telkomsel halo

Satelit Merah Putih 2 sukses jalani fase LEOP

06:28:00 | 29 Mar 2024
Satelit Merah Putih 2 sukses jalani fase LEOP
JAKARTA (IndoTelko) - Telkomsat mengungkap kondisi terkini dari satelit merah putih 2 pasca diluncurkan pada tanggal 21 Februari 2024 pukul 03:11 WIB (atau tanggal 20 Februari 2024 pukul 15.11 waktu Florida).

Dalam situs resminya, Telkomsat mengukapkan Satelit Merah Putih 2 telah berhasil untuk melewati fase kritis Launch and Early Orbit Phase (LEOP).

LEOP adalah fase yang dimulai pada saat satelit terpisah (separasi) dari bagian terakhir roket peluncurnya dan data telemetry satelit (yaitu data yang dikirim oleh satelit) diterima pertama kali oleh stasiun pengendali satelit di Bumi, hingga satelit menempati slot orbitnya (slot orbit Merah Putih 2 berada di 113 Bujur Timur).

Fase LEOP berlangsung mulai sekitar 60 menit setelah waktu peluncuran, hingga sekitar 14 hari setelah peluncuran. Fase LEOP memerlukan perhatian teknis tingkat tinggi dan presisi navigasi luar angkasa. Awal fase LEOP merupakan langkah penting dalam perjalanan satelit Merah Putih 2 menuju slot orbitnya di 113 Bujur Timur.

Operasi LEOP dijalankan oleh Thales Alenia Space (TAS), yang juga merupakan kontraktor utama pembuatan satelit Merah Putih 2 dan berperan vital dalam memonitor dan mengontrol satelit selama fase LEOP ini.

Selama fase LEOP, TAS menggunakan tiga stasiun pengendali satelit milik Telespazio yang berada di Mountainside (USA), Fucino (Italia), dan Kumsan (Korea Selatan). Keberhasilan awal fase LEOP pertama kali terlihat ketika diterimanya data telemetry satelit Merah Putih 2 di stasiun pengendali satelit Kumsan, hal ini menandai awal mula dari terjalinnya komunikasi satelit Merah Putih 2 dengan Bumi.

Setelah komunikasi satelit Merah Putih 2 dengan Bumi terjalin, maka stasiun pengendali satelit di Bumi dapat mengirimkan skrip program yang isinya berupa deretan perintah (command) kepada satelit.

Command pertama yang segera dikirimkan kepada satelit adalah agar satelit membuka sebagian (1 dari 3) panel surya (solar arrays) pada kedua sisinya, yaitu pada panel surya bagian Utara (North wing) dan panel surya bagian Selatan (South wing), dan diikuti dengan proses pengisian baterai satelit yang sumbernya berasal dari cahaya matahari yang dihimpun oleh panel surya yang sudah terbuka tadi.

Langkah ini krusial untuk menjamin suplai energi berkelanjutan kepada satelit selama fase LEOP. Pada posisi ini, satelit masih berada di ketinggian sekitar 300 KM dari permukaan Bumi karena di ketinggian inilah separasi Satelit Merah Putih 2 dengan bagian akhir peluncurnya terjadi.

Sebagai pengingat, bahwa Satelit Merah Putih 2 didesain untuk ditempatkan di Orbit Geostationary (GEO), yaitu orbit yang berada pada ketinggian sekitar 35.800 KM di atas permukaan Bumi. Oleh karena itu, satelit Merah Putih 2 masih memerlukan perjalanan menuju ke ketinggian yang dituju. Perjalanan atau proses untuk mencapai ketinggian orbit yang diinginkan tersebut dinamakan Orbit Rising.

Dalam proses Orbit Rising, Satelit Merah Putih 2 menggunakan roket yang merupakan bagian dari satelit, yang berfungsi untuk mencapai ketinggian orbit yang dituju. Roket tersebut disebut dengan Apogee Boost Motor (ABM).

Satelit menghidupkan roket tersebut secara bertahap pada saat satelit berada di titik apogee(titik terjauh satelit terhadap permukaan Bumi) dan di titik perigee (titik terdekat satelit terhadap permukaan Bumi), sesuai dengan posisi satelit terhadap permukaan Bumi, hingga mencapai ketinggian yang diharapkan yaitu di sekitar 35.800 KM dari permukaan Bumi dan di atas garis katulistiwa.

Proses menghidupan roket ABM di titik apogee disebut dengan Apogee Motor Firing (AMF) dan proses menghidupan roket ABM di titik perigee disebut dengan Perigee Motor Firing (PMF). Di tanggal 27 Februari 2024, Satelit Merah Putih 2 telah sampai di ketinggian orbit yang diharapkan, yaitu sekitar 35.800 KM. Hal ini menandakan bahwa tahap Orbit Rising telah sukses dilaksanakan.

Setelah mencapai Orbit Geostationary, di tanggal 28 Februari 2024 Satelit Merah Putih 2 melakukan pembukaan seluruh panel surya di kedua sisi sayapnya, yaitu seluruh panel surya sayap Selatan (South wing solar arrays) dan seluruh panel surya sayap Utara (North wing solar arrays). Setelah panel surya terbuka seluruhnya, dilanjutkan dengan pembukaan bagian antena satelit (antenna reflectors) untuk antena sisi Barat (West side antennas) dan sisi Timur (East side antennas). Terdapat 2 antena di sisi Barat dan 2 antena di sisi Timur.

