JAKARTA (IndoTelko) - Tak terasa Muhammad Awaluddin telah melewati masa seratus hari di PT Angkasa Pura II (AP II) sebagai Direktur Utama.
Pria yang tak pernah lepas dengan kumis tebalnya itu ketika mendarat di perusahaan pengelola 13 bandara di Tanah Air itu langsung memilih aksi Quick Win yakni digitalisasi sejumlah layanan untuk meningkatkan pelayanan dan efisiensi. (
Baca: Digitalisasi Bandara)
Infrastruktur digital yang akan dibangun diantaranya pengembangan platform Mobile Apps, Baggage Handling System, Self Checkin System, Airport Management System, Building Management System, CCTV system, Parking System, dan lainnya.
Beberapa sudah berjalan seperti kehadiran aplikasi Indonesia Airports, smart parking, smart taxi, smart toilet, serta koneksi internet lumayan cepat. Hampir semua transformasi digital ini tak bisa dilepaskan dari dukungan TelkomGrup sebagai mitra.
"Saya ini penggemar basket, jadi biasa Quick to react dan menghasilkan skor. Minggu pertama September 2016 itu adalah hari bersejarah bagi perjalanan hidup saya. Pagi saya masih mimpin rapat di Telkom, sorenya dipanggil untuk pimpin Angkasa Pura II. Bagi saya itu perjalanan dan pengabdian hidup yang harus dijalankan. Tetapi saya tak mau asal jalan saja, saya mau jadi pemenang dalam perjalanan ini," tegas Mantan Direktur Enterprise dan Business Service Telkom itu kepada IndoTelko, Jumat (27/1).
Awal mengatakan dirinya harus belajar tentang bisnis bandara agar tak salah melangkah ketika pertama kali masuk AP II. "Saya umpamakan sebagai connecting The DOTS alias Destination, Origin, Traffic, dan Services. Bagaimana cara mengkoneksikan semua itu dengan cepat? digitalisasi jawabnya," ulas Pria yang mulai beruban kumisnya itu.
Menurutnya, proses bisnis di Indonesia sekarang tak bisa dilepaskan dari digitalisasi. "Data We Are Social menyatakan penetrasi internet kita sekarang 51% dari populasi. Kenapa Quick Win pertama saya aplikasi Indonesia Airports? We Are Social menyatakan lama orang di mobile phone itu 03.55 dan desktop 04.48, sedangkan konten 69% diakses via smartphone. Indonesia Airports itu adalah front end dari semua layanan AP II ke pengguna jasa bandara," paparnya.
Dikatakannya, pembangunan yang dilakukan dalam lima tahun terakhir cenderung dilakukan untuk infrastruktur fisik, seperti penyempurnaan bandara dengan terminal baru, apron, dan taxi way, serta prasarana pendukung lain.
"Saya melihat yang masih perlu ditingkatkan adalah kapabilitas airport, bagaimana infrastruktur fisik, yang sudah bagus, ditingkatkan dengan infrastruktur lunak, yaitu pemanfaatan teknologi infrastruktur dan infrastruktur digital," katanya.
Bagi Awaluddin, digitalisasi akan menghasilkan operasional yang bisa lebih efisien. Apalagi, dengan kapasitas penumpang di bandara mencapai 100 juta orang.
"Kita mengelola 100 juta lalu lintas penumpang tahun ini. Tahun ini, hampir 800 ribu pergerakan pesawat. Penanganan berbagai pemangku kepentingan tidak mungkin dilakukan manual," ujarnya.
Awaluddin pun percaya digitalisasi akan mengurangi potensial kerugian. Di Bandara Soekarno-Hatta misalnya, ada 72 pergerakan pesawat per jam ditargetkan akan meningkat menjadi 86 persawat per jam tanpa menambah runway.
"Padahal, kita sendiri sedang membangun runway ketiga, kalau runway ketiga ditambah dan realisasi di sekitar pertengahan 2018 itu akan menambah pergerakan pesawat yang 86 menjadi lagi 114, atau hampir 120 pergerakan pesawat," ujarnya.
Pada Juli 2018, asumsinya runway ketiga beroperasi, dan pemanfaatannya menggunakan teknologi infrastruktur digital. "Ujung dari digitalisasi ini adalah analytics dan Big Data. Anda jangan pikir dari digitalisasi tak datang pula pendapatan tambahan. Kalau analytics kami jalan bagus, Big Data itu pitih kalau kata urang awak alias duit masuk," selorohnya.
Asal tahu saja, Angkasa Pura II memang habis-habisan memodernisasi dan ingin memoentisasi lumbung pendapatannya yakni Bandara Internasional Soekarno-Hatta. Bahkan, saat ini tengah finalisasi studi kelayakan tahap II pengembangan bandara itu.
Hal ini dilakukan karena Bandara Soetta diperkirakan akan mengalami bottleneck, baik aksesibilitas dan pergerakan pesawat, walau nanti ada runway ketiga dibangun. Diperkirakan, kepadatan itu akan terjadi pada 2025 apabila tidak dibangun bandara alternatif di sekitar Soetta.(id)