PALO ALTO (IndoTelko) – Space Systems Loral (SSL) mengumumkan telah ditunjuk oleh PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom) sebagai penyedia satelit Telkom-4 yang akan digunakan untuk layanan fixed satellite di Indonesia, India, dan Asia Tenggara.
"Bagi SSL ini adalah ketiga kalinya mendapat pesanan dari perusahaan asal Indonesia. Kami bangga bisa berkontribusi untuk pembangunan infrastuktur di Indonesia dan kawasan Asia,” ungkap President of SSL John Celli dalam keterangan tertulisnya, kemarin.
Satelit Telkom-4 rencananya akan menggunakan platform SSL 1300 dan di desain untuk operasional selama 15 tahun.
Direktur Utama Telkom Alex J Sinaga mengatakan, satelit dibutuhkan sebagai teknologi pelengkap karena Indonesia terdiri dari ribuan pulau.
“Selain satelit kami gunakan kabel laut sebagai backbone menghubungkan pulau-pulau di Indonesia,” katanya.
Sementara itu, Direktur Jaringan Telkom Abdus Somad Arief mengungkapkan, pada kuartal keempat 2016, akan diluncurkan satelit Telkom 3S. “Kalau Satelit Telkom 4 ini di 2018. Mohon doanya agar semua lancar,” katanya kepada IndoTelko, kemarin.
Sekadar diketahui, saat ini perseroan tengah menyiapkan peluncuran satelit yang akan mengadopsi C-Band dan Ku-Band, yakni Telkom 3S (substitution). Telkom 3S akan menempati slot orbit 118 derajat BT, sekaligus menggantikan satelit Telkom 3 yang gagal mencapai orbit pada Agustus 2012.
Telkom telah meneken perjanjian pembuatan satelit Telkom 3S dengan perusahaan asal Prancis-Italia, Thales Alenia Space senilai US$ 199,7 juta pada 14 Juli 2014. (
Baca juga: Satelit Telkom 3S)
Satelit tersebut direncanakan berkapasitas 42 transponder yang terdiri dari 32 transponder C-Band dan 10 transponder Ku-Band. Telkom 3S dijadwalkan meluncur pada akhir 2016 atau awal 2017.
Sementara untuk Telkom 4 diperkirakan butuh investasi senilai US$ 200 juta dan akan diluncurkan pada 2018. Satelit Telkom 4 akan menggantikan satelit Telkom 1 yang masa orbitnya berakhir pada 2018. (
Baca juga:
Satelit Telkom 4)
Satelit Telkom 1 diluncurkan pada 13 Agustus 1999 dan menempati slot orbit 108 derajat BT. Satelit tersebut diproduksi Lockhead Martin dari Amerika Serikat dan peluncurannya dilakukan oleh Arianespace dari Eropa. Satelit Telkom 1 memiliki kapasitas 24 transponder, dan beroperasi pada frekuensi C-Band.
Satelit Telkom 4 direncanakan membawa 60 transponder, sebanyak 36 transponder akan disewakan untuk kebutuhan domestik. Sedangkan sisa 24 transponder akan dipasarkan untuk India.
Per September 2015, Telkom memiliki nilai aset satelit, stasiun bumi dan peralatannya sekitar Rp 6,6 triliun. Pendapatan sewa tranponder satelit mencapai Rp 423 miliar, naik 21,5% dibanding periode sama tahun lalu Rp 348 miliar.
Telkom masih memiliki kantong tebal untuk mendanai pengadaan satelit karena memiliki opsi Penawaran Umum Berkelanjutan (PUB) obligasi senilai Rp 5 triliun. Obligasi itu merupakan sisa dari PUB pada 2015 yang mencapai Rp 12 triliun. Dari hasil bersih obligasi tahun lalu, Telkom mengalokasikan dana Rp 6,06 triliun untuk pengembangan usaha dan sisanya Rp 921,91 miliar untuk akuisisi.(id)