telkomsel halo

Duuh, produk lokal belum menjadi tuan rumah di eCommerce

11:07:16 | 15 Jan 2018
Duuh, produk lokal belum menjadi tuan rumah di eCommerce
JAKARTA (IndoTelko) – Asosiasi e-commerce Indonesia (idEA) mengungkapkan gelumbung bisnis online yang terjadi di tanah air belakangan ini ternyata hanya menjadi surga bagi produk impor dan menjadikan barang lokal kian terpinggirkan.

“Hanya 6-7% kontribusi produk lokal di semua listing marketplace di Indonesia. Paling besar itu produk impor yang dilisting,” ungkap Ketua Umum idEA Aulia E Marinto kepada IndoTelko, (15/1).

Aulia mengungkapkan, kondisi tersebut menjadi dilematis bagi  pemain eCommerce karena ujungnya secara tidak langsung mempromosikan produk impor di platformnya. “Investasi startup akhirnya disedot untuk mempromosikan barang impor. Ini ironis,” timpalnya.

Diakuinya, saat ini pelaku Usaha Kecil dan Menengah (UKM) serta Industri Kecil dan Menengah (IKM) sudah banyak masuk platform digital untuk memasarkan produknya. “Namun, UMKM dan IKM pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan belum  banyak memanfaatkan platform digital,” ulasnya.

Diharapkannya, ada upaya jangka pendek dan jangka  panjang dari semua pemangku kepentingan untuk mengatasi ketimpangan antara produk impor dan lokal ini.

Jangka pendek bisa dengan membendung produk impor barang jadi dalam partai besar. Mendata secara terstruktur, sistematis, dan detail pelaku UKM dan produknya. Fasilitasi UKM dan IKM untuk go digital. Adanya sinergi antara modern market, pasar tradisional produk  FMCG dengan eCommerce. Terakhir mendorong startup eCommerce yang fokus pada solusi pasar tradisional.

Jangka panjang bisa disiapkan membuka secara terbatas dan spesifik produk impor barang jadi. Membangun jejaring fasilitator untuk mendukung UKM dan IKM. Mendorong konsumsi domestic terhadap produk UKM. Membangun fasilitas aggregator untuk membawa UKM go digital. Memperbesar porsi  pendanaan bagi UKM dan IKM untuk produk lokal dan fresh product, serta membangun inkubator untuk startup eCommerce yang memberikan solusi bagi pasar tradisional.  

“eCommerce adalah channel baru penjualan dari produk-produk yang sudah ada di offline, baik produk impor maupun lokal. Terbuka bagi siapapun untuk menggunakan guna menumbuhkan bisnisnya. Bahwa lebih banyak produk impor yang terjual di eCommerce itu alamiah terjadi. Karenanya yang perlu di tinjau justru bagaimana situasi produk impor di pasar offline karena sebelum ada eCommerce seperti hari ini pun produk impor sudah ada di warung, pasar, bahkan mall,” pungkasnya.

Sebelumnya, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) memprediksi nilai transaksi eCommerce di Indonesia bisa melampaui US$ 130 miliar atau Rp 1.755 triliun (kurs Rp 13.500) di 2020.

Lembaga kajian ekonomi Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia memperkirakan, nilai perdagangan  eCommerce Indonesia pada 2016 mencapai US$ 24,6 miliar, atau setara dengan Rp 319,8 triliun. Proyeksi nilai rupiah tersebut dengan asumsi kurs sebesar Rp 13.000 per dolar AS.

GCG BUMN
Tahun 2014, transaksi perdagangan secara elektronik di Indonesia masih US$ 12 miliar, atau setara Rp 157 triliun, melonjak 150% dibandingkan tahun sebelumnya.(id)

Artikel Terkait
Rekomendasi
Berita Pilihan
More Stories
Data Center Service Provider of the year