telkomsel halo

Lima Alasan Startup Merekah di Negara Berkembang

10:56:59 | 27 Nov 2015
Lima Alasan Startup Merekah di Negara Berkembang
Ilustrasi (dok)
JAKARTA (IndoTelko) – Di pasar negara berkembang, seperti Indonesia, peluang untuk pengembangan bisnis startup tergolong cukup besar.

Hal ini turut disebabkan pertumbuhan masyarakat kelas menengah menarik perhatian pebisnis dan investor dengan kesempatan yang menarik.  Pada saat ini, pelanggan Asia akan mencapai lebih dari 40%  dari konsumsi kelas menengah global.

Pertumbuhan kelas menengah menyajikan bisnis dan investor dengan kesempatan yang menarik. Akibatnya, sejumlah besar startup sekarang berfokus pada pengaturan atau ekspansi ke Asia, Amerika Latin, Afrika dan Timur Tengah, di mana pertumbuhan penduduk memperlihatkan potensi pasar belum dimanfaatkan yang cukup besar.

Portal Lamudi.co.id dalam keterangan tertulisnya mengungkap lima alasan merekahnya startup di negara berkembang. Berikut detailnya:

1. Dukungan pemerintah
Banyak pemerintah di pasar negara berkembang sedang meletakkan dasar-dasar untuk terciptanya lingkungan bisnis yang berkembang. Indonesia kabarnya tengah mencari dana $ 1 miliar, untuk mendukung startup di daerah. Dengan perkiraan 50 juta pengusaha di Indonesia, ini dapat menjadi kesinambungan untuk mengubah bangsa menjadi raksasa teknologi di Asia Tenggara.

Demikian juga di Malaysia, dana $ 100.000.000 diajukan oleh pemerintah untuk menciptakan industri teknologi tinggi masa depan.

Hal ini tidak hanya Asia di mana pemerintah menyediakan lebih banyak dukungan; baru-baru ini, pemerintah Kenya menginvestasikan $ 10 miliar pada pusat teknologi digital. The Konza Techno City, dekat Nairobi, telah dijuluki Savannah Digital.

2. Dividen populasi
Apakah Anda menyadari bahwa 3 dari 8 orang di dunia berasal dari India atau Tiongkok? Indonesia adalah negara dengan penduduk terbanyak keempat di dunia, dengan populasi lebih dari 256 juta orang.

Pulau Jawa adalah pulau terpadat di dunia. Populasinya pun sebagian besar berusia muda, dan keadaan ini memberikan kesempatan perkembangan dengan konsumen seiring siklus hidup produk. Di Bangladesh, usia rata-rata adalah 24.3 sedangkan di Australia jauh lebih tua yaitu 38.3.

Sebuah populasi yang besar setara dengan lebih banyak konsumsi. Di negara berkembang, populasi besar telah memicu konsumsi yang mendorong tingkat pertumbuhan ekonomi dengan level ekonomi yang bahkan tidak dapat dicapai di Eropa atau negara maju.

3. Biaya yang Lebih Rendah
Biaya operasi di negara berkembang jauh lebih kompetitif. Harga untuk sewa kantor jauh lebih kecil jika dibandingkan dengan kota – kota seperti San Francisco atau London. Rata-rata harga sewa kantor di CBD Jakarta adalah US$ 37 per meter persegi. Bandingkan dengan harga sewa di West End London yang mencapai US$ 2.194.

Biaya tenaga kerja juga jauh lebih rendah. Di Filipina, rata-rata gaji seorang programmer komputer adalah US$ 4.927, sedangkan di San Francisco mencapai US$ 69 ribu. Melihat biaya staf dan biaya sewa, maka biaya startup akan jauh lebih rendah sehingga dapat mencapai keuntungan lebih cepat.

4. Menjadi Pemimpin
Di pasar negara berkembang, bisnis startup Anda memiliki kesempatan menjadi yang pertama di jenisnya. Dengan kompetisi yang lebih sedikit, Anda dapat mencapai keuntungan dengan cepat atau menjadi pemain utama hanya dalam waktu singkat. Dengan teknologi canggih, sangat mungkin untuk menjalani persaingan dengan mudah; pada saat startup lain masih berusaha mengejar ketertinggalan, startup Anda sudah menjadi pemimpin di jenisnya.

5. Bergeser ke Ponsel
Startup yang berfokus pada pasar negara berkembang dapat meraup keuntungan dari peningkatan pesat dalam penetrasi internet dengan pergeseran dari desktop ke ponsel dan aplikasi. Sebagai startup, jika Anda memiliki aplikasi yang mudah digunakan, Anda akan bertahan.

Biaya tinggi terkait dengan penggunaan internet di negara berkembang membuat aplikasi lebih menarik untuk berinteraksi dengan perusahaan online. Bila startup Anda memiliki tampilan aplikasi mobile atau mobile browser yang rapi di pasar online, maka bisa dikatakan Anda telah memegang kuncinya.

Global Co-founder dan Managing Director Lamudi, Kian Moini mengatakan sejak Lamudi diluncurkan pada Oktober 2013 telah menjadi pemimpin di sejumlah pasar seperti Bangladesh, Filipina, Yordania, Arab Saudi dan Myanmar. Perkembangan dalam waktu singkat seperti ini akan lebih sulit tercapai di pasar yang telah mapan, dimana mencari properti secara online mencakup praktik yang lebih luas.

GCG BUMN
“Dengan memperkenalkan layanan yang masih belum tersedia, startup memiliki kesempatan untuk membentuk industri mereka, mendidik konsumen dan memimpin perkembangan pasar,” pungkasnya.(pg)

Artikel Terkait
Rekomendasi
Berita Pilihan
More Stories