalah mencapai 3 juta pengguna IndiHome tahun ini. Saya sudah bilang kepada Tim yang mengawal program ini, kapal sudah dibakar alias This is the point of no return, win or die! Dalam waktu tiga minggu kita berhasil merebut 10 ribu pelanggan dari pesaing,” ungkap Direktur Consumer Service Telkom Dian Rachmawan kepada IndoTelko, kemarin.
Seperti diketahui, Telkom menerapkan “turn-around strategy” untuk kembali memenangkan persaingan di pasar Fixed Broadband.
Eksekusi dari strategi ini adalah ditonjolkannya brand IndiHome, bukan lagi Speedy. Layanan tripleplay IndiHome menggunakan infrastruktur Fibe To The Home (FTTH) disebut dengan Indihome Fiber. (
Baca juga:
Siasat Telkom membangun IndiHome)
Untuk infrastruktur yang masih menggunakan Multi Service Access Node (MSAN), Indihome ditawarkan dengan paket kecepatan sampai dengan 5 Mbps. Indihome pada MSAN diposisikan untuk mendukung posisi market leadership dari Indihome Fiber.
Sedangkan Speedy yang menggunakan infrastruktur copper wire, optimal pada kecepatan sampai dengan 2 Mbps, akan terus dikurangi.
Sebelumnya dengan menonjolkan brand Speedy, pangsa pasar fixed broadband Telkom berhasil digerus pemain lama dan baru. Di Jabodetabek yang selama ini dikenal sebagai pusat persaingan, pelanggan Telkom direbut First Media, Bolt, MNC Play Media, atau Innovate. Alhasil, pertumbuhan revenue Speedy bermain di kisaran 9,6%.
Kunci Keberhasilan
Menurut Dian, kunci keberhasilan dari IndiHome nantinya terletak pada people, process, dan teknologi. Saat ini Telkom tengah menggeber proses rebranding dengan komunikasi pemasaran dilakukan secara terintegrasi yang fokus memperkenalkan dan mengedukasi penggunaan Indihome ke pasar.
“Semua sales channel, seperti walk-in, web-in, outbound call maupun sales force juga difokuskan untuk mendukung komunikasi dan penjualan layanan Indihome. Sales Channel diarahkan untuk tidak lagi melakukan penjualan single product, baik telepon rumah, internet maupun USeeTV,” katanya.
Rencana penjualan Indihome tersebut meliputi migrasi paket layanan dari pelanggan existing dan new sales. Telkom memutuskan menerapkan penjualan agresif begitu rebranding di-kick off karena ingin memastikan utilisasi alat produksi yang optimal, khususnya FTTH.
Sedangkan dari sistem penatrifan lebih bervariasi tergantung tingkat kompetisi dalam satu area. Contoh, di Jakarta berlangganan IndiHome hanya Rp 290 ribu per bulan sudah mendapatkan gratis telepon 1000 menit per bulan baik lokal atau interlokal, menonton konten UseeTV sebanyak 99 saluran, dan kecepatan internet 10 Mbps. “Ini paling terjangkau harganya di Jakarta. Silahkan cek ke pasar,” pungkasnya.
Seperti diketahui, potensi pasar fixed broadband di Indonesia masih besar. Bila dilihat ada 60 juta jumlah rumah tangga di Indonesia, tingkat penetrasi layanan ini baru mencapai 5%. Tahun lalu, sejumlah pemain baru bermunculan seperti MNC Play Media dan Innovate.
MNC Play Media belum lama ini mengklaim produknya menawarkan internet dengan kecepatan maksimal 200 Mbps dan memiliki network capacity ready 10 Gbps.
Hasil tes kecepatan yang diperoleh dari NetIndex, dan dikeluarkan oleh OOKLA (lembaga independen yang berfokus pada penyediaan perangkat ukur kecepatan internet di seluruh dunia), Play Media mampu mencatatkan rata-rata kecepatan koneksi internet 50,77 Mbps.(id)