TANGERANG (IndoTelko) – PT Angkasa Pura II (AP II) tengah menyiapkan aplikasi untuk mendukung digitalisasi layanan logistik di kawasan pusat logistik berikat atau PLB di Bandara Internasional Soekarno-Hatta.
“Tengah disiapkan aplikasi khusus logistik. Ada tiga tahap, pertama untuk fungsi inventory, setelah itu transshipment, terakhir aplikasi di cargo village,” ungkap Presiden Direktur Angkasa Pura II Muhammad Awaluddin dalam pesan singkat ke IndoTelko, Senin (3/4).
Diungkapkannya, saat ini tengah dibahas dengan calon provider yang akan menyediakan aplikasi tersebut. “Ada yang sedang Proven of Concept (POC), salah satunya PT Integrasi Logistik Cipta Solusi (ILCS),” ungkap Awal.
Secara terpisah, Direktur Utama ILCS Yusron Hariyadi mengakui ikut dalam proyek tersebut. “Memang kita sedang garap (untuk kargo). Kalau Passenger Information System (PIS) untuk informasi tentang shuttle bus di bandara Soekarno-Hatta itu pakai solusi ILCS,” pungkasnya.
Sebelumnya, AP II melalui anak usaha PT Angkasa Pura Kargo mengaku tengah mempersiapkan kawasan pusat logistik berikat atau PLB di Bandara Internasional Soekarno-Hatta guna mengakselerasi kinerja bisnis sektor angkutan kargo serta meningkatkan daya saing Indonesia di industri kargo udara global.
Lokasi PLB di bandara nantinya terbagi dalam tiga tempat terpisah yakni Gudang 1 seluas 1.500 m2 yang dibangun pada tahun ini, lalu Gudang 2 dibangun pada 2018 seluas 10.000 m2, dan Gudang 3 yang akan dibangun di Cargo Village Bandara Soekarno-Hatta pada 2019 dengan luas yang sama yakni 10.000 m2.
Potensi pasar terbesar dari pusat logistik berikat di bandara ini adalah suku cadang pesawat, di mana suku cadang impor dapat ditimbun atau disimpan di gudang PLB dan dilakukan clearance jika suku cadang impor tersebut digunakan keluar dari gudang PLB.
“Secara bisnis, pusat logistik berikat ini berpotensi menghasilkan pendapatan dari aktivitas pemanfaatan pergudangan di Bandara Internasional Soekarno-Hatta sedikitnya Rp 2,5 triliun dalam satu tahun apabila pergudangan spare parts dilakukan di Indonesia,” jelas Awaluddin.
Selain membangun ekosistem kargo udara, Angkasa Pura II juga tengah mempersiapkan pembangunan landas pacu atau runway kedua di Bandara Internasional Supadio, Pontianak, guna mendukung pertumbuhan perekonomian dan pariwisata di Kalimantan Barat.
Runway kedua yang dibangun dengan investasi mencapai sekitar Rp 2 triliun itu direncanakan memiliki dimensi 3.000 x 60 m guna dapat mengakomodir hingga pesawat berbadan lebar atau widebody sekelas Boeing 777.
Pembangunan runway kedua ini dimulai paling cepat pada akhir tahun ini dan selesai pada 2020. Adapun runway eksisting saat ini dengan dimensi 2.240 x 45 m juga akan dikembangkan menjadi 2.600 x 45 m yang nantinya akan berfungsi sebagai paralel taxiway.
Adapun pengembangan runway eksisting dan pembangunan runway kedua nantinya akan membuat Bandara Internasional Supadio dapat melayani hingga 51.772 penerbangan per tahun atau meningkat drastis dari saat ini 24.790 penerbangan per tahun.
Bandara Internasional Supadio saat ini beroperasi dengan terminal baru berkapasitas 3,8 juta penumpang per tahun, di mana nantinya terminal ini juga akan dikembangkan hingga dapat mengakomodir 5,5 juta penumpang per tahun yang akan mulai dioperasikan pada bulan juni 2017 ini.
Seiring dengan pengembangan runway, maka AP II juga akan memperluas apron di bandara ini menjadi seluas 75.600 m2 dari saat ini 47.200 m2.
Pada 2016, jumlah pergerakan penumpang domestik dan internasional di Bandara Internasional Supadio tercatat sebanyak 3,18 juta penumpang atau mengalami kenaikan dibandingkan dengan tahun sebelumnya yakni 2,71 juta penumpang.
Sementara itu pada tahun ini diperkirakan pergerakan penumpang domestik dan internasional mencapai 3,42 juta penumpang, dan arus kargo ekspor-impor sebanyak 15,77 juta ton.(id)