Setelah kedua sayap panel surya dan keempat antena Satelit Merah Putih 2 terbuka sempurna, di tanggal 29 Februari 2024 dilakukan manuver satelit dengan cara menghidupkan bagian roket satelit yang berfungsi untuk menggeser satelit menuju ke slot orbit yang dituju, yaitu di 113 Bujur Timur. Manuver pertama ini disebut Drift Positioning Mode-1 (DPM-1). Berbeda dengan Orbit Rising yang menggunakan roket ABM dengan daya dorong yang besar, pada manuver DPM yang digunakan adalah roket satelit yang memiliki fungsi untuk mengatur posisi satelit terhadap slot orbit dengan daya dorong yang jauh lebih kecil.

Pada tanggal 1 Maret 2024, di mana Satelit Merah Putih 2 hampir mencapai slot orbit 113 Bujur Timur, dilakukan pengetesan bagian dari satelit yang berfungsi untuk menyuplai energi bagi satelit atau yang disebut Electrical Power Subsystem (EPS).

Pengetesan EPS ini antara lain dilakukan pada bagian baterei satelit yang berfungsi untuk menyimpan energi yang berasal dari panel surya (proses charging) dan untuk menyuplai energi ke satelit (proses discharing), dan pada bagian PCU (Power Conditioning Unit) yang berfungsi untuk mengubah arus dari panel surya atau baterei agar siap digunakan oleh perangkat-perangkat satelit. Hasil pengetesan EPS telah selesai dilakukan dan dinyatakan baik. Di tanggal ini pula dilakukan pengetesan pengiriman Command dari stasiun pengendali utama milik Telkomsat di Cibinong dan dari stasiun pengendali backup milik Telkomsat di Banjarmasin. Kedua stasiun pengendali tersebut adalah stasiun yang nantinya akan mengendalikan Satelit Merah Putih 2 selama beroperasi.

Pada tanggal 2 Maret 2024 dilakukan lagi manuver DPM sebanyak 2 kali, yaitu DPM-2 dan DPM-3, dan pada tanggal ini Satelit Merah Putih 2 berhasil mencapai orbit akhirnya di 113 Bujut Timur. Tahap ini menandakan berakhirnya proses LEOP Satelit Merah Putih 2 dengan sukses.

Mulai tanggal 3 Maret 2024 hingga kurang lebih 21 hari ke depan Satelit Merah Putih 2 akan menjalani fase pengetesan sistem komunikasi satelit, atau yang lebih sering disebut dengan IOT (In Orbit Test).

Setelah fase IOT selesai, akan dilanjutkan dengan IOAR (In Orbit Acceptance Review). Pengalihan (handover) operasional satelit dari TAS kepada Telkomsat akan dilakukan setelah IOAR selesai dan hal ini diperkirakan sekitar akhir Maret 2024.

Setelah operasional satelit Merah Putih 2 berada di tangan Telkomsat, saat itu pula satelit Merah Putih 2 siap beroperasi (RFS/Ready for Service) dalam menyediakan layanan komunikasi yang andal di seluruh Indonesia dan menjadi enabler untuk solusi-solusi bisnis, terutama di wilayah underserved dan unserved (3T).

Pelanggan
Direktur Pengembangan Telkomsat, Anggoro Kurnianto Widiawan menjelaskan satelit Merah Putih 2 adalah bagian dari upaya berkelanjutan TelkomGroup untuk menyediakan akses konektivitas yang merata di seluruh Indonesia. Satelit ini sebagai satelit berkapasitas besar pertama milik Telkom Indonesia, diharapkan dapat meningkatkan kapasitas, cakupan, dan kemampuan jaringan secara signifikan.

"Satelit Merah Putih 2 memiliki tujuan utama untuk membawa kapasitas tambahan, cakupan, serta kemampuan untuk TelkomGroup dalam menyediakan konektivitas yang lebih baik dan bermakna di seluruh Indonesia, tidak hanya di area dengan populasi tinggi tetapi juga di daerah terpencil, termasuk di laut," ungkap Anggoro.

Dijelaskannya, satelit Merah Putih 2 ini berbeda dengan satelit-satelit yang pernah di luncurkan oleh Telkom, Satelit Merah Putih 2 adalah Satelit berkapasitas besar, yang pertama bagi TelkomGroup, yang memungkinkan Telkom untuk menyediakan kapasitas dan kekuatan yang lebih bagi masyarakat. Anggoro berharap, "Dengan satelit ini, kami ingin meningkatkan pengalaman pengguna hingga sepuluh kali lipat dibandingkan dengan satelit sebelumnya, memperluas cakupan kami, dan menjangkau pengguna di wilayah terpencil," katanya.

GCG BUMN
Anggoro menyebutkan bahwa kapasitas satelit ini umumnya dipesan oleh operator VSAT (Very Small Aperture Terminal) yang memanfaatkan kapasitasnya untuk melayani para penggunanya seperti perusahaan, sektor perbankan, dan sektor pertambangan. "Fase pertama akan sangat membantu operator VSAT untuk menyebarkan dan memperluas cakupan layanannya serta memperluas aplikasinya kepada pengguna," tambah Anggoro.(wn)

Ikuti terus perkembangan berita ini dalam topik
Artikel Terkait
Rekomendasi
Berita Pilihan
More Stories
Data Center Service Provider of the year