JAKARTA (IndoTelko) – PT Smartfren Telecom Tbk (FREN) ikut terjun di ranah platform iklan digital layaknya dilakukan Telkomsel, XL, dan Indosat.
“Kami mulai garap iklan digital lebih serius dengan meluncurkan layanan smartAds,” ungkap Senior Vice President Digital Services Smartfren Revie Sylviana, kemarin.
Dijelaskannya, SmartAds adalah fitur iklan multimedia yang interaktif dan langsung ditujukan bagi pengguna Smartphone. Para pelanggan Smartfren akan mendapatkan informasi menarik yang sesuai dengan preferensi masing-masing pelanggan, langsung di layar handset tanpa mengganggu kenyamanan berkomunikasi.
Fitur ini tidak dikenakan biaya kuota dan dapat mengirimkan format informasi atau iklan yang lebih personalize dan interaktif berupa foto, video, rich media (misalnya suara atau lagu), bahkan mengirimkan aplikasi. Fitur ini juga bisa digunakan untuk melakukan survei, program promosi, maupun mengirimkan program diskon atau voucher untuk produk tertentu.
Notifikasi SmartAds hanya akan muncul ketika handset milik pelanggan berada dalam kondisi idle atau tidak sedang digunakan, sehingga pelanggan tidak akan merasa terganggu ketika sedang aktif menggunakan handset seperti menelepon, bermain game, chatting, dan lain sebagainya. “Ini medium baru untuk komunikasi interaktif yang lebih sesuai untuk target pelanggan data dan smartphone,” katanya.
Sekadar diketahui, selama ini pasokan dominan bagi pendapatan Smartfren berasal dari konektifitas layanan data yakni mencapai 80%. Bisnis digital diharapkan bisa meningkat menjadi 5% dari 3% di tahun ini bagi emiten dengan kode saham FREN ini. (
Baca juga: Target Digital Service dari Smartfren)
Operator yang telah lebih lama bermain iklan digital seperti XL Axiata menggandeng penyedia platform advertising digital asal Amerika, Mobilewalla. (
Baca juga:
XL dan iklan digital)
Indosat menggandeng Smaato membentuk Indonesia Mobile Exchange (IMX). (
Baca juga:
Indosat dan Smaato)
Diperkirakan anggaran periklanan digital tahun 2015 di Indonesia bisa melebihi angka US$800 juta (Rp 10,6 triliun), naik 80% dibandingkan anggaran tahun 2014 sebesar US$460 juta (Rp 6,1 triliun), berdasarkan riset dari eMarketer.
Dari angka itu, US$130 juta (Rp 1,7 triliun) akan dihabiskan untuk iklan di perangkat mobile, naik 200% dari anggaran tahun lalu sebesar US$40 juta (Rp 533 miliar).
Pasar di Indonesia akan terus bertumbuh stabil hingga tahun 2019, dimana pada saat itu total pasar iklan di Indonesia (termasuk iklan di media tradisional) akan melompat hingga US$19,58 miliar (Rp 260,7 triliun). Di saat itu, anggaran belanja iklan digital dan mobile akan berkisar di angka US$7,6 miliar (Rp 101,2 triliun).(id)